-17-

3.1K 324 21
                                    

"Minum."

Sehun menoleh ke kanan, mendapati Jongin dengan dua kaleng soda, menerima salah satunya. Mereka duduk berdampingan, meneguk soda di tangan masing-masing.

Rumah duka sudah cukup sepi, tapi Jongin masih tinggal di sana, dia bilang ingin menemani Sehun. Jongin sudah meminta izin pada ayahnya, Siwon datang dengan Yuri tadi, tentu saja jawabannya Jongin boleh tinggal.

Teman-teman Song Jongin sudah pulang. Beberapa teman dari sekolah lamanya juga datang, mereka terlihat begitu jelas tidak pernah menduga apa yang terjadi. Jongin cukup populer di kalangan siswa-siswi, dia ballerino berbakat yang membawa nama sekolah menjadi perbincangan hangat. Kepergiannya yang mendadak untuk orang-orang menaburkan luka dan juga duka. Yah ... meski tidak menyadarinya selama ini, Jongin tanpa sadar membawa senyuman orang-orang pergi bersamanya.

"Adikmu ... manis."

"Paling manis dari yang pernah ada," balas Sehun. Sehun menoleh ke arah Jongin. "Terima kasih sodanya."

"Sama-sama."

Hening. Keduanya menjadi cukup canggung untuk berada di dekat masing-masing. Jongin meletakkan sodanya di dekat tubuh, menautkan jemarinya sendiri. Mereka memang belum pernah menjadi teman yang dekat, dan kegilaan Sehun untuk bertingkah manis di depan Jongin seolah menguap begitu saja setelah adiknya pergi.

Sehun menghela napas pelan, melirik ke arah Jongin yang masih menunduk dalam. "Maaf," ucapnya lirih.

"Hah? Maaf untuk apa?" Jongin mengangkat kepalanya cepat, bertanya dengan nada bingung sekaligus khawatir.

"Maaf karena dua minggu terakhir aku bersikap aneh di depanmu."

"Ah—oh, tidak masalah. Aku bisa ... mengerti," balas Jongin. Dia menyentuh telinganya, tersenyum kikuk.

Sehun tersenyum tipis, rasa hangat memenuhi hatinya saat ini. Tangannya ia letakkan di sisi tubuh, mendongak, menatap langit. "Apa kita akan berteman setelah ini?"

"Maksudmu?" tanya Jongin, dahinya mengerut, bingung.

"Kau selalu menatap kesal ke arahku tanpa alasan. Aku jadi bertanya-tanya. Apa aku sudah berbuat salah tanpa sadar padamu?" Jongin menjilat bibir bawahnya cepat mendengar kalimat Sehun.

"Ah ... itu." Jongin menjadi salah tingkah saat Sehun menatapnya. Jelas saja jawabannya tidak. Sehun tidak pernah berbuat salah jika dipikir-pikir. Jongin yang terlalu kekanakan selama ini, memusuhi Sehun karena gadis yang disukainya ternyata lebih menyukai cowok itu. "Kau ... kau sangat populer."

"Dan kau lebih populer," kekeh Sehun.

"Bukan itu. Maksudku—Lisa ... Lisa menyukaimu dan aku kesal tanpa alasan padamu. Yah, kau sangat populer di kalangan para gadis, tapi selalu bersikap tak acuh jika didekati oleh mereka. Itu menyebalkan tahu!" dengkus Jongin tanpa sadar. "Aku kesal saat melihat Lisa selalu berusaha mendekatimu. Memberikan bekal makan siang buatannya, lalu kalian juga beberapa kali terlihat mengobrol dengan nyaman, sangat dekat. Ehm, aku cemburu, mungkin?" Sehun ingin menenggelamkan dirinya sekarang. Kenapa dia berbicara sepanjang itu untuk menjelaskan kesalahpahaman di antara mereka?

"Uh ... Jongin. Kau salah paham."

"Salah paham apa?" sergah Jongin.

"Lisa tidak menyukaiku. Kami masih bersaudara dan dia itu, sepupuku."

"WHAT?" pekik Jongin tanpa sadar, dia bahkan berdiri dari duduk. "Maksudmu ... itu, aku membencimu tanpa alasan karena salah paham? Aku yang sering marah-marah kesal setiap Lisa datang menemuimu, semuanya hanya karena salah paham?" Jongin menutupi wajahnya sekarang.

ѕωєєт єηєму •√Where stories live. Discover now