Part 23

613 90 68
                                    

"Kau bilang apa?"

Hanbin tersenyum manis. "Kau Lisa. Kau istriku." Lelaki bangir itu tak bisa menahan senyumnya. Ia biarkan dua titik cacat di kedua pipinya terlihat dengan jelas. Sangat kontras dengan matanya yang basah.

Alice terkekeh. Wanita berponi itu kemudian melepaskan pelukan mereka.

Tersenyum kecut, Alice berkata. "Menyedihkan." Dengan nada datar.

Hanbin terpaku. Bibirnya seakan kelu hanya untuk sekedar berucap kala sorot mata yang biasanya menatapnya teduh itu kini mendingin. "Lisa---"

"Jadi, aku adalah Lisa?" Alice menunjuk dirinya sendiri. "Wanita yang dikhianati suaminya dengan berselingkuh dengan wanita lain sampai memiliki anak? Wanita yang ditinggalkan buah hatinya sendiri?"

Hanbin mengangguk kaku. Hanbin tahu ia salah. Rasa bersalah yang Hanbin rasakan bahkan begitu besar. Tapi, ada apa ini? Kenapa reaksi Alice seperti ini?

Bukankah harusnya wanita itu senang karena---

"Benarkah?"

Lagi, Hanbin mengangguk. Itu benar. Hanbin sudah melakukan tes DNA terhadap Lisa dan hasilnya 99,9% menunjukkan bahwa Alice adalah Lisa.

"Kalau begitu aku harus berterimakasih kepada Tuhan karena telah mengambil memoriku yang sangat menyedihkan itu."

Deg

Alice memalingkan wajahnya. Tak ada sedikitpun niat untuk kembali menatap onyx kelam lelaki bangir di depannya.

"Kau tahu, Hanbin-sii."

"Y-ya?"

"Meskipun aku belum bisa mengingat bahwa diriku adalah Lisa seperti katamu---" Alice memejamkan matanya. "Tapi, rasa benciku padamu sudah besar."

***

"Aigoo~ aigoo~" Taeyong rasanya ingin menguyel-uyel pipi Yedam saking gemasnya dengan keponakannya itu.

Mata bulatnya itu, astaga. Taeyong rasanya sudah ingin mempunyai anak saja kalau begini. Keponakannya itu sangat lucu.

Seulgi terkekeh. "Ku doakan deh, agar Alice menerima lamaranmu nanti." Wanita berambut hitam itu menatap sang kakak menggoda. "Atau kalau dia menolak, cari saja wanita lain."

Yang dibalas Taeyong dengan sebuah dengusan. "Tak mendukung sekali." Gumam nya. Seulgi membalas dengan sebuah tawa.

Taeyong kemudian melihat ke sekeliling rumah. "Nanti hanya akan ada kalian bertiga saja di sini?"

Seulgi mengangguk. "Ya. Tapi, mungkin nanti akan aku rekrut baby sitter untuk menjaga Yedam. Hanbin akan sibuk di perusahaan dan aku pasti akan sibuk di butik. Takutnya nanti Yedam tak begitu terurus."

"Jangan terlalu sibuk bekerja. Kau bahkan baru melahirkan, Yedam masih sangat perlu Ibunya."

"Iya, Oppa." Seulgi terkekeh lagi. "Tenang saja." Ujarnya. "Kami akan menjaga bayi kami dengan baik."

Mendengar itu, Taeyong mengangguk. Tapi, kemudian ia terfikirkan sesuatu.

Tentang kedua bayi Hanbin. Apa sebelum kedua malaikatnya pergi, Hanbin dan Istri pertamanya menjaganya dengan baik? Ah, tentu saja.

Taeyong merasa buruk akan alasan mereka kehilangan anak. Seulgi pernah berkata kalau Hanbin kehilangan bayinya karena istrinya itu tak bisa menyelamatkan salah satu pasiennya sehingga keluarga pasien balas dendam dengan cara membunuh kedua bayinya.

Taeyong harus lebih hati-hati dalam menangani pasien. Ia tak mau kejadian naas ikut menimpanya atau keluarganya nanti.

"Ppa-oppa-?"

U AND I - HANLIS / HANLICEWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu