Part 12

643 98 29
                                    

Update pagi sekali saya 😩

Btw, makasih buat sarannya. Ditampung semuaaa 🖤

***

"Sudah ku duga, kau memang ahli dalam bidang ini." Taeyong hanya bisa menggelengkan kepalanya takjub melihat bagaimana Alice dengan cekatan menjahit 'model' tubuh di depannya.

Taeyong semakin yakin jika masa lalu wanita yang di tolongnya itu berhubungan dengan bidang medis.

"Wow, aku kagum dengan diriku." Alice terkekeh. Wanita berponi itu tersenyum manis saat selesai dengan jahitan terkahirnya.

Taeyong memberikan jempolnya. "Oke. Kau lulus menjadi asistenku."

"Mohon bimbingannya, Dokter Lee." Alice membungkuk kecil.

Taeyong mengangguk. "Tentu, Asisten Alice. Mari bekerjasama dengan baik, okay?"

Alice ikut mengangguk.

Taeyong melepaskan jas Dokternya lalu menatap Alice. "Mau ikut denganku?"

"Kemana?"

"Sudahkah aku mengatakan bahwa aku memiliki seorang adik?"

Alice mengangguk lagi.

"Adikku sedang mengandung. Aku akan datang ke rumahnya dan memeriksa kondisi tubuhnya, semalam ia menelfonku dengan penuh isakan, ia bertengkar dengan suaminya."

"Benarkah? Astaga... Seharusnya ia tak boleh bertengkar begitu jika sedang dalam masa kehamilan."

Taeyong mengangguk. "Ya, seharusnya." Lelaki berambut hitam itu menghela nafas. "Kadang dalam hubungan rumah tangga itu tak selalu diwarnai dengan keharmonisan." Ujarnya.

Alice mengangguk membenarkan.

"Bagaimana? Kau ingin ikut?"

Alice tersenyum. Wanita berponi itu menunjuk ke arah 'model' tubuh dengan jari telunjuknya. "Sepertinya aku akan berkutat dengannya. Siapa tahu ingatanku perlahan pulih, bukan? Aku merasa familiar dengan pekerjaan ini."

Taeyong tersenyum. "Baiklah." Ujarnya sebelum lelaki itu pamit untuk menemui sang adik.

Tak lupa setelah sebelumnya mengacak rambut Alice hingga membuat wanita berponi itu menggerutu kesal.

***

"Usia kandunganmu sudah memasuki bulan ke 8 sekarang, sebaiknya jangan terlalu memikirkan hal yang berat." Taeyong menatap ke arah sang adik yang kini sedang menunduk itu dengan lembut.

"Tatap aku jika kita sedang bicara." Ujar Taeyong.

Tak memberi respon, lelaki berambut hitam itu mengangkat dagu sang adik yang ternyata sedang menangis dalam diam.

"Ayolah, Lee Seulgi." Taeyong mendesah. "Ceritakan apa masalahmu. Jika aku bisa, aku akan membantu."

Seulgi menatap ke arah Taeyong dengan mata basahnya. "Semalam suamiku tak pulang."

Taeyong terhenyak. "Karena?"

"Karena--" Seulgi menghela nafas. "Aku marah padanya. Akhir-akhir ini ia selalu memikirkan mantan istrinya yang dulu, bahkan dengan terang-terangan selalu menyebutkan namanya setiap kali kami sedang bersama."

Taeyong terdiam beberapa saat. Kemudian, helaan nafasnya terdengar berat. "Dari awal aku memang tak menyetujui mu untuk menikahi pria yang sudah beristri." Ujarnya.

Benar. Bahkan, Taeyong tak datang ke pernikahan Seulgi. Bertemu dengan suami adiknya saja hanya beberapa kali, tentunya saat ia sedang memeriksa keadaan tubuh adiknya seperti sekarang.

U AND I - HANLIS / HANLICEWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu