Part 14

570 100 11
                                    

"Alice, astaga!" Taeyong berseru tiba-tiba saat mereka berjalan di koridor rumah sakit pagi itu.

"Ada apa, Tae?" Tanya Alice.

Taeyong menatap wanita berambut pirang itu dengan serius. "Aku melupakan sesuatu." Ujarnya.

"Eoh? Apa? Di rumah, kah? Kalau begitu biar aku saja yang ambil. Kau langsung saja---" Alice menghentikan ucapannya kala melihat Dokter muda di depannya malah tersenyum lebar.

"Perasaanku tak enak." Gumam Alice. "Kau melupakan apa, huh?" Tanyanya.

"Aku lupa bahwa pagi ini aku belum memujimu. Kkkk"

Blush~

"Kau cantik seperti biasa."

Alice mendengus. "Sudahkah aku berkata bahwa kau itu memang menyebalkan, Lee?" Ujarnya.

Taeyong tertawa. "Belum. Tapi, semenyebalkan nya diriku aku masih tetaplah tampan, bukan?"

"Hohoho~" Lisa tertawa kecil. "Pede sekali."

Kekehan Taeyong terdengar. "Kau harus mengakui ketampanan ku!" Ujarnya.

"Baiklah, baiklah." Alice tersenyum kecil. "Tuan Lee Taeyong memang tampan." Ujarnya yang mana membuat Taeyong tersenyum juga.

"Akhirnya kau mengakuinya juga. Tanggal berapa ini? Haruskah aku menandainya di kalender?"

Keduanya kemudian tertawa. Benar-benar karena hal konyol.

***

Hanbin berdehem kecil hingga dua sosok yang sedang tertawa di depannya itu mengalihkan atensinya padanya.

Hanbin membungkuk kecil pada sosok kakak iparnya. Lalu, tatapan lelaki bangir itu tertuju pada sosok wanita pirang di samping Taeyong.

Jadi, beberapa hari yang lalu Hanbin memang tidak berhalusinasi melihat Lisa karena terlalu merindukan istrinya itu?

Hanbin yang berniat untuk kembali merengkuh wanita cantik itu terhenti saat sebuah lengan menahan dadanya.

"Istrimu ada di dalam sana." Taeyong menunjuk ke arah ruang rawat Seulgi. Lelaki berambut hitam itu dapat melihat bagaimana raut adik iparnya yang terlihat gelagapan.

"Ah, iya." Hanbin menggaruk tengkuknya kikuk.

Astaga, apa yang barusan ia lakukan?

Hanbin membungkuk lagi sebelum lelaki bangir itu melewati Taeyong dan Alice.

Meskipun sebelum dirinya membuka pintu ruang rawat Seulgi, tatapan Hanbin kembali tertuju pada sosok wanita yang tengah berjalan menjauh dengan kakak iparnya dari sana.

Hanbin yakin sosok wanita cantik itu adalah Lisa, istrinya. Tapi, kenapa Lisa seoalah tak mengenalnya?

Kenapa Hanbin merasa dadanya begitu sesak?

***

Alice tersenyum kecil saat berpapasan dengan petugas medis lainnya.

Wanita berponi itu kemudian menghentikan langkahnya saat melihat salah satu pasiennya tengah duduk di salah satu kursi dengan bayi lucu di dalam gendongannya.

Alice menghampirinya. "Bayinya menggemaskan sekali, Minah-sii."

Minah tersenyum manis. "Terimakasih, Alice-sii. Kau boleh memanggil bayiku Misoo." Ujarnya.

Alice ikut tersenyum. Ia mencubit pelan pipi gembul Misoo. "Hai, sayang." Sapanya.

"Boleh ku gendong?" Alice menatap Minah. Yang dibalas dengan sebuah anggukan.

U AND I - HANLIS / HANLICEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt