[AG] - Six

1.7K 99 9
                                    


Mulmed: Farid Ramdhani

°°°

Andhika membuka pintu rumahnya yang besar, dan baru akan masuk ketika seorang gadis cantik berwajah Korea menyambutnya dengan sebuah cengiran lebar.

"Selamat datang, Abang."

Andhika hanya mampu menghela napas lelah mendengar sapaan bernada riang kini menyerebak masuk ke indra pendengarnya. Dia menatap gadis cantik bertubuh semampai yang kini menatap dirinya dengan mata yang di kedip-kedipkan.

"Apa?" jawab Andhika malas.

Gadis itu dengan santainya bergelayut mesra di lengan Sang Kakak. "Bang Dhika udah makan belom?"

Andhika mengerutkan kening, bingung dengan pertanyaan aneh dari Adik perempuannya itu. Karena biasanya Sang Adik tidak pernah peduli dengan keadaan Andhika apapun itu. Dan sekarang Adik cantiknya itu menanyakan pertanyaan langka yang jarang dikeluarkan dari mulut Sang Adik.

"Ngapain lo nanya kaya gitu? Tumbenan amat," ketus Andhika dengan nada lemas. Sejujurnya saat ini tubuh Andhika benar-benar lelah, ingin rasanya Andhika merebahkan diri di kasurnya yang empuk, apalagi tadi seusai pulang sekolah Andhika harus pergi latihan silat yang mana pelatihan dari Bang Sandy-kaka senior di pelatihan silatnya- melatih Andhika dengan jurus-jurus yang sungguh menguras tenaga. Yah, wajar saja karena Andhika saat ini sudah memakai sabuk biru. Sabuk terakhir yang akan menghantarkannya menuju sabuk merah-sabuk tingkat tertinggi di dalam silat.

"Ih, Abang gimana sih. Emangnya kenapa kalo Mila nanya kaya gitu ke Abang?" tanya Mila masih dengan tangan bergelayut di lengan Andhika.

Andhika tidak menjawab pertanyaan Mila dan lebih memilih untuk duduk di sofa ruang tamu seraya melepaskan jaket hitam yang melekatnya. Sementara itu Mila membiarkan Abangnya melepas jaketnya baru kemudian kembali mengamit lengan Abangnya. Gadis itu meletakkan kepalanya di atas dada Andhika yang kini tengah menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Astaga, Mila, bisa nggak sih minggir dulu sana. Gue capek pengen istirahat," kata Andhika dengan menyingkirkan kepala Adiknya.

"Nggak mau." Mila merengek dan kembali bersandar di dada Abangnya.

Andhika hanya mampu menghela napasnya. Perlu diketahui Andhika sudah beberapa kali menghadapi sikap Adiknya ini yang bisa dibilang tergolong langka, karena Mila sangat jarang sekali menempel pada Abangnya jika bukan karena ingin meminta sesuatu.

Eh, tunggu dulu. Barusan Andhika berpikir tentang mengapa Adiknya ini tiba-tiba menempel padanya. Oh, tentu saja karena Mila pasti ingin meminta sesuatu padanya.

"Bang, anterin Mila ke toko buku ya? Mila mau beli komik baru."

Dan benar saja, apa yang dipikirkannya telah kejadian. Andhika memejamkan matanya penat.

"Mil, lo nggak tahu apa, gue tuh capek baru pulang. Dan gue pengen istirahat."

Mendengar itu Mila langsung menegakkan kepalanya dan menatap Abangnya yang tengah terpejam. "Ih bang Dhika mah gitu. Jahat sama Mila. Mila kan cuman mau minta dianterin ke toko buku."

Andhika membuka mata, mendapati wajah imut Mila yang tengah cemberut. "Astaga, Mila. Lo kok tega banget sih sama gue. Jalan sendiri ngapa, lo kan bisa naek motor."

Andhika's Girlfriend [Completed] Where stories live. Discover now