-10-

2K 271 8
                                    

Ketika hubungan tanpa cinta selalu dijadikan alasan. Apa mereka pikir kami ini boneka?

Song Sehun

...

"Saya, Song Donghae, berjanji ...."

Tanpa ada halangan sedikit pun, pemberkatakan itu berjalan dengan lancar. Janji suci terucapkan, sangat lancar. Semua tamu undangan menyaksikan sendiri bagaimana manisnya mempelai pria memerlakukan sang istri, mencium di kening alih-alih menyalurkan nafsu di depan banyak orang.

Song Donghae dan Im Yoona, pasangan yang digadang-gadang akan menghasilkan keturunan paling sempurna jika bersama. Sejak kecil dijodohkan oleh para orangtua. Tidak boleh melihat orang lain untuk disukai, karena mereka sudah seperti Alpha dan Omega yang terikat. Satu membangkang, maka yang lainnya akan hancur, begitu pemikiran orang-orang.

Acara pernikahan yang berlangsung dengan sangat meriah itu dihadiri ribuan orang. Tamu undangan berasal dari banyak sekali pihak, para pejabat, artis, sutradara, bahkan pemilik televisi stasiun besar dengan senang hati menyiarkan pernikahan tersebut. Song Donghae dan Im Yoona adalah artis utama mereka, tokoh yang akan menghasilkan banyak pundi hanya dengan menampilkan pesta pernikahannya. Sangat luar biasa, di saat hanya layar hitam dan putih yang bisa mereka dapati saat itu. Para pencari berita juga tak mau kalah saing. Koran kabar menyoroti pernikahan mewah tersebut berhari-hari, seolah pelanggan mereka akan menikmatinya alih-alih muak melihat gambar yang sama. Begitu besar dan meriah, sampai ekspresi palsu kedua pengantin tidak terlihat.

Tidak ada cinta di sana. Hubungan keduanya palsu, tidak didasari perasaan suka sama suka. Mereka hanya didikte untuk mengikuti keinginan para orangtua.

Cinta? Tidak ada yang butuh cinta di dunia ini. Mereka hanya perlu menikah untuk mengembangkan usaha. Menjadi semakin kaya dan hidup bahagia dengan gelimang harta. Cinta hanyalah untuk mereka yang lemah dan ingin berada di posisi bawah. Para penguasa tidak membutuhkan perasaan menjijikkan itu. Jadi, baik Song Donghae atau pun Im Yoona, mereka juga tidak memerlukan perasaan seperti itu.

"Berikan kami banyak cucu, ya?" Senyuman palsu. Pikiran Yoona seolah terbawa pada kata-kata pedas yang tidak pernah lelah orangtuanya berikan. Tidak ada cinta, maka anak juga bisa hadir kapan pun mereka ingin.

Dia diboyong ke istana megah. Sebuah tempat besar yang dipanggil rumah. Tempat Donghae dan Yoona akan menghabiskan waktu sebagai pasangan, tanpa cinta.

"Satu anak saja. Aku tidak mau repot mengurusi mereka. Lagi pula, ini hanya untuk formalitas biasa." Begitu Yoona menanggapi permintaan cucu dari orangtua juga mertuanya. Cucu hanyalah bentuk formalitas dari pernikahan mereka, karena tidak ada cinta di sana. Lagi pula, anak hanya akan menyusahkan, menghambat pekerjaannya. "Aku tidak akan berhenti bekerja dan jangan pernah mencoba mendikteku!"

Yoona itu bentuk sempurna dari kata keras kepala. Dia hanya menginginkan satu anak dan tidak mau susah merawatnya. Namun, bukankah batu bisa ditembus oleh tetesan air?

Ketika Minho lahir, cinta itu hadir. Bukan cinta untuk Donghae. Yoona sangat menyayangi anaknya, membanggakan bagaimana paras Minho sangat tampan juga menawan. Anaknya selalu membanggakan.

Donghae pikir, itu awal yang baik untuk keduanya. Namun, cinta itu masih tidak ada. Yoona tetaplah si batu saat bersamanya, sama sekali tidak ada perubahan ketika dikenai air berkali-kali pun.

