[AG] - Twenty Nine

721 51 13
                                    


“WOY, DIEM WOY!”

Teriakan dari Rijal membuat seluruh anak di kelas itu terhenti dari aktifitas mereka dan memandang ke arah cowok itu.

“Kenapa, Jal?” tanya salah satu cowok yang duduk di meja guru.

“Bu Umi nggak masuk kelas karena beliau lagi dinas luar. Tapi, ada tugas dan tugasnya itu kelompok,” kata Rijal yang didengarkan oleh seisi kelas. “nih daftar nama-nama kelompoknya. Gue tempel di papan tulis, ya?”

Ketua kelas itu lalu menempelkan selembar kertas yang isinya nama-nama murid yang sudah terbagi menjadi tujuh kelompok.

Veli, cewek itu segera mendekat ke papan tulis dan melihat namanya berada di kelompok berapa. Dan ternyata dia berada di kelompok tujuh dengan anggotanya adalah, Veli, Alza, Andhika, Bryan, dan Fauzan.

Melihat ada nama Andhika, itu berarti dia sekelompok dengan cowok itu. Seketika saja, rasa senang langsung melingkupi hati Veli. Dia lalu melepaskan kertas tersebut dan berbalik badan untuk menghampiri Andhika.

Namun tiba-tiba saja dia berhenti mendadak ketika matanya menatap Andhika dengan seorang cewek yang duduk di sampingnya, Nanda.

Ada rasa kesal dan jengah di dalam diri Veli. Sebab kaka kelas cantik itu hampir setiap hari selalu datang ke kelasnya demi untuk menemui Andhika. Meskipun Veli hanya diam dan melihat saja, tapi cewek itu tahu jika Andhika juga merasa jengah dengan Nanda. Sudah beberapa kali Andhika mengusirnya, namun tetap saja, Nanda seperti sudah kebal dengan usiran Andhika yang terbilang tidak lembut sama sekali.

Veli menghela napasnya. Dia memanggil Alza untuk mengikuti dirinya menghampiri Andhika. Dan bisa Veli tebak ketika dia sampai di meja Andhika, Nanda terlihat tidak suka. Dan ternyata benar.

Namun Veli bersikap untuk tidak peduli begitu Nanda menatapnya dengan dingin.

“Dhik, ada tugas kelompok dari Bu Umi, dan lo sekelompok sama gue,” kata Veli pada Andhika, dengan sesekali melirik ke Nanda yang sibuk dengan ponselnya.

“Hm.” Andhika hanya bergumam karena cowok itu tentu saja sibuk dengan game di ponselnya. Apalagi teman-temannya yang duduk lesehan di belakang bangkunya, juga sibuk dengan ponsel.

Bisa Veli tebak jika keempat cowok itu pasti sedang mabar alias main bareng game online.

“Brenti main game, kerjain dulu tugasnya,” kata Veli lagi.

Di sampingnya, Alza hanya memperhatikan.

“Ntar dulu. Tanggung,” jawab Andhika.

“Ntar-ntaran malah nanti nggak dikerjain.”

“Sabar kenapa, Vel. Andhika kan lagi main sama temannya. Lagian tugas kayak gitu bisa dikumpul minggu depan kok,” celetuk Nanda membuat Veli dan Alza menoleh ke arahnya.

Veli ingin menjawab, tapi terhenti begitu Rijal yang berdiri di depan kelas berteriak,

“KATA BU UMI TUGASNYA HARUS SELESAI SEKARANG. KALO NGGAK DIKUMPUL SEKARANG, NANTI BAKAL DAPET TUGAS TAMBAHAN!”

Veli tersenyum penuh kemenangan, ketika melihat Nanda yang langsung memasang wajah bete.

“Nah kan, denger kan lo, Dhika. Tugasnya mesti dikumpul sekarang.” Veli berucap seraya sengaja menekan kata terakhir pada kalimatnya. “jadi, stop main gamenya.”

Andhika menghela napas. Cowok itu terpaksa harus mematikan ponsel, padahal gamenya sebentar lagi akan selesai.

“Selain lo, siapa lagi yang sekelompok sama gue?” tanya Andhika menatap Veli.

Andhika's Girlfriend [Completed] Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt