BAB I - 04

33.8K 4.6K 236
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

*

BEL PENANDA WAKTU sarapan sudah berbunyi beberapa kali. Aku dan Gabriel (semalam dia melarangku memanggilnya Gabriella) segera mengunci kamar dan turun ke lantai tiga sebelum ruang makan ditutup atau kami tak akan mendapat jatah sarapan. Ini adalah pertama kalinya bagiku memasuki ruang makan besar yang bisa menampung lebih dari 100 orang.

"Ke sini, Jane! Perempuan terpisah dari laki-laki." Tanganku ditarik menuju sebuah kursi kosong. Di depan setiap murid sudah disiapkan dua potong roti isi, segelas susu, dan satu kap buah-buahan. Menu yang klise dan sederhana, tetapi itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori.

Semua penghuni hostel tampaknya sudah di sini, dari mulai kelas VII sampai kelas XII. Ada Guven yang menyebalkan jauh di seberangku. Dan di meja tunggal depan pada posisi yang memungkinkan pengisinya dapat mengawasi kami secara keseluruhan, ada seorang wanita muda duduk dengan tegap. Rambutnya biru terang dan warna bibirnya terlalu merah. Sorot matanya yang tajam memindai seisi ruangan. Tatapannya sempat bertemu denganku untuk rentang waktu mendekati nol sekon.

"Itu Miss Rafel, pengurus E-Hostel," bisik Gabriel. "Tegak!" Ia memukul punggungku. Aku langsung menegakkan tulang belakang. Posisi ini membuatku tegang dan tak nyaman. Tanpa sadar mungkin beberapa menit kemudian aku akan kembali membungkuk.

Miss Rafel berdeham meminta perhatian. Wanita muda itu menyebutkan peraturan makan yang membosankan seperti jangan mengeluarkan suara apa pun—termasuk denting alat makan, badan harus tegak, makanan yang menghampiri mulut, bukan sebaliknya, dan makanan harus dihabiskan. Aturan itu ditutup dengan ancaman, siapa pun yang melanggar, tak akan diberi jatah sarapan untuk hari berikutnya.

Lonceng didentingkan dua kali dan orang-orang langsung menunduk.

"Berdoa." Gerak mulut Gabriel tanpa suara. Aku kemudian ikut menunduk, berdoa, dan mengangkat kepala saat lonceng kembali berdenting. Aku makan sangat lambat demi menghindari pelanggaran. Alih-alih menikmatinya, aku malah tersiksa. Dan aku harus seperti ini selama setidaknya enam bulan ke depan kalau rencanaku mulus tanpa hambatan.

Argh. Aku membenci semua aturan di sini.

***

"Kelas pertama dimulai pukul 08.00, kita masih punya banyak waktu," ucap Gabriel sembari masuk ke bus sekolah putih berlogo Gateral. Aku mengikutinya di belakang kemudian duduk di sampingnya.

"Kau ... pasti, um ... harimu kemarin sangat berat, ya?"

Aku menatap Gabriel dengan heran sementara kendaraan ini berderum dan melaju. "Maksudmu?"

"Tidak, tidak. Lupakan saja."

"Tidak ada yang berat." Aku berdusta. "Aku paham maksudmu. Namun, sejujurnya soal yang kemarin itu, aku merasa biasa-biasa saja." Tidak. Sejujurnya, kemarin itu adalah masalah yang besar. Hingga hari ini dan berikutnya aku harus menghindari Giona, Megan, Guven, dan para penggosip itu, dan kalau bisa Josev Manuel juga! Oh ya ampun! Banyak sekali organisme menyeramkan yang harus kuhindari!

High School Examen [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang