8. Kencannya Salju

5.1K 940 48
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya.
Makasih banyak❤️

@@@@

"Langsung pulang, kan, Pak?" tanya Salju saat mobil sudah berjalan. Ia bertanya pelan agar tidak terkesan ngebet sekali sampai rumah.

"Iya. Pulang dulu nggak apa-apa."

Salju mengernyit. Kenapa harus ada kata 'dulu'? Artinya ...?

"Kita ada janji. Ingat?"

Oh iya. Salju ingat. Di setiap akhir pertemuan, Rinto selalu mengajak Salju dengan bahasa yang tidak bisa ditolak. Lelaki itu anggap sebagai janji. Sebenarnya Salju bisa saja menolak, kalau lelaki di sebelahnya ini bukan gurunya!

"Udah sampai, Sal."

Salju dikejutkan dengan ucapan itu. Ia berhenti mengenang tentang masa-masa pendekatan seorang cowok padanya yang selalu gagal, lalu mengucapkan terima kasih. Saat baru saja membuka pintu, Rinto kembali berbicara.

"Aku harus nunggu berapa menit?"

"Sekitar ...." Salju berpikir sebentar. "Lima belas menit aja."

"Oke, beneran nggak ganggu waktu kamu, kan, Sal?" Rinto sungguh sopan menanyakan itu.

"Cuma ganggu jam tidur siang, sih." Salju nyengir. "Nggak apa-apa, Pak."

"Ya udah. Aku tunggu, ya."

"Iya."

"Eh, Sal?"

Salju berbalik lagi. Ia menunduk dan melongok dari kaca. "Kenapa?"

"Itu ... tamanmu?"

Salju menoleh ke arah yang ditunjuk Rinto. "Iya, Pak."

"Jangan lewat situ, ya. Lewat pinggir aja."

Salju mengernyit. Ini orang dewasa ngomong apa, sih? Ia masih remaja dan tidak mengerti. "Maksud Bapak?"

"Itu kan banyak bunga, takutnya mereka minder kalah cantik sama kamu."

Astaga! Padahal Salju dalam keadaan paling berantakan seumur-umur habis jam olahraga!

***

"Sal, ke mana lo tumben jam segini pergi?"

Salju berhenti di pelataran rumahnya. "Biasa, ada janji sama Pak Rinto."

Surya mengangguk. "Kencan terus kalian. Gimana sama si penulis puisi itu? Lo tolak gara-gara orangnya cupu?" Ia tertawa.

"Nggak gitu. Astaga. Nggak setega itu gue. Lagian gue nggak kencan, ada janji aja kemarin," kilah Salju. Ia memasukkan ponsel ke tas lalu menggumam kesal saat resleting sedikit ngadat. "Di waktu genting malah bikin masalah aja ini tas. Udah tas main gue tersisa ini doang, lagi, yang paling normal."

"Sini."

Salju mendongak. "Apa?"

"Sini gue bantu."

Baru saja Salju akan melepas tasnya, Surya lebih dulu mendekat dan membenarkan tasnya. Tatapannya terarah ke sebuah plastik yang baru Surya letakkan di atas batu. "Lo bawa apa tuh?"

"Oh itu. Biasa."

"Bekas boker lo? Lo boker di plastik?" canda Salju, sebenarnya agar mereka tidak terlalu awkward jika diam dalam keadaan sedekat itu. Surya lebih diam dari biasanya, jadi ia juga bingung. Mungkin Surya sedang ada masalah?

"Lo lagi ada masalah?" tanya Salju akhirnya karena Surya tidak menjawab candaan sebelumnya. "Gue siap dengerin, kok."

Surya tertawa. "Nggak kebalik? Gue yang siap nerima cerita lo tentang cowok pertama yang bikin lo jatuh cinta. Pak Rinto."

SURYA & SALJUWhere stories live. Discover now