"Aku bilang satu anak saja! Kenapa aku hamil lagi?" Yoona nyaris berteriak histeris ketika mendapati dirinya kembali berbadan dua. Itu, ketika Minho berusia enam tahun.

"Tidak ada yang mengetahui takdir, Yoona. Lagi pula, bukankah itu berkah memiliki banyak anak?" Dan kepala Yoona nyaris terbelah menjadi dua hanya untuk memahami kata berkah.

Berkah? Mereka menikah untuk menambah kekayaan. Anak hanyalah bentuk dari formalitas. Lalu, berkah mana yang Donghae harapkan? Hanya ada omong kosong menjijikkan di setiap kalimat yang terdengar.

Yoona sedikit menggila pada kehamilan keduanya. Donghae pikir, itu tidak akan menjadi masalah. Saat kehamilan Minho dulu, Yoona juga terlihat enggan, tapi, kelahiran putra emas mereka adalah berkah dari doa panjang. Maka, ketika ekspresi serupa Yoona berikan saat wajah tampan lagi-lagi menyapa kehidupan keluarga Song, Donghae menyematkan nama Sehun di sana. Memanjatkan ribuan doa, berharap kehidupan layak akan selalu dimilikinya. Lelaki penuh cinta.

Walau tidak sebahagia saat menjaga Minho, Yoona masih terlihat menikmati waktunya sebagai seorang ibu. Dia bekerja dan Donghae tidak akan pernah bisa mencegahnya.

"Paling tidak, berikan ASI-mu untuk Sehun."

"Tidak akan pernah! Dia bisa minum susu formula."

"Yoona-ya."

"Sekali aku bilang tidak ya tidak! Kau ini tuli atau apa?"

Donghae menjadi tidak sabaran. Dia tidak suka anak-anaknya diabaikan. Berharap Yoona bisa berubah menjadi ibu yang baik jika malaikat lain ikut hadir di tengah-tengah mereka. Saat itu, Sehun baru berusia satu tahun lebih empat bulan ketika Yoona meraung keras ketika mendapati dirinya kembali hamil.

"Aku akan menggugurkannya!" seru Yoona final.

"Kau gila?" Donghae memekik tertahan, menatap tidak percaya.

"Ya! Aku gila! Lalu apa, hah? Kau idiot?" Yoona menunjuk Donghae tepat di dahi. "Dari awal aku sudah mengatakannya, satu anak saja! Kenapa kau membuatku terus-terusan hamil, hah? Kau terobsesi padaku?"

"Aku? Aku, apa?"

"Kau! Terobsesi padaku!" seru Yoona ketus. "Kau mengharapkan cinta, hah? Cinta? Hahaha, kau ini bodoh atau apa? Tidak ada cinta di dunia ini!" Yoona berseru ketus.

Donghae meneguk salivanya sendiri, mencekal lengan Yoona agar tidak menjauh. "Ini yang terakhir. Pegang janjiku, aku tidak akan menghamilimu lagi setelah ini. Jangan gugurkan dia."

Yoona memenuhi permintaan Donghae. Bayi itu tumbuh, lalu terlahir dengan sangat sehat. Bayi yang terlihat sangat manis, satu-satunya penyejuk di keluarga Song. Baik Minho atau pun Sehun, tidak ada yang menolak keberadaan bayi manis dengan nama paling indah yang pernah terdengar. Song Jongin. Dia lahir dengan tatapan puas dari ibunya. Ibu yang tidak pernah mau menyentuhnya, bahkan ketika jerit tangisnya terdengar di malam hari.

...

Bukankah itu lucu?

Aku tidak pernah bertanya pada Tuhan, kenapa kehidupanku semenyedihkan ini?

Tidak. Pasti ada yang lebih menyedihkan dari hidupku.

Hanya saja, ketika hidupku terasa di ambang kematian,

Aku berdoa dengan kencang.

Tuhan, tolong beri aku satu kesempatan. Sebuah kesempatan besar, satu saja.

Berikan aku kesempatan untuk membahagiakannya, kakakku. Song Sehun.

...

TBC

ѕωєєт єηєму •√Where stories live. Discover now