Chapter 5

1K 93 35
                                    

Pertama, jangan lupa Vote dan Komen ya❤️

Selamat membaca❤️

****
Arkan semakin menatap dalam mata Greta, sedangkan gadis itu merasa tidak bisa untuk mengalihkan tatapannya dari mata Arkan. Keduanya semakin tenggelam dalam tatapan mata itu.

"Non Greta, maaf non, bapak baru nyampek, soalnya ban mobil tadi bocor non, jadi bapak harus ke bengkel dan nunggu dulu," mendengar suara tiba-tiba, Greta dan Arkan langsung memutuskan pandangannya dan refleks melepaskan pelukannya.

"Eh Bap—pak Roni ngagetin aja, ngg—nggak papa yang penting Pak Roni udah dateng sekarang," ucap Greta terbata. Gadis itu merasa gugup mengingat kejadian barusan.

Arkan ditempatnya berusaha memasang raut wajah santai, meskipun sebenarnya ia juga merasa gugup. Greta menatap Arkan dengan senyuman canggung.

"Mmm—Kak Arkan makasih udah nolongin gue,"

"Iya."

"Yaudah gue pulang ya Kak."

"Jangan lupa besok hari pertama lo resmi jadi murid SMA Pelita, jangan sampai telat." Arkan berusaha mencairkan suasana.

Gadis itu mengangguk sebagai jawaban dan tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. Kemudian ia membalik tubuhnya dan berjalan untuk pulang.

****
Greta memasuki rumahnya tetapi fikirannya masih terus mengingat tentang kejadian tadi saat hujan di sekolah.

"Sayang, kamu udah pulang?" Mama Greta, Arum menghampiri gadis itu.

"Eh Mama, iya Ma," Greta langsung tersadar dari lamunannya.

"Ya udah kamu langsung mandi, terus langsung makan ya,"

"Eh tunggu, itu kamu pake jaket siapa? Perasaan yang Mama tau, kamu gak punya jaket itu deh," Arum melihat Greta yang memakai jaket kebesaran pada tubuhnya.

Gadis itu langsung menunduk melihat tubuhnya sendiri yang sedang memakai jaket Arkan. Ia baru sadar kalau dirinya masih memakai jaket Arkan.

"Ini jaket temen Greta Ma, tadi soalnya hujan terus Greta gak bawa jaket jadi dipinjemin,"

"Ya ampun terus kamu nggak papa? Keadaan kamu gimana? Kamu kan gak bisa lama-lama ditempat yang dingin," Arum langsung khawatir karena putrinya itu tidak bisa berada di tempat yang dingin.

"Greta nggak papa Ma, Mama nggak usah khawatir," Greta tersenyum meyakinkan Mamanya.

Di tangga saat Alvaro akan turun ia mengernyit melihat Greta yang memakai jaket mirip seperti jaket punya temannya.

"Udah pulang kamu dek, itu jaket punya kamu?"

"Ini jaket temen Greta Bang, kenapa sih?"

"Nggak papa, soalnya mirip banget kaya jaket punya temen Abang."

"Cuma mirip kali, emang pabrik cuma buat satu," Greta berjalan menuju kamarnya. Sedangkan Alvaro hanya mengedikkan bahunya.

Selesai mandi Greta turun untuk makan, di meja makan sudah ada Alvaro yang sedang makan.

"Bang gimana keadaan Abang, udah sehat kan?" Tanya Greta yang sedang menyenduk nasi.

"Iya, Abang udah sehat wal afiat." jawab Alvaro yang masih mengunyah nasi di dalam mulutnya.

"Berarti besok masuk sekolah dong?" Tanya Greta antusias.

Alvaro mengangguk. "Gimana masa MOS kamu? Dikerjain sama senior?" Tanya Alvaro.

"Dikerjain sih nggak, tapi Abang tau—"

"Nggak." Jawab Alvaro polos.

"Aku belum selesai ngomong," kesal Greta.

GRETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang