"Joy! Kenapa ngebut banget?! Kita mau kemana?!"

"Kita mau nyelamatin Kak Daniel gue! Dia di culik sama Phoenix!"

"Kak Daniel diculik?" Lyra menatap Joya tidak percaya.

"Iya, waktu gue ngikutin Kak Daniel untuk balikin jaketnya, gue liat orang pake jaket Phoenix mukul Kak Daniel sampe pingsan! Terus mereka bawa Kak Daniel pergi!" Jelas Joya kalap. Sebenarnya Lyra tidak begitu mengerti kenapa Kak Daniel dan jaketnya bisa bersama Joya. Tapi dia sedikit memahami situasi ini.

"Terus lo tau dimana Kak Daniel?" Pertanyaan itu membuat Joya menghentikan mobilnya mendadak, hingga kedua gadis itu terlonjak maju dari kursinya.

"Lo mau mati?!" Pekik Lyra. Demi Tuhan Joya adalah gadis paling ceroboh yang pernah dia kenal. Bahkan mengalahkan kecerobohannya.

"Sorry Ra, gue baru kepikiran kalau gue gak tau Kak Daniel dimana," Lyra mendelik pada Joya.

"Tapi Ra! Gue yakin Kak Chandra pasti pergi nyelamatin Kak Daniel. Lo bisa lacak hp Kak Chandra kan? Hp Kak Daniel udah gak aktif gue telfonin," Lyra segera mengeluarkan ponselnya dan mulai melacak keberadaan Chandra, beruntung benda persegi itu tidak pernah lepas dalam genggamannya.

Entah mengapa, Lyra juga tiba - tiba dirundung rasa khawatir pada Chandra, dia takut pria itu terluka— lagi.

"Ke gedung tua di Lapang Kancil," Intruksi Lyra, membuat Joya segera menancap gas nya.

.
.

Joya sudah menepikan mobilnya di pinggir jalan dekat Lapang Kancil, dari sini Lyra dan Joya bisa melihat kerusuhan yang terjadi di depannya.

Anak SMA Galaksi dan SMA Venus terlihat saling adu jotos, saling pukul dengan balok kayu, bahkan saling melempar batu.

Lyra menghela napas lega, dia pikir di sini akan ada adu tembak. Sekarang dia mengerti, Chandra tidak pernah membiarkan anggotanya memegang senjata api, kecuali inti Cosmos.

Brak

Mendengar debuman pintu mobil, membuat Lyra tersadar dari lamunannya.

"Joya?!" Lyra terbelalak saat melihat gadis itu keluar dari mobil dengan tergesa. Hal itu membuatnya berdecak, lalu keluar menyusul Joya.

"Joy!" Lyra menarik lengan Joya hingga gadis itu menghadap padanya. "Kita gak bisa kesana gitu aja! Bahaya!"

"Gue gak peduli! Gue harus nyelamatin Kak Daniel, gue gak mau acara dinner pertama gue sama dia besok harus gagal gara - gara ini Ra!"

"Tunggu Joy!" Lyra mencekal tangan Joya ketika gadis itu hendak pergi lagi."Bukannya itu Kak Jeje?" Joya mengikuti arahan telunjuk Lyra pada seorang pria di seberang jalan.

"Kak Jeje!" Panggilan itu membuat Jeje menoleh, sekaligus ternganga saat mengetahui siapa yang memanggilnya itu.

"Kak Jeje!" Panggilan itu membuat Jeje menoleh, sekaligus ternganga saat mengetahui siapa yang memanggilnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lyra? Joya?" Gumam Jeje sebelum akhirnya menghampiri mereka.

"Kalian ngapain disini?!" Pekik Jeje.

"Mana Kak Daniel gue?" Joya malah balik bertanya.

"Disana," Tunjuk Jeje ke arah gedung tua, sedetik kemudian matanya terbelalak saat melihat dua gadis itu mulai berlari ke arah sana tanpa rasa takut.

"Woy! Jangan kesana! Bahaya!" Peringat Jeje yang kini malah diabaikan. Jeje berdecak dan mengusak rambutnya kasar sebelum mengejar kedua gadis itu.

"Cewek gila!"

.
.

Lyra dan Joya berjalan mengitari gedung tua itu. Jeje yang sedari tadi mengikuti dua gadis itu harus bekerja ekstra menumbangkan anak buah Marcel yang menghadang mereka di sepanjang jalan seorang diri.

Hingga mereka sampai di ruang utama gedung itu. Ruangan disana terlihat luas, gelap, dan lembab. Hanya ada lampu redup yang menerangi di beberapa sudut.

Disana banyak anak buah Marcel yang berjaga, hal itu mengharuskan Jeje mengerahkan energinya lagi untuk melawan mereka.

"Kak Daniel!" Pekik Joya. Gadis itu berlari ke arah Daniel yang terduduk di sudut ruangan dengan tangan terikat, penuh lebam, dan setengah sadar. Juga— rembesan darah di balik baju Daniel membuat Joya semakin histeris melihatnya.

Tidak hanya Daniel, disana juga ada Chandra yang sedang beradu jotos dengan seorang pria yang Lyra kenal bernama— 'Sam?'

Lyra menutup mulutnya terkejut, saat Sam melayangkan satu pukulan tepat pada rahang Chandra, hingga membuat sudut bibir pria itu mengeluarkan darah.

Chandra mengelap sudut bibirnya dengan punggung tangan, lalu terkekeh seakan apa yang dilakukan Adiknya itu adalah hal yang lucu.

Sam semakin geram, dia menarik kerah Chandra dan menghajarnya kembali dengan satu bogem mentahnya.

"Kenapa lo gak lawan gue brengsek?! Suaranya semakin meninggi. Wajah Sam yang kini menindih Chandra terlihat memerah dengan rahang yang bergemeletuk geram. Menunjukkan betapa marahnya Sam saat ini.

"Karena lo adik gue," Jawab Chandra yang terbatuk - batuk tersedak darahnya sendiri.

Sam menghentikan pukulannya pada Chandra, tapi napasnya masih memburu. Dia menatap Kakaknya itu dengan tatapan yang Lyra sendiri tidak mengerti.

 Dia menatap Kakaknya itu dengan tatapan yang Lyra sendiri tidak mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sam tiba - tiba menarik kerah Chandra untuk memaksanya berdiri. Hal itu membuat Lyra semakin membolakan mata.

"SAM! CHANDRA!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tebeceehh


Nah loh aku bikin si Lyra nyusulin biar bisa mantaf - mantaf 🌚

Episode depan masih tegang gaaess!

Yuk kita pegangan!

Follow akun littlesora buat yang belum. Mari membuat rumah kecil ini menjadi besar bersama - sama 💕

Touch vote and leave comment please 💕

Ciyuu 💕

PLAYFUL LOVE | PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang