Part 5

478 76 9
                                    

Lisa tersenyum kecil saat Hanbin mendatanginya di meja makan sembari mengusap surainya dengan lembut.

"Pagi, sayang!" Sapa Hanbin diiringi kedua dimple nya. Lelaki bangir itu mengecup kening Lisa sebelum duduk di samping sang istri.

Yang dibalas Lisa dengan 'Pagi juga, sayang' lalu menaruh nasi serta lauk pauknya ke piring sang suami. Pagi ini, Lisa memasak kepiting kecap dan brokoli kentang pedas kesukaan Hanbin.

"Terimakasih." Hanbin tersenyum lagi. Ia mulai menyendokan makanan ke dalam mulutnya. "Seperti biasa, makanan buatanmu adalah favoritku." Ujarnya memuji masakan sang istri.

Masakan Lisa memanglah selalu enak. Hanbin mengakui itu.

Lisa menatap ke arah Hanbin yang tengah makan dengan lahap itu dengan tatapan sendu.

Setelah kejadian semalam saat Hanbin pulang dalam keadaan mabuk, lelaki bangir itu bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

Hanya Lisa di sini yang merasakan perasaan luka dimana sosok suami yang selalu menenangkannya di saat merasa bersalah akan kehilangan kedua bayinya, menyalahkannya juga.

Rasanya Lisa ingin bertanya kenapa Hanbin melakukan itu padanya, tapi wanita cantik itu berfikir mungkin karena  suaminya itu masih belum percaya akan bayi kembar mereka yang sudah tiada.

Lisa tak bisa menyalahkan Hanbin karena telah menyalahkannya.

Dirinya memang salah. Lisa mengakui itu. Lisa bahkan merasa tak pantas menyandang gelar Dokter pada namanya.

Lisa memalingkan wajahnya saat merasa matanya memanas. Wanita cantik itu mengusap pipinya dengan gerakan cepat saat setetes air mata jatuh dari matanya.

Jangan sampai Hanbin melihatnya menangis.

Lisa tersentak saat merasakan sebuah jemari menggenggam tangannya. Lisa mendapati Hanbin tengah menatapnya dengan intens.

"Ada apa?" Tanya Hanbin lembut.

Lisa bingung. Apa sikap Hanbin padanya sekarang adalah kepura-puraan atau bukan, mengingat semalam suaminya itu menyalahkannya atas semua yang terjadi.

"Jika ada masalah, kau bisa ceritakan padaku. Jangan pendam sendiri, hm?"

Lisa menggeleng kecil. Wanita berponi itu mengusap tangan Hanbin yang berada di jemarinya itu pelan.

"Tak apa." Ujarnya.

***

Lisa menatap ke arah wanita berambut coklat bergelombang dengan balutan jas putih itu dengan penuh harap.

Lisa baru saja memeriksakan rahimnya pada sosok Dokter kandungan yang merangkap menjadi rekan kerjanya di rumah sakit dan juga Dokter yang menangani lahirannya setahun yang lalu.

Menjadi seorang Dokter membuat Lisa mengalami rasa takut tersendiri ketika merasa setelah mengandung, perut bagian bawahnya sering sakit, atau bahkan kram meskipun tak sering. Tapi, Lisa tak mempermasalahkan itu karena merasa bahwa itu mungkin memang efek dari kandungannya.

Ya, Lisa memang melahirkan dengan tak normal.

Tapi, sekarang hal itu yang menjadikan ketakutan Lisa semakin besar. Apalagi setelah melahirkan, rasa sakit dan kram itu masih saja ia rasakan.

Jennie-Dokter kandungan berambut coklat bergelombang itu menatap ke arah Lisa dengan tatapan yang sulit diartikan. Helaan nafasnya terdengar berat, terdengar penuh dengan rasa sedih.

Lisa membenci perasaan takutnya saat ini.

"Maafkan aku."

Lisa menatap Jennie. "Tak apa. Katakanlah."

U AND I - HANLIS / HANLICEWhere stories live. Discover now