P r o l o g

70.5K 5.7K 129
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

*

DI SINI, SATU AKAN MENJADI OBSESI

*

*

*

LAYAR TELEVISI MENUNJUKKAN empat auditorium bergantian. Masing-masing diisi oleh ribuan peserta examen dan ratusan panitia. Di atas podium, tiga buah layar raksasa membentang, menyala menampilkan wajah seorang lelaki botak berkulit gelap.

"Saya akan menyampaikan hal penting pada Gate Examen kali ini. Seperti yang kalian ketahui, masing-masing dari kalian sudah duduk di kursi yang disediakan. Soal yang akan diberikan berjumlah 50 nomor. Examen ini akan menguji intelektualitas sekaligus mental kalian. Kalian diberi waktu 30 menit untuk menyelesaikannya, dimulai dari ... sekarang!"

Tiba-tiba terdengar decitan di lengan meja para peserta. Dari sebuah pelat hitam di ujung depan meja, menyala lampu berwarna putih dan kemudian pelat itu bergerak perlahan menampilkan monitor berukuran 7 inci. Garis-garis wajah yang beku dan binar redup mata mereka memberitahu bahwa soal yang diberikan tidaklah mudah. Karena memang begitulah. Kata 'mudah' akan menjadi sesuatu yang langka bagi mereka, setidaknya selama mereka menghirup udara Gateral. Udara yang mahal tetapi menyiksa, mengaliri setiap celah kemewahan kompulsif yang menjerat dengan riangnya.

Tayangan berpindah pada perbincangan antara host wanita dan seorang lelaki muda bercambang tipis. Wajahnya tegas. Pandangan matanya yang tajam tersembunyi di balik kaca mata berbingkai kotak yang ia kenakan. Siapa pun yang memandanginya akan menemukan bayang-bayang tak berperasaan di wajah itu.

"... menurut Pak Saga sendiri, bagaimana kualitas dari murid-murid Gateral Middle School yang sekarang mengikuti examen ini? Apakah mereka bisa kalah saing oleh para pendaftar dari sekolah lain atau bagaimana?"

Lelaki bernama Saga itu tersenyum dingin. "Kalau melihat sejarah ke belakang, mereka selalu menang dalam persaingan ini. Tak bisa disangkal, memang di setiap tahun selalu ada pendaftar dari luar Gateral yang bersinar. Namun tetap, selama ini yang selalu unggul adalah murid-murid kami. Terbukti dari peringkat tiga besar Gate Examen dan kursi E-Class yang selalu diduduki mereka tanpa ada selipan dari pendatang baru."

Saga. Guru yang paling ditakuti di Gateral. Kendati demikian, aura menakutkan itu tak dapat memupus fakta atas kegeniusannya. Terbukti dia berhasil merengkuh banyak decak kagum dari orang-orang. Meskipun sesungguhnya, ia tidak berusaha untuk pujian-pujian itu.

"Tahun ini untuk yang pertama kalinya kita memiliki murid undangan yang beberapa bulan lalu mengikuti GMNSO (Gateral Mathematic and Natural Science Olympiad). Bagaimana pendapat Bapak kira-kira?"

"Menarik. Saya perhatikan sejauh ini penampilannya di GMNSO lumayan. Namun, kita tahu dia bukan pemenang. Saya tidak berharap banyak padanya, tapi saya juga tidak bisa meremehkannya."

Percakapan terus berlanjut untuk beberapa saat sebelum akhirnya tayangan kembali menuju auditorium. Sudah 30 menit berlalu. Bel pertanda habis waktu melengking nyaring. Tepat setelah itu, dengan begitu dramatis, kamera menyorot monitor-monitor soal yang tiba-tiba padam. Dinding samping turun perlahan, menampilkan auditorium lain yang berbatasan di kiri dan kanan. Keempat audiotorium kini menyatu membentuk lingkaran sempurna dengan podium sebagai pusatnya.

"Skor Gate Examen masing-masing sudah diketahui, rata-rata nilainya adalah 34, lebih tinggi dua poin dari tahun sebelumnya," kata pembawa acara.

"Sekarang, saatnya mengetahui kelulusan. Silakan lihat monitor kalian! Jika warna hijau yang muncul, artinya, selamat! Kalian menjadi murid Gateral, tapi jika merah, artinya kalian gagal!"

Puluhan ribu monitor serempak menampilkan warna yang berbeda.

Merah

Merah

Hijau

Merah ... dan merah lagi. Sebanyak 4.998 peserta dinyatakan lulus dan 22.112 lainnya dinyatakan gagal. Seketika ruangan besar itu menyesak dipenuhi kekecewaan yang melembak memadamkan wajah-wajah di dalamnya—setidaknya empat dari lima wajah. Hanya seperlima yang tak tersentuh, dibiarkan cerah, menekuri sinar hijau yang membuat dada mereka meletup-letup bahagia.

Perhatian puluhan ribu peserta itu teralih menuju monitor-monitor besar yang mendadak menampilkan tabel peringkat. Bibir mereka mendadak bisu ketika melihat angka 100 bersinar di sana. Paling atas. Satu-satunya skor yang menembus angka tiga digit. Dan angka itu sejajar dengan sebuah nama di sampingnya.

Orang itu ... lagi.[]

High School Examen [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang