Part 10

725 105 55
                                    

Lisa menatap nanar secarik kertas yang tengah ia pegang.

Surat panggilan ke pengadilan.

Sebegitu besar kah Hanbin ingin pergi dari hidupnya?

"Aku berjanji, akan membahagiakanmu semampuku, Lisa. Seumur hidupku. Terimakasih karena telah menerimaku, sayang."

Lalu, apa sekarang? Lelaki bangir itu akan berterimakasih juga karena telah melepaskannya?

Lisa mendongkakkan kepalanya, berharap liquid bening yang sudah bergerumul di kedua matanya itu tak turun.

Sia-sia.

Lisa tertawa pahit. Astaga. Kenapa hidupnya menjadi semenyedihkan ini dalam kurun waktu singkat?

Wanita cantik berponi itu berjalan ke arah tempat sampah, sebelum merobek-robek kertas putih itu menjadi serpihan kecil. Membuangnya.

Seharusnya, Lisa juga membuang perasaannya pada sosok Hanbin.

Bukankah akan menyakitkan jika yang mencintai sekarang hanya ia saja?

"Kita sudah tak ada harapan lagi."

"Bukankah lebih baik jika kita berpisah?"

Lisa mengambil sebuah figura berisi fotonya dan Hanbin dengan Raesung dan Hanbyul di masing-masing pangkuan mereka.

Dulu, mereka begitu bahagia.

Lisa mengelus lembut wajah kedua bayi nya. "Malam, sayang." Sapanya. "Bagaimana keadaan di sana?" Lisa terkekeh kecil. Bagaimana bisa ia menanyakan perihal hal itu?

"Mommy harap kedua bayi Mommy ini bahagia selalu." Lisa berujar lirih. Air matanya sudah jatuh sedari tadi.

Berganti alih, kali ini Lisa mengelus wajah Hanbin. Tersenyum kecil sebelum berkata. "Selamat, Hanbin-ah."

Lisa merasa sesak di bagian dadanya ketika nama itu disebut. Panggilan sayang saat ini tak bisa Lisa ucapkan di saat Hanbin bahkan menginginkan hubungan mereka berakhir.

"Selamat karena kau akan mendapat bayi lucu lagi." Lisa kembali tersenyum. "Kau akan menjadi seorang Ayah, Hanbin. Kau membuatku iri..."

"Adalah sebuah keajaiban karena kau bisa bertahan dengan kandunganmu dulu." Jennie menghela nafas. "Tapi, ku sarankan agar kau tak mengandung lagi, Lisa. Kau memiliki rahim yang lemah."

Lisa menunduk. Wanita cantik itu mengelus bagian perutnya dengan tangan bergetar.

Lisa iri...

Lisa begitu merasa iri pada wanita lain di luar sana.

Lisa iri pada Seulgi...

Tes

Air matanya terjatuh lagi. Rasa sesak yang menghantam dadanya begitu kentara. Lisa tak bisa berbuat apa-apa sekarang setelah keluarga kecilnya hancur berantakan.

Luluh lantah...

Semua pegi meninggalkan Lisa seorang diri.

Kenapa?

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kamar membuat Lisa seketika langsung menghapus air matanya. Wanita cantik berponi itu menyimpan pigura foto tadi ke tempat semula.

Sosok sang Ibu terlihat ketika pintu kamar terbuka. Wanita terbaik bagi Lisa itu berjalan memasuki kamar dengan sebuah nampan berisi makanan di tangannya.

Baru saja sang Ibu ingin berkata, Lisa langsung saja memeluk tubuhnya. Membenamkan wajahnya di pelukan hangat malaikatnya membuat Lisa merasa tenang.

"Makan dulu, sayang."

U AND I - HANLIS / HANLICEKde žijí příběhy. Začni objevovat