Part 2

576 84 11
                                    

Setahun setelah menikah, Hanbin melakukan wisuda nya. Dan Lisa mengikuti setahun setelahnya.

Hanbin lebih tua dari Lisa, ingat?

Pernikahan mereka bisa dibilang sangat romantis. Mereka layaknya pasangan yang baru menikah setiap harinya. Walau nyatanya, pernikahan mereka sudah berjalan selama dua tahun.

Lisa melambaikan tangannya saat melihat Hanbin yang tengah berjalan sembari membawa koper silver. Kaca mata hitam bertengger di hidung bangirnya.

Dan saat melihat sang isteri. Hanbin langsung merentangkan tangannya.

Lisa berlari dan langsung memeluk tubuh tegap suaminya itu.

Hanbin menelusupkan kepalanya di ceruk leher Lisa. Berucap 'Aku merindukanmu, sayang' setelah mengecup wajah Lisa berkali-kali.

Lisa terkekeh. "Aku juga merindukanmu. Ayo, kita harus pulang cepat. Aku sudah memasak banyak sekali untuk menyambut kedatanganmu dari Amerika."

Hanbin ikut terkekeh. Ia mengusak surai pirang Lisa gemas. "Aku bahkan kesana hnaya dua hari ntuk perjalanan bisnis. Dan kau bersikap seolah-olah kita tak bertemu lama."

Hanbin menyentuh hidung Lisa. Membuat sang istri tersenyum.

"Agar kau betah di rumah. Hihi"

Hanbin memeluk pinggang Lisa. "Tentu saja aku akan betah, sayang. Dan aku akan lebih betah jika kau menyiapkan aku sesuatu dari pada makanan." Hanbin mengedipkan matanya.

Lisa memeluk Hanbin lagi. "Kau akan mendapatkannya nanti." Bisiknya.

Hanbin mengecup sekilas bibir Lisa. "Ayo, aku ingin cepat-cepat sampai rumah." Ujarnya tak sabar.

Lisa mengangguk seraya tersenyum geli. "Ayooooo"

Hanbin tertawa kecil saat tangannya ditarik Lisa untuk berlari.

"Hei, jangan belari. Bagaimana kalau kau jatuh, sayang?"

***

Hari minggu adalah hari yang paling Hanbin tunggu-tunggu.

Hari dimana ia dan Lisa libur bekerja.

Hanbin melirik ke samping dan menemukan wajah tidur Lisa. Isterinya itu terlihat cantik meskipun tanpa make up.

Ah, begitu Hanbin sangat mencintai wanita cantik itu.

Hanbin membenarkan helaian rambut yang jatuh ke hidung sang istri. Menyelipkan nya ke belakang telinga dengan perlahan.

Lelaki bangir itu tersenyum saat berhasil mencuri kecupan dari bibir kissable itu.

Dan ketika mata Lisa terbuka, Hanbin tersenyum manis. "Selamat pagi, sayang." Sapanya.

Lisa tersenyum dan mendekatkan tubuhnya ke arah Hanbin. Memeluk tubuh suaminya dan menelusupkan kepalanya ke dada bidang sang suami.

Hanbin terkekeh geli saat nafas Lisa terasa di dadanya. "Sayang, bangun sudah siang."

Lisa menggeleng. Semakin mengeratkan pelukannya.

Hanbin terkekeh lagi kemudian balik memeluk tubuh ramping Lisa. Mengelus punggung istrinya sayang.

"Kau tak ingin memberiku morning kiss?" Goda Hanbin.

"Kau sudah mencurinya tadi." Gumam Lisa.

Hanbin meringis. Ternyata Lisa menyadari sikapnya sebagai pencuri tadi. Kkk

Hanbin mengecup kening Lisa. "Bagaimana kalau kita honey moon lagi, sayang? Eropa sepertinya ide yang bagus."

Hanbin merasa Lisa mengangguk dalam pelukannya. "Yah, aku akan mengambil cuti untuk beberapa hari untuk mengabulkan keinginan suamiku yang kelebihan hormon ini."

Hanbin mengerutkan kening. "Aku tak---"

Lisa mendongkak lalu mengecup singkat bibir Hanbin. "Iya, sayang. Ayo ke Eropa. Bagaimana dengan besok?" Ujarnya seraya tersenyum.

Dan Lisa memekik kaget saat Hanbin membawa tubuhnya untuk berada di atas tubuh lelaki itu.

Lisa dapat melihat suaminya itu kini menyeringai.

"Beri aku kekuatan untuk memulai hari ini sayang" Ujar Hanbin.

Lisa dengan senang hati langsung saja mencium bibir suaminya.

Hanbin membalas ciuman itu. Membalikan tubuh Lisa hingga kini ada di bawahnya.

Pagi yang indah...

"Hanbin-hh"

***

Saat usia pernikahan mereka menginjak tahun ketiga, Hanbin dibuat terkejut akan teriakan Lisa yang sangat kencang dari kamar mandi.

Hanbin sampai tak sengaja menjatuhkan cangkir kopinya dan berlari kesetanan menghampiri istrinya itu.

Jantungnya berdetak kencang saat tubuhnya terhuyung ke belakang saat Lisa memeluknya dengan tiba-tiba.

"Sayang? Kau kenapa, eoh? Kau jatuh? Mana yang sakit?" Hanbin bertanya dengan nada khawatir.

Dan yang dikhawatirkan malah tertawa.

"Sayang, kau kenapa, eoh?" Tanya Hanbin lagi. Tangannya menangkup kedua pipi chubby sang isteri.

"Kita akan menjadi orang tua, sayang." Pekik Lisa sembari memperlihatkan benda dengan dua garis merah ke arah Hanbin.

Hanbin belum faham.

"Aku hamil, Hanbin. Aku akan menjadi seorang Ibu dan kau akan menjadi seorang Ayah." Ujar Lisa gemas.

Hanbin mengerjapkan matanya. "Benarkah?" Tanyanya. Jantungnya berdetak kencang lagi.

Lisa mengangguk. "Iya. Aku---"

Lisa memekik kaget saat Hanbin mencium wajahnya bertubi-tubi.

"Terimakasih, sayang. Terimakasih, sayang. Terimakasih, sayang."

Hanbin membawa tubuh Lisa untuk ia peluk. "Ahhh, aku sangat mencintaimu."

Lisa tersenyum. "Kau juga harus mencintai baby kita, sayang."

Hanbin ikut tersenyum. Lelaki bangir itu langsung berjongkok di depan perut rata Lisa dan mengecupnya sayang.

"Hai, Baby." Sapanya. "Ini Daddy."

Lisa merasa matanya memanas.

Yah, ia memang wanita terbahagia di dunia ini.

***

Chapter awal-awal sweet dulu, ya. Sedih-sedihan nya nanti aja. Wkwk

Vote komen untuk chapter selanjutnya 😘

U AND I - HANLIS / HANLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang