[AG] - Forty Five

1K 64 23
                                    


Semenjak mereka sampai, yakni sekitar sepuluh menit yang lalu, tidak ada di antara mereka yang memulai pembicaraan. Andhika dan Alza sibuk dengan pikiran masing-masing seraya memerhatikan taman rumah sakit yang dipenuhi oleh pasien-pasien yang ditemani oleh perawat mereka.

Alza tentu saja tidak suka dengan situasi ini. Beberapa kali dia mengumpulkan nyali untuk bisa mengucapkan kata kepada Andhika. Tapi rasa-rasanya kata itu seperti tertahan di ujung lidah.

"Andhika?"

Dan pada akhirnya Alza dapat memanggil namanya, setelah berusaha mengumpulkan nyali.

"Ya?" jawab Andhika seraya menoleh ke bawah, menatap Alza yang duduk di kursi roda, di sampingnya.

"Gue ... gue mau ngomong sesuatu ke lo."

Andhika menautkan alisnya. "Ngomong aja."

"Jadi, sebenernya gue ... gue ci-cinta sama lo. U-udah dari lama gue naruh perasaan ini ke lo. Dari semenjak pertama kali kita ketemu, dan baru sekarang gue berani ngungkapin."

Setelah itu Alza memejamkan matanya. Terlalu khawatir jika pernyataan cintanya tertolak atau mungkin Andhika tidak bisa menerima karena masih belum bisa membuka hati. Dan ketika Andhika tidak mengeluarkan suaranya, kekhawatirannya semakin bertambah. Alza mengeratkan genggamannya pada celana rumah sakit yang dikenakannya. Hingga indra pendengarnya menangkap sebuah suara.

"Gue juga cinta sama lo."

Alza langsung membuka mata dan mendongak menatap Andhika dengan rasa terkejut yang begitu kentara di mimik mukanya. Yang menjadi pandangannya saat ini adalah, Andhika tersenyum padanya.

"Andhika, lo ... lo serius?" Alza menutup mulutnya dengan air mata yang hampir saja mengalir.

Andhika menganggukkan kepalanya. Dia lalu berjongkok di hadapan Alza dengan mengambil tangan Alza yang menutup mulutnya. "Makasih karena lo udah cinta sama gue. Dan gue nggak pernah sadar kalo lo udah mencintai gue dari lama. Gue emang cowok bodoh. Dan lebih bodohnya lagi, gue nggak sadar sama perasaan gue sendiri kalo ternyata gue cinta sama lo. Mungkin ini adalah saatnya gue mengutarakan semuanya, bahwa gue bener-bener mencintai lo dan gue pengen lo jadi cewek gue. Lo mau kan?"

Hati Alza tersentuh mendengar kalimat panjang yang terlontar dari bibir Andhika. Tak menyangka jika Andhika akan membalas cintanya. Alza sudah mengira jika Andhika masih belum bisa membuka hati untuk seseorang, tapi ternyata anggapannya salah. Keputusan untuk mengutarakan perasaannya pada cowok itu sekarang, benar-benar tepat. Dan tidak tahu lagi Alza harus melakukan apa, selain menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Iya, mau!"

Andhika yang melihat itu tersenyum. Saat itu pula Andhika merasakan cewek itu langsung memeluknya disertai dengan air mata yang mengalir.

Andhika mengerjapkan mata, merasa terkejut dengan aksi Alza. Namun perlahan, Andhika membalas pelukan cewek itu.

"Alza?"

Alza melepas pelukan dan menoleh ketika ada seseorang yang memanggil namanya. Saat itu juga Alza terkejut begitu tahu jika orang itu adalah Rio.

"Kakak?"

Rio mendekat pada Alza, lalu Rio menggantikan Andhika untuk berjongkok di hadapan Alza. Sementara Andhika sendiri kini berdiri di belakang Alza, menatap lurus ke arah Rio.

"Maaf karena baru sekarang Kakak nemuin kamu. Selama seminggu ini Kakak berusaha untuk nenangin diri, dan Kakak sadar, bahwa selama ini Kakak bukanlah kakak yang baik buat kamu. Kakak ngerasa kalo Kakak telah gagal menjadi Kakak kamu. Kakak udah jahat dengan menyakiti kamu secara fisik maupun batin. Dan itu semenjak papa pergi dari rumah. Maafin Kakak, Al. Kakak benar-benar menyesal udah nyakitin kamu selama itu. Kakak menyesal, Alza." Rio menyatukan tangan seraya menundukkan wajah.

Andhika's Girlfriend [Completed] Where stories live. Discover now