Part 17

547 100 23
                                    

Tanpa diberitahu pun, kalian pasti sudah mengerti bagaimana cara menghargai karya orang lain, bukan? ☺️

***

Alice merasakan kepalanya pening saat membuka matanya. Bau obat-obatan yang sudah ia hirup sejak berbulan-bulan yang lalu itu seakan tengah mencekiknya sekarang.

Ah, kenapa aku di infus?

"Alice!" Taeyong berseru. "Syukurlah kau sudah sadar." Ujarnya.

Alice seolah-olah merasa dejavu. Ya, ini kedua kalinya Taeyong menjadi orang pertama ketika dirinya membuka mata. Pertama kali adalah saat sadar dari kecelakaan.

"Apa yang terjadi padaku?" Tanya Alice lirih. Kepalanya begitu pening sampai membuat Alice rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya.

"Kau pingsan saat di cafetaria tadi. Astaga, kau membuatku khawatir, tahu!" Taeyong menjawab diselingi sebuah gerutuan dari bibirnya.

Mau tak mau, Alice meringis. "Ah, maafkan aku." Ujarnya.

Taeyong menghela nafas. Lelaki dengan jas Dokter itu kemudian menggenggam tangan Alice dengan hati-hati. "Ada apa?" Tanyanya. Taeyong memandang tepat pada onyx hitam wanita berponi di depannya. "Apa kau mengingat sesuatu?" Tanyanya lagi.

Alice terdiam beberapa saat.

"Tuhan begitu menyayangi Raesung dan Hanbyul, sayang. Rasa sayang-Nya melebihi yang dapat kita berikan."

"Aku tak tahu." Alice menggelengkan kepalanya. "Satu kilasan muncul begitu saja. Setelah itu, kepalaku terasa sakit dan aku tak tahu apa yang terjadi." Helaan nafas keluar dari bibir pucatnya. "Kau pasti berat ya, membawaku kesini?" Tanya Alice merasa bersalah.

Sebuah ringisan Alice dapatkan. Alice mengartikan itu sebagai jawaban 'ya', sehingga wanita berponi itu berkata 'maaf' beberapa kali.

"Hei, bukan aku yang membawamu kesini." Ujar Taeyong.

Alice mengerjapkan matanya. "Lalu siapa?" Tanyanya bingung.

Hanbin?

***

"Kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu sekarang?" Hanbin menghampiri ranjang pesakitan Seulgi lalu mengusap surai istrinya lembut. Seulgi tersenyum kecil sebagai jawaban yang mana membuat Hanbin menghela nafas lega.

Lelaki bangir itu kemudian ikut tersenyum. "Terimakasih." Ujarnya. "Bayi laki-laki kita begitu menggemaskan dan tampan." Ujarnya lagi. Tak terasa, cairan bening bergerumul di dalam matanya.

Hanbin merasa bersalah karena tak bisa menemani Seulgi di saat wanita berambut hitam itu berjuang untuk melahirkan bayi mereka.

"Aku ingin menemuinya." Lirih Seulgi. Yang dibalas Hanbin dengan sebuah anggukan.

***

"Kau yakin tak ingin istirahat saja? Keadaanmu masih---" Taeyong menghentikan ucapannya saat mendapatkan sebuah puppy eyes dari Alice. Lelaki berjawline tegas itu menghela nafas. "Baiklah. Tapi, jangan terlalu kelelahan. Kau hanya boleh memeriksa beberapa pasien hari ini, akan ku berikan daftarnya nanti."

Alice mengangguk. Senyuman manis tercipta dari bibirnya.

Taeyong menatap Alice. "Kau benar-benar." Ujarnya kemudian.

Alice tak menghiraukan itu. Wanita cantik berponi itu malah sibuk dengan setelan perawatnya saat ini.

"Ah ya, Tae?"

"Ya?"

"Kapan kau akan memberitahuku tentang wanita yang akan kau nikahi itu?"

Uhukkk

U AND I - HANLIS / HANLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang