BAB I - 16

21.4K 3.3K 100
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

*

LAYAR JAM TANGANKU berkedip dua kali. Pesanan datang. Aku menyimpan buku dan menggeser pintu menuju balkon. Seketika molekul-molekul udara malam yang dingin bergerak masuk. Sebuah drone yang dirancang sedemikian rupa sebagai kurir melayang di depanku. Aku mengambil kotak pesananku dan drone itu melesat pergi. Kedipan lampu birunya semakin mengecil dan kemudian hilang dari pandangan.

Saat aku kembali masuk, seseorang telah berdiri tegak di dalam kamar, membuatku menelan ludah ketakutan.

"Apa kabar, Putriku?"

Jemariku mengepal tanpa kusadari. "Ada perlu apa kau ke sini?!"

Josev duduk di sofa, membuka buku-buku catatanku yang berantakan di sana.

"Katakan bagaimana kabar Papa!"

"Aku baik-baik saja." Dia berpura-pura tak mengerti. Aku sudah lelah dengan sikapnya. "Sampai di mana persiapanmu? Kau tak boleh santai. Aku tak mau kalau sampai tersebar putriku bersekolah di tempat rendahan. Tak ada lagi tempat di sekolah-sekolah bagus untuk mereka yang tereliminasi."

Aku berdecih sinis. "Kenapa kau tak merubah sistem Gateral saja? Menghilangkan eliminasi, misalnya? Kau tahu itu telah menuai kontroversi sejak beberapa tahun ke belakang." Aku menaruh ejekan pada nada bicaraku.

Josev manggut-manggut. "Memang," katanya. "Namun, bukan Gateral namanya kalau tak ada eliminasi. Kau tak mau, 'kan, tereliminasi di semester ini, makanya kau mengusulkan itu?"

Aku tersenyum miring. "Aku justru menunggu momen itu. Tak peduli semua sekolah menolakku. Aku bisa membayar guru terbaik mana pun untuk mengajariku secara privat." Pemikiran ini baru saja terlintas di benakku. Benar juga, aku tak perlu bersusah payah mempersiapkan diri untuk Expulsion Examen.

"Aku tak akan membayarnya."

"Siapa yang meminta uangmu? Papa dan Mama akan membayarnya."

"Kau tak mungkin kembali dengan mereka. Kau sudah jatuh ke sini, ke tanganku, secepatnya akan tinggal bersama keluarga barumu."

"Tidak akan!" Aku spontan berdiri. "Aku tidak akan pernah mau tinggal denganmu! Sampai kapan pun!"

Josev tersenyum licik dan mengeluarkan sesuatu dari jasnya. Sebuah ponsel. Dia memukul-mukulkan benda itu ke pahanya dan berkata, "Lambat laun orang-orang akan tahu kau putriku. Media akan menyorotmu, jadi kau tak boleh mencemari nama baikku, kau paham?"

"Tidak." Bosan sekali aku mendengar kalimat itu. Nama baik, nama baik, nama baik. Bagiku sedari dulu dia tak pernah punya nama baik.

"Bayaran!" Josev melempar ponsel ke arahku. Aku menangkapnya sebelum benda itu menumbuk wajahku.

Bayaran?

"Kau boleh menelepon Emilyn dan Alexander. Lima menit! Asal kau tidak tereliminasi dari Gateral dan satu lagi ...."

Dadaku berdegup kencang karena bahagia. Menelepon Papa dan Mama adalah hal yang kuinginkan sejak beberapa bulan ke belakang. Namun, aku belum merasa tenang. Josev belum selesai bicara.

"Kau harus mendaftar Royal Examen dan merebut posisi pertama di angkatanmu. Aku akan memberimu tutor. Dan jika kau berhasil, kau harus mengaku di depan publik bahwa kau adalah putriku."

Aku mendesis sebal dengan syarat yang tak sebanding itu. Dia benar-benar culas. Memanfaatkanku untuk kebanggaannya.

"Menang ataupun kalah, kau tetap harus tinggal denganku. Kalau jadi nomor satu, kau boleh meminta apa pun, tapi kalau di bawah satu, kau tak boleh terhubung lagi dengan Alexander dan Emilyn."

Aku menggertakkan gigiku kuat-kuat. "Baiklah. Apa pun yang kumau, 'kan?"

"Ya. Apa pun. Satu permintaan, tak lebih."[]

High School Examen [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang