Part 1

896 102 5
                                    

"Lisa, Lisa, Lisa."

"Sayang, sayang, sayang"

Lisa menghela nafas dan melangkahkan kakinya ke luar lab. Menghampiri lelaki bangir yang sedang menatapnya dengan senyum lima jari itu.

"Apa, Hanbin? Aku sedang fokus dengan praktikum, kenapa kau selalu menggangguku, sih?" Lisa mengerucutkan bibirnya. Kedua tangannya terbungkus sarung tangan karet.

Hanbin menangkupkan tangannya di depan dada. "Janji dulu saat selesai praktikum nanti kau harus datang ke aula."

"Aku tak---"

"Kalau tidak berjanji, aku akan terus di sini. Mengganggumu, biar saja nanti dosen memarahimu karena dianggap mengganggu jam pelajaran." Hanbin menampilkan gigi-gigi putihnya.

Lisa semakin mengerucutkan bibirnya. "Hanbinnnn" Rengeknya.

Ayolah, setelah praktikum nanti Lisa harus membuat laporan beserta jurnal untuk pertemuan selanjutnya.

Tingkat kesibukan mahasiswa jurusan Kedokteran itu berbeda dengan Jurusan Bisnis.

Kadang, Lisa iri dengan Hanbin. Kekasihnya itu terlihat lebih banyak memiliki waktu luang.

"Iya, sayang?" Goda Hanbin.

"Yasudah. Aku berjanji." Ujar Lisa mengalah.

Kalau tak dituruti, Hanbin pasti akan terus merengek.

Lisa bahkan meragukan umur Hanbin yang lebih tua darinya itu.

Kekasihnya itu tak terlihat dewasa sekali dibanding dengan dirinya.

Hanbin bersorak. "Yash! Aku tunggu di aula."

Chu~

"Dah, sayang!" Hanbin melambaikan tangannya setelah mencuri kecupan dari bibir Lisa.

Gadis itu melebarkan matanya. "Aish! Memalukan!" Lisa menututup wajahnya saat merasa seluruh mahasiswa di dalam ruang Lab menatapnya geli.

Termasuk Dosennya yang kini sedang terkekeh.

Oh, Kim Hanbin!

***

Lisa celingukan menatap ke seluruh aula yang sepi.

Apa Hanbin membohonginya?

Suara derit pintu terdengar.

Lisa menatap ke arah pintu yang terbuka. Menampilkan beberapa orang dengan baju yang sama, tapi terdapat huruf yang berbeda di setiap orangnya.

Totalnya ada 8 orang dengan tulisan 'ILOVEYOU'

Lisa mengerjapkan matanya kaget. Apa ini?

Kemudian, Hanbin datang. Lelaki itu memakai jas hitam dengan dalaman kemeja putih dan rambut yang disisir rapih.

Lisa mengerjapkan matanya lagi. Kenapa kekasihnya sangat rapih, huh?

Dan tampan...

"Hanbin"

"Lisa, kau tahu kan betapa besarnya cintaku padamu?" Tanya Hanbin dengan senyuman manisnya.

Lisa mengangguk. Pipinya sudah memerah sampai ke telinga saat kini mereka menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kampus. Entah sejak kapan aula itu penuh.

Hanbin berlutut di depan Lisa dengan sebuah kotak berisi cincin di tangannya.

"Lisa, maukah kau menikah denganku? Menemaniku sampai tua, sampai maut memisahkan kita?"

Mata Lisa memanas. "H-hanbin..."

"Will you marry me?" Tanya Hanbin. Dimple di kedua pipinya terlihat.

Tanpa ragu, Lisa mengangguk. "Tentu saja aku mau."

Membuat Hanbin berteriak senang diikuti teriakan heboh seluruh kampus.

Hanbin memasangkan cincin itu di jari manis Lisa. Kemudian mengecup kening sang kekasih.

"Aku berjanji, akan membahagiakanmu semampuku, Lisa. Seumur hidupku. Terimakasih karena telah menerimaku, sayang." Hanbin memeluk Lisa.

Lisa membalas pelukan itu dan mengangguk. "Terimakasih untuk semuanya, Hanbin. Aku mencintaimu."

Hanbin mengelus surai Lisa lembut. "Aku lebih mencintaimu, sayang. Pegang janjiku, kau akan ku jadikan wanita terbahagia di dunia ini."

Lisa tersenyum. "Aku menunggunya..."

Waktu itu tepat 2 tahun mereka menjadi sepasang kekasih.

***

Pernikahan itu digelar di salah satu gedung termewah di Seoul.

Setelah lamaran mendadak Hanbin di aula waktu itu, Lisa dan Hanbin memutuskan untuk menikah satu bulan kemudian.

Lisa benar-benar merasa menjadi wanita terbahagia di dunia waktu itu.

Dimana tangannya yang semula menggandeng sang Ayah kini dipindahkan untuk menggandeng calon suaminya.

Jari manis yang awalnya hanya terdapat cincin perak itu kini tersemat cincin berlian yang begitu indah.

"Ya, aku bersedia."

"Ya, aku bersedia."

Dan saat Hanbin mengecup mesra bibirnya, Lisa merasa kebahagiaannya sudah lengkap.

Melihat bagaimana kedua orang tuanya yang tersenyum bahagia membuat hati Lisa menghangat.

Lisa mendongkak saat Hanbin menangkup kedua pipinya.

"Aku mencintaimu."

Dan setelah berucap kata cinta dengan begitu lembut, Hanbin kembali menautkan bibirnya.

Lisa tersenyum.

Ia juga mencintai Hanbin.

Mencintai segala tingkah konyol lelakinya.

Mencintai segala yang ada di dalam diri Hanbin tanpa terkecuali.

Sorak sorai terdengar bertepatan dengan taburan bunga yang di arahkan pada Lisa dan Hanbin saat mereka berjalan di atas altar.

Lisa mengeratkan gandengan tangannya di lengan Hanbin. Membuat Hanbin tersenyum hangat.

"Kau sangat cantik hari ini."

Pujian itu sanggup membuat pipi Lisa yang sudah merah itu semakin merah.

"Kau juga tampan hari ini." Balas Lisa.

Hanbin terkekeh. "Baru kali ini kau memujiku secara terang-terangan." Bisiknya.

Lisa memukul lengan lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya itu pelan.

Hanbin tertawa.

Hanbin merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia ini karena mendapatkan wanita secantik isterinya.

Betapa Hanbin sangat mencintai Lisa.

Lelaki bangir itu sangat berterimakasih karena wanita sesempurna Lisa bisa menerima nya.

Meski butuh usaha yang lama untuk membuat wanita cantik berponi itu untuk balik mencintainya.

"Sayang, kau ingin anak berapa nanti?" Bisik Hanbin.

Lisa terkesiap. "Hanbin, kita bahkan baru menikah hari ini." Ujarnya tak percaya.

Yang dibalas Hanbin dengan senyum lima jarinya.

Suaminya itu, astaga.

***

Manis dulu ya😋

Vote komen untuk chapter selanjutnya 😘

U AND I - HANLIS / HANLICEजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें