4. Doanya Surya

6K 1.1K 49
                                    

"Lihat, bentar lagi."

Salju berdecak kesal. Ia kira Surya sudah taubat dengan aksi menikung, tetapi kini justru menunjukkan padanya bagaimana usahanya sukses selama ini. Dari balik pohon besar, Salju bersembunyi. Menatap bagaimana punggung Surya menjauhinya menuju pasangan yang sedang bercengkerama di kursi panjang.

Dari pandangannya, Surya tahu si wanita terkejut akan kedatangan Surya, sedangkan si lelaki terlihat bingung.

"Bukannya kemarin kamu bilang belum punya pacar?"

Sungguh, suara Surya yang seakan menuduh itu membuat Salju deg-degan atas reaksi pasangan itu.

"Kamu selingkuh?!"

Itu bukan teriakan Surya, melainkan si kekasih wanita.

"Lima tahun kita pacaran dan—"

Salju bergidik ngeri. Ia menutup telinga dengan tangan. Melihat perdebatan itu menimbulkan ketakutan tersendiri. Ia tidak lagi menatap ketiga orang kurang waras yang bertengkar di tempat umum. Ia bersandar pada pohon sebelum terkejut luar biasa saat Surya sudah sampai di sampingnya!

Merangkul erat bahu wanita hasil tikungannya! Dan lagi, pamer kemesraan di depannya! Sial. Salju ingin mengingatkan tetapi sepertinya kedua orang di depannya ini tidak waras. Surya memang salah, tetapi semua tidak akan terjadi jika wanita itu tidak menimpali.

Keduanya kini malah tersenyum cerah, seakan bersyukur akan putusnya hubungan salah satu sejoli tidak lama ini.

"Ini temanku, namanya Salju." Surya memperkenalkan Salju pada wanita yang jelas di atas mereka. Sekitar 20-an, mungkin?

"Hei, aku Tuti."

Cocok sekali. Tuti, tukang tikung. Dengan Surya yang hobi dengan kata itu.

Salju hanya meringis. Ia memberi tatapan tajam pada Surya yang dibalas dengan wajah innocent.

"Kita ke mana?" tanya Tuti pada Surya.

Wanita itu bergelayut di lengan Surya.

"Kamu mau ke mana?" Surya balas dengan nada yang terdengar menjijikkan di telinga Salju.

"Katanya mau check in?"

"Astaga!" teriak Salju serta merta. Ia menutup mulutnya dengan kerjapan mata yang berlebihan. "Kalau ngomong begituan jangan di depan gue, bego!"

Surya tertawa. Ia mengedip pada Tuti dan memberikan isyarat yang lagi-lagi menjijikkan di mata Salju. Tidak tahan, rasanya mual, Salju akhirnya melenggang pergi.

Ingatkan dirinya untuk tidak lagi-lagi mengikuti aksi tikung Surya.

***

"Please, gue mohon, lo waras dikit!" Salju menggerutu.

Surya tertawa. Ia meraih botol air mineral dan meneguk isinya. Kelas mereka baru saja selesai jam olahraga dan Surya masih belum puas duduk di tepi lapangan.

"Mending lo ganti baju sekarang, Sal. Penggemar lo udah kayak ikan kakap."

Salju mengikuti arah yang ditunjuk Surya. Tidak heran jika teman sekelas ataupun beberapa adik kelasnya sembunyi-sembunyi melirik Salju. Walaupun cantik, galaknya Salju membuat semua cowok tidak berani mendekat.

Juga bukan kali pertama Salju mendapat surat seperti yang kemarin-kemarin diterima. Sedari dulu pun sudah ada. Lewat chat apalagi, banyak yang ngebom. Hanya saja Salju baru menanggapi yang satu ini, karena ia suka puisi-puisi itu.

"Apa hubungannya sama baju gue?" tanya Salju heran.

Namun sedetik kemudian ia menyesal mengapa menanyakan itu pada Surya karena lelaki itu meneliti tubuhnya dari atas sampai bawah. "Lo pakai baju kelas satu? Kecil amat."

SURYA & SALJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang