[3.1] Rena Zeevar

31.5K 1.3K 68
                                    

Bagaimanapun juga keputusanku memberi tahu tentang pertunanganku dengan Gio memang benar. Namun waktunya yang kurang tepat. Seharusnya dari dulu aku memberi tahunya agar Ana tidak kecewa.

Aku kenal dengannya saat duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat kecil, Ana adalah sosok anak yang manja, arogan dan cengeng. Namun dibalik itu semua ia baik hati dan penolong.

Bertepatan saat aku mengenal Ana, aku juga mengenal Gio. Teman Ana yang satu itu sangat dingin tak tersentuh. Hanya Ana yang dapat membuatnya mau bicara.

Masuk dunia Menengah Pertama, aku baru tahu jika ibuku dan ibu Gio adalah sahabat SMA seangkatan. Awalnya aku memang tidak terlalu dekat dengan Gio, namun semenjak ibu bertemu dengan Prita-ibunya Gio aku jadi sering bertemu dengannya karena entah sengaja atau bukan tante Prita seperti ingin aku dekat dengan Gio.

Hingga perlahan sikap dingin Gio mulai meluluh. Dan aku sangat senang akan hal tersebut.

Masuk dunia Menengah Atas, aku masuk di sekolah SMK Kesehatan berbeda dengan Ana dan Gio yang memilih masuk ke SMA Swasta. Namun, kami hal tersebut tidak membuat kami hilang kontak.

Hingga aku mendengar bahwa tante Prita menikah lagi, aku menemukan sosok yang berbeda dari Gio. Ia sering keluar malam, jarang berbaur denganku dan juga Ana. Bahkan aku sempat memergokinya masuk ke dalam sebuah bar.

Dan Ana lebih sering bermain ke rumahku. Ia menceritakan padaku bahwa dirinya mencintai Gio. Aku sempat tertegun beberapa saat. Hingga aku mendengar suara isak tangis Ana dan berbicara bahwa ia memergoki Gio tengah melakukan hal diluar batas wajar.

Aku sama terpukulnya saat itu. Gio tak mengetahui jika Ana telah memergoki dirinya di apartment nya. Hari-hari berikutnya Ana bersikap seolah tidak tahu apa-apa. Ia bersikap lebih manja pada Gio.

Entah mengapa hati kecilku merasa tersentil melihatnya. Terlebih mendengar bahwa Ana mencintai Gio.

Masuk kelas dua SMK. Seperti tahun-tahun sebelumnya di sekolah, aku mendapat tugas magang di salah satu rumah sakit tak jauh dari tempat tinggalku. Aku hanya menjadi seorang asisten dokter.

Dua bulan aku magang, aku melihat seseorang yang aku kenali yang tak lain adalah Gio. Aku bertanya-tanya. Apakah ia sedang sakit? Hingga hari-hari berikutnya aku kembali melihat Gio.

Aku penasaran dan membuntutinya, ternyata lelaki itu menjenguk seseorang. Setelah melihat Gio masuk ke dalam ruangan. Aku sedikir mengintipnya, aku sedikit terkejut melihat seseorang yang terbaring di ranjang rumah sakit. Dia adalah ayah kandung Gio, pasien yang mengidap penyakit tumor.

Sejak saat itu aku lebih memperhatikan ayah Gio secara diam-diam. Mulai dari pola makan hingga istirahat, namun semua itu aku lakukan saat tidak ada Gio.

Hingga suatu malam, Gio melihatku yang tengah menyuapi ayahnya yang saat itu kondisinya semakin memburuk. Ia tak berkata apa-apa dan membiarkanku menyuapi ayahnya.

Kabar kondisi ayahnya yang sudah tidak bisa bertahan lama terdengar di indra pendengar Gio. Lelaki itu berlari dengan tergesa-gesa menghempiriku yang berdiri di depan ICU. Ia memelukku tanpa aba-aba dan menangis. Aku tahu ia tengah bersedih, dan akupun membalas pelukannya.

Usai magang, aku masuk sekolah kembali. Tepat saat memasuki kelas tiga, aku mendengar bahwa ayah Gio meninggal dunia. Dan aku sangat beduka cita akan hal tersebut.

My Husband Is An Actor [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now