Part 21

554 96 54
                                    

Taeyong membuka kamar rawat Seulgi dan tersenyum ketika mendapati sang adik tengah menepuk-nepuk pantat keponakannya agar tertidur dalam gendongannya itu dengan gerakan lembut.

Taeyong menyadari bahwa adik yang dulu selalu ia manjakan dan bersikap kekanak-kanakan itu kini sudah menjadi seorang Ibu sekarang.

"Apa aku mengganggu?" Bisik Taeyong. Takut membuat keponakannya kembali membuka mata.

Seulgi menggeleng sebagai jawaban. Wanita cantik bersurai hitam itu kemudian menidurkan bayi nya di dalam box bayi yang memang dikhususkan untuk berada di ruangan itu. Memudahkan Seulgi untuk merawat bayinya dengan keadaannya yang masih belum sepenuhnya pulih.

Setelah dirasa Yedam sudah tertidur pulas, Seulgi kembali ke atas ranjangnya dan mendapati sang kakak tengah duduk sembari mengupas sebuah apel. Menyodorkan potongan kecil apel itu yang diterimanya dengan senang hati.

"Tumben pagi-pagi Oppa kesini." Seulgi memulai pembicaraan. Wanita itu menatap ke arah Taeyong yang menurunkan bahunya, terlihat menyedihkan.

"Ada apa ini?" Seulgi bertanya dengan bingung. Tak biasanya kakaknya terlihat seperti ini.

Taeyong terlihat seperti lelaki yang telah ditolak cintanya.

Tumben. Kkk

"Aku tak tahu harus mulai dari mana." Taeyong kembali menyodorkan sepotong apel pada Seulgi. "Ini masalah hati. Apa aku terlihat menyedihkan?"

Seulgi kemudian menganggukkan kepalanya. "Sangat." Jawabnya kemudian.

"Sebelum aku bercerita, dimana suamimu?" Taeyong baru menyadari bahwa pagi ini adik iparnya itu tak menemani Seulgi di rumah sakit.

"Hanbin pergi ke kantor. Katanya ingin bertemu dengan klien penting." Jawab Seulgi.

Tadi, Hanbin memang meminta izin padanya untuk kembali bekerja. Pekerjaannya sudah menumpuk selama menemani Seulgi di rumah sakit membuat Seulgi merasa bersalah.

Apalagi Hanbin berkata bahwa hari ini ia akan menemui klien penting yang akan menentukan masa depan mereka.

Meskipun Seulgi tak faham dengan kata masa depan, wanita bersurai itu mengizinkan sang suami untuk kembali bekerja. Seulgi merasa bahwa ia sudah sanggup untuk sekedar menggendong Yedam dan mengurus bayinya. Berbeda dengan kemarin dimana tubuhnya masih terasa lemas.

"Oh, begitu." Taeyong mengangguk.

"Kalau begitu, ceritakan padaku apa yang membuatmu terlihat semenyedihkan ini, Oppa. Kau tahu, ini tidak seperti dirimu." Seulgi berucap diiringi dengan menggelengkan kepalanya.

Kemana perginya Lee Taeyong yang tak pernah terlihat patah hati, huh?

"Aku tak tahu sejak kapan aku mulai jatuh cinta padanya." Taeyong memulai ceritanya dengan Seulgi yang menjadi pendengar setia.

Pagi itu, cuaca benar-benar cerah. Bahkan, langit begitu terlihat bersih dengan warna biru yang begitu cantik.

Taeyong jadi merindukan Alice yang meminta izinnya untuk keluar sampai siang hari untuk menemui salah satu temannya.

Astaga. Sepertinya Taeyong benar-benar jatuh ke dalam pesona wanita cantik berponi itu.

***

Alice manatap ke arah Hanbin yang tengah membukakan pintu mobil untuknya. "Terimakasih. Padahal aku bisa membukanya sendiri." Alice berkomentar setelah masuk ke dalam mobil dengan Hanbin yang melindungi kepalanya.

Hanbin hanya tersenyum. Lelaki bangir itu melajukan mobil sport hitam itu di tengah jalanan Seoul yang masih lenggang. Sepertinya cuaca cerah tak mengindahkan sang pemilik kendaraan lain untuk sekedar jalan-jalan dan meninggalkan selimut hangatnya.

U AND I - HANLIS / HANLICEWhere stories live. Discover now