Part 6

470 83 15
                                    

Lisa absen untuk tak datang ke rumah sakit hari ini.

Wanita cantik berponi itu mengeratkan tangannya pada stir mobil saat melihat mobil yang Hanbin kemudikan melewati perusahaan tempat ia bekerja.

Bukankah suaminya itu berkata bahwa hari ini ada klien penting di perusahaannya sampai tak sempat untuk sarapan bersamanya tadi?

Tapi, kenapa Hanbin malah menuju ke arah lain?

Entah yang ke berapa kalinya Lisa menelan ludahnya yang terasa pahit pagi ini. Yang jelas, semenjak wanita cantik berponi itu memutuskan untuk membututi suaminya, ia tak bisa tenang.

Lisa takut kenyataan akan menamparnya nanti.

Lisa takut kenyataan akan menghancurkan hidupnya lagi.

Dan apa yang terjadi? Kenyataan benar-benar menamparnya dengan telak.

Di ujung sana, Hanbin menepikan mobilnya  di depan sebuah rumah dengan nuansa abu-abu. Di depan rumah itu berdiri seorang wanita berambut hitam yang tengah tersenyum manis.

Hanbin memeluk wanita itu.

Mencium bibirnya.

Lalu, mereka berdua masuk ke dalam rumah.

Lisa tak tahu apa yang tengah ia rasakan saat ini. Sedih? Kecewa? Atau benci?

Tidak.

Lisa tak bisa merasakan apapun sekarang.

Hanbin berselingkuh. Lelaki yang menjabat sebagai suaminya itu tengah mengunjungi wanita lain setelah membohongi istrinya sendiri.

Dan Lisa tak bisa melakukan apapun selain duduk diam di dalam mobil sampai Hanbin keluar dari rumah berwarna abu itu saat waktu sudah menunjukkan sore hari.

Suaminya bersama wanita lain seharian penuh.

***

"Sayang? Tumben pulang telat." Hanbin memeluk tubuh Lisa saat istrinya itu baru saja memasuki rumah. Hanbin mengecup kening Lisa sayang sebelum membawa wanita cantik itu ke dalam pelukannya.

"Bagaimana hari ini di rumah sakit? Semuanya baik-baik saja, bukan? Wajahmu terlihat pucat." Hanbin mengelus surai Lisa lembut.

Lelaki bangir itu mengerenyitkan dahi saat tak mendengar Lisa menjawab. Istrinya itu bahkan tak mengucapkan sepatah katapun semenjak menginjakan kaki di dalam rumah.

"Sayang?"

Hanbin menatap tangannya yang semula memegang pipi Lisa dilepas wanita cantik berponi itu.

"Aku lelah." Ujar Lisa.

"Kalau begitu istirahatlah. Biarkan aku yang memasak untukmu malam ini." Hanbin tersenyum. Lelaki bangir itu memperlihatkan dimple di kedua pipinya.

Lisa mengangguk. Wanita berponi itu melangkahkan kakinya di atas tangga dengan langkah gamang.

Sejak kapan?

Sejak kapan suaminya pintar bersandiwara?

Kenapa Lisa tak menyadarinya selama ini?

Apakah sudah lama?

Lisa memukul bagian dadanya beberapa kali. Berharap dengan melakukan hal itu, rasa sakit yang ia rasakan berkurang.

Tapi, ini terlalu menyakitkan.

***

"Klien mu." Lisa menggantung kata-katanya. Wanita berponi itu menatap ke arah Hanbin yang juga tengah menatapnya.

U AND I - HANLIS / HANLICEWhere stories live. Discover now