-2-

2.5K 312 21
                                    

Aku tidak mau mengakui ini, tapi, semua perlakuan baiknya membuatku gila!

Park Jongin

...

Paginya, Sehun menjadi sangat bersemangat. Dia membangunkan Jongin, memandikan adiknya itu, lalu mereka berakhir dengan sarapan bersama. Setelah semuanya selesai, Sehun membantu Jongin untuk masuk ke mobil. Benar-benar melakukannya dengan sangat telaten.

"Yong!" Jongin menatap Sehun yang fokus membenarkan sabuk pengamannya, perlahan dan penuh perhatian. Sehun terlihat seperti malaikat sekarang, memperlakukan Jongin dengan begitu hati-hati, penuh kasih sayang.

"Kita akan pergi ke rumah sakit, Jongin tidak apa, 'kan?" Sehun selesai memasang sabuk pengaman untuk Jongin, menatap adiknya. Rasanya seperti ada gelombang kecil dari sana, Jongin seperti tengah ditenangkan akan segala hal.

"Yong." Jongin mengangguk kecil, tersenyum lebar setelahnya.

Mendengar jawaban Jongin, Sehun tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Adiknya sangat menggemaskan, mengucapkan kata barunya terus-menerus tanpa diganti. Apa Jongin ingin menunjukkan pada semua orang jika dia akhirnya bisa memiliki perkembangan? "Kau harus menambah kosa katamu, oke?" kekeh Sehun, seperti biasa ia mengusak rambut Jongin pelan. Sehun menutup pintu, bergerak menuju bagian sebelah. Dia duduk di samping Jongin, mereka akan diantar oleh supir karena Sehun lebih suka bercanda dengan adiknya dibanding berkendara sendiri.

"Eung, Yong."

"Kenapa, hm?" tanya Sehun, dia selalu merasa khawatir berlebih jika itu menyangkut Jongin.

"Eeelll." Jongin mendesah pelan. Dia kesulitan mengucapkan kata, itu menyebalkan. Tapi, dia tidak mau kehabisan cara. "Yong!" panggilnya lagi, meminta Sehun fokus. Jongin mengepalkan tangan, meletakkannya di depan bibir. Dia berpura-pura menjilati kepalan tangannya. "Eeelll!" ucapnya riang.

"Ah, Jongin mau es krim?" Sehun mencoba memastikan, dan senyuman Jongin seolah membenarkan pertanyaannya. "Nanti, kita mampir untuk membelinya, oke? Setelah terapi," janji Sehun. Jongin mengangguk antusias.

Peduli setan dengan semua rasa bencinya pada Sehun selama ini. Sehari tinggal dengan lelaki itu, Jongin merasa lebih hidup sekarang. Dia memiliki orang yang sangat sayang padanya, dan jangan lupakan bagaimana Sehun selalu antusias dengan perkembangan Jongin. Jongin pikir dia sudah gila, semua perlakuan Sehun membuatnya tidak waras secara perlahan.

Mobil berhenti di parkiran rumah sakit. Sehun dibantu Paman Lim untuk menurunkan tubuh Jongin, perlahan dan hati-hati, kemudian didudukkan pada kursi rodanya. Sehun sedikit membungkuk untuk menggambarkan rasa terima kasihnya, meminta Paman Lim untuk pulang lebih dulu. Sesi terapi Jongin memakan cukup banyak waktu, dan Sehun tidak ingin membuat supirnya kelelahan menunggu.

Sehun mendorong kursi roda Jongin, tidak terlihat kesulitan sama sekali. Dia menuju meja resepsionis, mengisi beberapa data, lalu diminta untuk menunggu di ruangan terapi.

Ruangan itu terlihat seperti tempat latihan balet untuk Jongin. Jongin pernah mengikuti kelas balet dulunya, dan dia murid yang cukup berbakat.

"Kau bisa menari lagi setelah sembuh," ucap Sehun, seolah mengerti raut sedih yang adiknya tampilkan. "Kau sangat keren saat di panggung. Hyung pikir, Song Jongin akan segera kembali ke atas jika mau berlatih dengan giat."

Jongin mengerjapkan matanya. Dia mendadak pusing. Kenapa banyak sekali kesamaan antara Park Jongin dengan Song Jongin? Jongin memang belum pernah berada di atas panggung, dia tidak mau lebih tepatnya. Tapi, mereka sama-sama menyukai balet, bukan? Jongin merasa tengah hidup di dunia lain sekarang. Mengerikan.

ѕωєєт єηєму •√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang