-11-

1.9K 297 19
                                    

Untuk satu alasan, aku tahu kalau kau lebih suka meninggalkan. Tapi, apa ini sudah waktunya?

Song Sehun

...

Seperti sebuah keajaiban besar, Jongin membuka matanya sore itu. Dia terlihat setengah linglung mendapati kedua orang tuanya berdiri di dekat ranjang. Mengerjap beberapa kali, menatap tubuh tegap Siwon dan Yuri yang tidak menghilang juga. Dia benar-benar tidak bisa percaya pada penglihatannya sendiri.

"Yah, Bu ...." Susah payah, suara yang terlampau pelan itu keluar. Jongin rasa, tubuhnya sedang beradaptasi setelah ... entahlah, dia bahkan tidak ingat berapa lama waktu yang ia gunakan untuk berbaring di atas ranjang pesakitan. Kepalanya sangat pening mendapati banyaknya informasi yang memaksa memasuki kepala.

"Jongin sadar, Ya Tuhan! Aku akan memanggil dokter." Siwon menjadi orang pertama yang memahami keadaan, menepuk pelan punggung Yuri dua kali sebelum berlari keluar.

Yuri tergugu, mendekati ranjang Jongin. Tangan kanannya menutup mulut, sedangkan yang sebelah kiri ia ulurkan. Jongin melirik tangan ibunya, mengerjap kecil. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, terlebih Yuri yang sibuk mendadak berada di sampingnya saat sakit. "Kamu sudah siuman, Sayang? Ibu takut, Jongin. Ibu takut Jongin tidak akan membuka mata lagi. Puji syukur, Ibu sangat takut!" Yuri tidak bisa menahan tangisnya lagi. Pipinya dibanjiri air mata kebahagiaan melihat Jongin yang benar-benar tersadar sekarang.

"Bu ...." Jongin merasa tidak asing dengan keadaannya sekarang. Kepalanya menyusun banyak kata, tapi hanya sedikit saja yang mau keluar. Rasanya sangat tidak asing.

"Tidak apa, jangan dipaksakan. Ayah sedang memanggil dokter, Jongin tenang saja." Yuri mengusap pelan sudut matanya, menggenggam tangan kanan Jongin dengan erat. Matanya memancarkan harapan sekarang. Jonginnya telah bangun.

"Bu," panggil Jongin lirih. Kepalanya terasa pening, tapi itu bukan masalah. Jongin terlalu senang sekarang, melihat ibunya memiliki sedikit waktu untuk diluangkan. Oh, apa Jongin tengah bermimpi sekarang? Kalau ini adalah mimpi, Jongin rela tidak bangun untuk merasakannya lebih lama lagi.

...

"Jongin! Hei, Song Jongin! Song Jongin, ini tidak lucu! Jongin! Bangun, Sayang. Jongin, hei." Sehun rasa, otaknya tidak bisa bekerja dengan baik. Saat bangun tidur, dia merasakan pelukan erat di tubuhnya. Sehun yakin, dia melihat dada Jongin masih bergerak naik-turun dengan teratur pagi tadi. Napas adiknya juga terasa lembut menyapa kulit lehernya. Tidak ada yang aneh, Jongin tidur dengan begitu nyenyaknya dan Sehun sama sekali tidak berani mengganggu.

Seharusnya semua tetap seperti itu, sampai Sehun menyadari jika perlahan, dada Jongin mulai tidak bergerak teratur. Napas adiknya juga mulai memendek, tidak lagi menyapa kulit. Lalu, entah sejak kapan, pelukan Jongin mulai mengendur.

Sehun yang menyadari kejanggalan pada diri adiknya mulai bertingkah histeris. Menepuk-nepuk pipi Jongin, dari pelan sampai sedikit kasar. Memanggil-manggil nama adiknya, berharap adanya sebuah keajaiban. Matanya memanas, meneteskan buliran bening saat tak kunjung mendapat jawaban. "Jongin! Hei, jangan seperti ini! Jongin! Bangun, Jongin!" Sehun kelabakan.

"HYUNG! HYUNG, TOLONG JONGIN!" Sehun berlari keluar kamar. Beruntung sekali dia ingat jika Minho pulang ke rumah sekarang. Hari ini, mereka mau pergi ke lotte world untuk merayakan Jongin yang sudah lancar berbicara dan mulai berjalan lagi. Yah, seharusnya seperti itu, kalau saja keadaan Jongin tidak semenakutkan sekarang.

"Hyung! Hyung, buka pintunya! Hyung! Jongin, hiks. Jongin, Hyung!" Sehun menggedor pintu kamar Minho, berteriak histeris. Pipinya sudah basah air mata, kesedihan tercetak jelas di sana.

Pintu terbuka, menampilkan Minho yang setengah sadar. "Ada apa?"

"Jongin! Jongin, Hyung. Jongin, Hyung!" Sehun tidak bisa berkata dengan benar, pilihan terakhir dia menarik tangan Minho, membawanya ke kamar tempat Jongin berada.

Minho menyentuh kening adiknya, mengernyitkan dahi. Tangannya bergerak pelan, menepuk pipi Jongin lembut. "Nini, ayo bangun. Nini," panggilnya, sangat lembut. "Sayang."

Sehun berdiri di belakang Minho. Dia kalut sekarang, tidak tahu harus bertindak bagaimana. Rasanya seperti ditarik ke sebuah kenangan lama, di hari Jongin berusaha mengakhiri hidupnya sendiri. Tidak. Sehun menggeleng keras, dia yakin sekali jika Jongin tidak akan seperti itu lagi. Tapi ... sikap Jongin akhir-akhir ini jelas sangat berbeda. Sehun semakin tidak bisa mengendalikan pemikirannya sendiri.

Es krim, taman bermain, senyum ceria. Jongin hampir tidak pernah melakukannya dulu. Jongin memang bukan anak yang mudah berbaur dengan orang lain, Sehun tahu itu. Apa ... itu salam perpisahan? Tidak. Sehun menggeleng kasar, bukan seperti itu. Sehun ingin menghentikan pemikiran anehnya. Dia hanya menginginkan kesembuhan Jongin. Tangannya bergerak kasar, memukul kepala, berharap isi di dalam sana berhenti berpikiran buruk.

"Sehun, panggil Dokter Park! Cepat, Sehun!" seru Minho, kakak tertua mereka ikut terlihat panik sekarang.

Sehun bergerak sedikit lebih lambat. Tangannya bergetar untuk bisa meraih ponsel di saku. Ini benar-benar mimpi buruk. Semuanya terasa seperti putaran memori lama, hari ketika Jongin ingin mengakhiri semuanya.

"Tolong, jangan pergi," isak Sehun, dia terduduk karena kakinya mendadak sangat lemas. "Dokter Park, tolong adikku. Jongin tidak sadarkan diri." Sehun berucap cepat saat panggilan tersambung, tidak ingin memberi kesempatan orang di seberang untuk mengeluarkan sapaan. Otaknya terasa kosong, dia hanya ingin Jongin mendapat bantuan secepat mungkin.

"Song Jongin, hei! Ini tidak lucu!" Sehun menoleh, suara Minho mulai terdengar frustasi juga.

"Ini tidak lucu," isaknya. Tidak ada yang lucu dari perasaan ditinggalkan saat harapan terasa nyata di depan. "Kau tidak boleh membuat permainan seperti ini! Ini tidak adil." Sehun semakin terisak, ponselnya terjatuh. Dia menutupi wajah dengan kedua tangan. Perasaan itu nyata, ketakutan akan kehilangan. Sehun merasa sangat takut sekarang.

...

TBC

Holaaaaa

JongNana here, hehe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

JongNana here, hehe

ѕωєєт єηєму •√Where stories live. Discover now