Trivia : Sepuh Perbucinan (Andrik)

576 60 38
                                    

Sebuah adegan klasik di mana seorang Carkana Andrik Yatatema terlambat ke sekolah padahal itu adalah hari pertama MOS SMA Laskar Bestari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebuah adegan klasik di mana seorang Carkana Andrik Yatatema terlambat ke sekolah padahal itu adalah hari pertama MOS SMA Laskar Bestari. Dari balik pohon yang ditanam sepanjang trotoar depan sekolah, ia mengintip pergerakan guru kesiswaan bersama pihak OSIS dan panitia MOS yang berjaga-jaga. Meneguk ludah tak berani ke gerbang belakang sebab ada dua anjing hitam piaraan sekolah. Andrik tuh, paling males kalau urusan beginian, dia mau bolos tapi centong ibunya alamat bisa bikin dia kembaran sama Sangkuriang.

"Need some help?"

Andrik hampir jantungan ketika ia menemukan seorang gadis berkuncir kuda berdiri di belakangnya.

"Lo?"

"Hm?"

"Peserta MOS?"

"Tas karung, kaus kaki beda, rambut diikat dengan pita warna merah, plus nama dada. Sepertinya gak lucu kalau dibilang panitia MOS?"

Andrik bergidik ngeri.  "Lo telat?"

"Gue gak suka yang beginian. Mending belajar seharian tapi males di rumah."

"What?" Sumpah dah, pagi-pagi Andrik sudah harus ketemu sama gadis yang—yang unik mungkin? Ada benarnya juga, ajang senioritas memang membuat Andrik mual melihatnya.

"Come here!"

Tiba-tiba gadis itu menarik Andrik untuk segera berlari dan bersembunyi ke tembok samping penghujung gerbang utama. Napas keduanya terengah mendapati guru kesiswaan memergoki keberadaan mereka.

Sehabis mengintip, gadis yang entah siapa namanya itu berbalik dan terantuk dada Andrik. "Sorry."

"Ukuran badan lo nih, kayak gak cocok jadi anak SMA."

"I see cowok songong yang gak tau terima kasih."

Andrik diam, melihatnya melepas nama dada dan menyerahkan ke Andrik. Delvi Niara Ivone. Nama yang cantik seperti orangnya.

"Niara?"

Gadis itu tidak menyahut, ia mengambil ancang-ancang lalu melempar tas karungnya ke dalam area sekolah.

"Are you crazy?"

"Sometimes we need to do crazy things, Andrik."

"You know my name?"

"Your name tag, bodoh."

Duh, dari tadi omongannya serasa nyelekit gitu.

"Karena gue pendek, terus gak ada tangga. Bisa bantu gue?"

Andrik melongo, menunjuk dirinya sendiri. Ia setuju tanpa tahu ternyata harus mengorbankan bahunya diinjak. Endek-endek gitu berat juga, cuy.

"Lo buta kalau ngintip bawah rok gue!"

"Tadinya gak kepikiran, tapi pas lo bilang gitu jadi—"

"I'll kill you!"

"Hehe, canda."

ATTESA [Completed] Where stories live. Discover now