Tikungan 32

4.8K 904 221
                                    

Jangan sungkan tinggalkan jejak mwehehe.
Happy reading❤️
***

"Makasih udah jujur, Sal."

Salju mengangguk walau tahu Surya tidak menatapnya. Ia sadar Surya sudah melepas genggaman setelah mendengar ungkapan perasaannya. Bukankah itu bukti penolakan?

"Mampir di kos gue bentar, ya. Mau mandi. Lengket banget dari pagi." Surya tertawa. "Abis itu kita cari makan. Lo udah lapar pasti."

"Tau aja," jawab Salju singkat.

Saat Salju pikir Surya menghentikan mobil karena sudah sampai di pelataran kos, mobil justru berhenti di toko kue.

"Ada cheese cake enak banget di sini, Sal. Karena lo udah jujur, gue kasih lo hadiah."

Salju mengernyit. "Bukannya yang kalah harus kasih hadiah ya? Harusnya gue yang ngasih lo kan?"

Surya tidak menjawab, malah turun dari mobil lebih dulu. Salju ikut turun. Ini benar-benar berbeda. Surya tidak lagi menggenggam tangannya. Mungkin ini lebih baik daripada Salju tambah berharap kan?

"Surya, gue nggak salah inget. Beneran, bukannya perjanjian kita itu yang kalah yang ngasih hadiah?" Salju masih mencoba meyakinkan Surya, tapi lagi-lagi Surya tertawa.

Tidak ada acara pilah pilih kue. Surya sudah membawa tiga jenis kue berbeda. Katanya untuk camilan Salju nanti. Salju tidak menolak. Ia kembali masuk ke mobil.

"Atau itu kado ultah gue?" Salju terkekeh. "Lo belum ngasih apa-apa bulan lalu, gue juga belum ngasih lo apa-apa, Sur."

"Kado dari gue buat lo, ya nonton teater besok pagi. Kado yang gue minta dari lo, nemenin gue nonton. Impas kan?"

Salju tertawa. Bisa-bisanya sesimpel itu?

"Di luar beneran nggak ada tempat nunggu. Astaga," keluh Salju saat melihat model kos Surya dari luar. Hanya pintu gerbang tinggi yang langsung tertuju ke kamar-kamar.

"Ikut masuk aja, Sal. Lo nggak percaya sama gue?"

"Bukan gitu. nggak enak aja masuk kos cowok."

"Udah biasa kok. Belum jam malam juga."

"Biasa? Lo biasa bawa cewek?!"

Surya tertawa. "Bukan gue juga, Sal. Yang lain. Gue nggak pernah bawa cewek ke sini. Ayo turun."

Salju mengangguk dan mengikuti langkah Surya masuk ke kamar di lantai dua. Terhitung luas untuk sebuah kamar kos laki-laki. Kamar mandi dalam, dengan fasilitas lengkap. Ada AC, televisi, bahkan pemandangan dari jendela pun bagus. Jalanan kota Bandung yang tenang.

Surya meletakkan barang-barang di sudut kamar, sedang Salju sudah duduk di tepi tempat tidur. Ia melepas jaketnya dan menghela napas pelan, bahunya meluruh. Pikirannya masih saja tertuju pada kemungkinan hubungan Surya dengan cewek lain.

"Kadang gue iri sama cewek-cewek kalem kayak Keira." Tatapan Salju menerawang. Embus napasnya terdengar lebih keras. "Lemah lembut gitu. Pasti banyak cowok yang suka."

Terdengar dengusan geli dari Surya. Cowok itu meletakkan makanan di meja lalu berbalik menghadap Salju yang berjarak tidak jauh darinya.

"Termasuk lo, kan, Sur?"

Surya terdiam beberapa saat, hatinya menghangat mengetahui bahwa mungkin saja Salju bertanya hal itu untuk memastikan. Langkah Surya perlahan menghampiri Salju, tapak demi tapak. Baru dua langkah kecil. Tatapannya masih meneliti arti yang tersirat di balik sorot mengharap Salju. Apa jawaban yang Salju harapkan darinya? "Gue lebih suka yang agak galak," bisik Surya pelan. Satu langkah kembali terpijak. "Kadang manja juga. Tapi mandiri dan berani ambil risiko."

SURYA & SALJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang