Part 8

539 88 23
                                    

Sudah dua hari Hanbin tak pulang ke rumah.

Dan sudah dua hari pula Lisa menunggu kedatangan suaminya.

Kabar tentang hubungan rumah tangganya yang sedang dalam keadaan tak baik-baik saja sudah diketahui kedua orang tua.

Bukan dari mulut Lisa dan Hanbin sendiri, melainkan dari orang yang mereka suruh untuk mencari informasi mengenai rumah tangga putera puteri mereka.

Lisa absen datang ke rumah sakit. Wanita cantik berponi itu bahkan selalu mengurung diri di dalam kamar tanpa asupan makanan dan minum sedikitpun selama dua hari ini.

"Aku menunggu Hanbin pulang, Bu. Aku akan makan jika suamiku sudah pulang."

Itulah jawaban yang selalu Ibu Lisa dengar setiap kali ia membujuk puterinya untuk makan.

Hanbin sudah dihubungi berkali-kali olehnya tapi lelaki bangir itu menolak untuk pulang. Bahkan ketika Ibu Lisa memberitahu bahwa Lisa tak makan sedikitpun demi menunggunya pulang.

Ia marah tentu saja. Lelaki yang membawa puterinya untuk dijadikan istri memperlakukan istrinya seburuk ini, Ibu mana yang tak marah? Ibu mana yang tak sedih?

Ayah Lisa tentu lebih marah. Ia bahkan berniat untuk menyuruh orang agar memukuli menantunya jika saja Lisa tidak melarangnya.

"Sungie dan Byulie akan sedih jika tahu Daddy nya kesakitan, Ayah."

Ibu dan Ayah Lisa merasa hatinya hancur saat melihat betapa Lisa mencintai Hanbin begitu besar.

Dua hari tanpa makan tentu saja membuat Lisa lemah. Wajahnya terlihat pucat.

Kini, di punggung tangannya terdapat jarum infus yang mana guna sebagai pengisi cairan tubuhnya yang hilang.

Besoknya, Hanbin pulang ke rumah.

Tentu saja Lisa langsung berlari ke pintu utama begitu mengetahui bahwa suaminya akhirnya pulang.

Infus yang masih tertancap di punggung tangannya ia lepas dengan paksa hingga meninggalkan tetesan darah di punggung tangan putih itu.

Lisa membenarkan helaian rambutnya yang berantakan sebelum membuka pintu utama. Wanita cantik yang kini berwajah pucat itu bersiap untuk menyambut Hanbin pulang dengan sebuah senyuman manis.

Cklek

Pintu terbuka.

Deg

Menampilkan Hanbin yang datang dengan wajah datarnya. Tanpa senyuman. Tanpa kecupan di keningnya. Tanpa sebuah pelukan hangat di tubuhnya.

"Hanbin" Lirih Lisa.

Hanbin masuk ke dalam rumah dengan warna dominan putih itu. Lisa mengikutinya dari belakang.

Lelaki bangir itu menyimpan selembar kertas dan sebuah pena di atas meja.

"Apa itu?" Tanya Lisa. Wanita cantik berponi itu mengambil kertas itu dan membacanya. Seketika matanya melebar. "I-ini-" Lisa tak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasa hatinya kembali terasa diremas.

"Kita sudah tak ada harapan lagi." Hanbin menghela nafas. "Bukankah lebih baik jika kita berpisah?"

Lisa merapatkan bibirnya. Ribuan jarum terasa sedang menusuk jantungnya saat ini.

"Tidak." Lirih Lisa. Wanita cantik berponi itu menggelengkan kepalanya.

"Will you marry me?" Tanya Hanbin. Dimple di kedua pipinya terlihat.

Tanpa ragu, Lisa mengangguk. "Tentu saja aku mau."

Membuat Hanbin berteriak senang diikuti teriakan heboh seluruh kampus.

Hanbin memasangkan cincin itu di jari manis Lisa. Kemudian mengecup kening sang kekasih.

"Aku berjanji, akan membahagiakanmu semampuku, Lisa. Seumur hidupku. Terimakasih karena telah menerimaku, sayang."

Lisa tersentak saat Hanbin berlutut di depannya. Bahu lelaki bangir itu bergetar. Kepalanya menunduk.

"Ku mohon, biarkan aku pergi, Lisa. Aku sudah muak dengan pernikahan ini." Lirih Hanbin.

Lisa tak bisa lagi membendung liquid bening yang sudah sejak tadi bergerumul mendesak keluar dari kedua matanya. Nafasnya tersendat, hatinya serasa remuk.

"Ku mohon..." Lirih Hanbin lagi.

Lisa menghapus air matanya kasar. Dengan tangan bergetar, wanita itu mengambil pena dan menggoreskan tanda tangannya di atas kertas putih itu.

Surat perceraian.

Tanpa berkata apapun, Lisa pergi dari hadapan Hanbin.

Hanbin memohon agar Lisa membiarkan lelaki itu pergi.

Lisa harus membiarkan hidupnya hancur mulai dari sekarang. Lisa harus bisa menata kehidupannya tanpa ada sosok Hanbin lagi.

Waktu itu, tepat 5 tahun umur pernikahan mereka.

Membuat Lisa tersadar. Bahwa, menjadi isteri yang tak sempurna itu memang menyedihkan.

Andai saja Lisa bisa sesempurna wanita lain, mungkin sekarang Hanbin menepati janjinya untuk membahagiakan Lisa semampu lelaki itu. Seumur hidup lelaki itu.

Bukan memohon agar Lisa membiarkannya pergi dari hidupnya. Bukan memilih untuk menyerah dalam hubungan mereka.

7 tahun yang mereka habiskan bersama itu, ternyata tak bisa membuat Hanbin bertahan di sisinya.

Tepat setelah Lisa menutup pintu kamarnya, tubuhnya ambruk.

Malam itu, Lisa bermimpi bahwa ia sedang bersama kedua bayi nya. Raesung dan Hanbyul tersenyum ke arahnya dengan tangan yang saling bertaut. Dan Hanbin melihatnya dari daun pintu dengan sebuah senyuman di bibirnya.

Saat Lisa melambaikan tangan menyuruh Hanbin untuk bergabung bersama mereka, Hanbin menggeleng. Lelaki bangir itu perlahan menjauh, meninggalkan Lisa dan kedua buah hatinya.

Memutuskan untuk memilih Ibu dari calon buah hatinya yang lain.

***

Siapa yang nangis baca part ini?

Jujur. Aku yang nulis aja nangis. Wkwkwk

Vote komen untuk cepat lanjut ke chapter selanjutnya 🖤

U AND I - HANLIS / HANLICEजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें