Ketulusan

1.1K 67 19
                                    

"Jika memang Takdir ku mati karenamu membela cintaku tak apa, karena pada kenyataannya, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membuktikan perasaanku ini tulus untuk mu," lirih Nathanael.

"Nael, kamu sungguh membuat aku terharu, tetapi jika ini memang menyangkut sebuah nyawa, maka aku harap kamu memikirkannya berulang kali, 10-20 sampai ratusan kali. Karena kamu hanya memiliki satu nyawa." Lian berkata dengan nada yang rendah.

Wanita itu benar-benar sangat ketakutan, bagaimana jika Hendrata sampai menemukan mereka, dan Nathanael akan menjadi sasaran amukan dari pria tersebut.

"Aku adalah seorang laki-laki, mana mungkin aku bersembunyi, akan aku lawan dia, siapa namanya? Hendrata--jika dia memang kuat, maka kita berdua bisa berdua bisa berduel," tutur Nael kepada wanita kesayangannya.

"Haruskah kita mengganti nama, jangan panggil aku Lian, Lilian Liana atau lili. Aku pun tidak akan memanggil kamu Nael Nathan, atau Nathanael," kata Liliana dengan ketakutan, yang kini sudah merasuk ke dalam sukmanya.

"Kamu masih tidak percaya kepadaku, aku kuat aku tidak semudah itu untuk kalah, kalau kita ketahuan, maka kita berdua tinggal berduel saja. Aku ingin melihat sekuat apa pria itu." Nathanael kini seolah menantang pria yang bernama Hendrata.

Nathanael sama sekali tidak tahu kekejaman yang dilakukan oleh Hendrata dulu, bahkan Yoga sudah menjadi saksi betapa kejamnya pria itu, dan Yoga juga mengalami betapa tersiksanya ketika ajal menjemputnya.

Andai Nael melihat sendiri bagaimana kejamnya pria itu, maka pasti Nael tidak akan pernah menantang Hendrata sama sekali.

"Ya sudah dari pada memikirkan hal yang tidak penting, bagaimana kalau sekarang kita tidur saja, kita harus menghemat tenaga kita untuk hari esok," ajak Nathanael kepada Liliana.

"Aku hanya takut menghadapi hari esok, rencana yang sudah kita bangun bersama-sama akankah bisa berjalan lancar dan mudah?" lirih Liliana dengan tetesan air matanya.

"Aku tahu kamu begitu cemas, tetapi jika semalaman kita hanya memikirkan sesuatu, bagaimana besok, bagaimana ini, bagaimana itu, maka yang ada kita akan kehilangan waktu untuk beristirahat dan pada saatnya kembali bangun, kita akan kalah, ketika Hendrata menyerang kita nanti," seru Nathanael kepada kekasihnya.

"Tidak boleh, kita tidak boleh sampai kalah, karena kalau kita sampai kalah, maka kematian akan menghampiri kita," tangis Liliana dengan sendu.

"Sudah kamu tidak pernah menangis, besok kita pikirkan besok, karena itu kita sekarang cukup beristirahat saja,"  ucap pria itu kepada Liliana.

"Mana bisa aku tidur, dengan hati yang gelisah seperti ini," terlihat Liliana dengan wajah yang terlihat, wanita itu begitu berat menanggung beban, tetapi beban apa bahkan calon istrinya sendiri pun tidak tahu tentang hal itu.

"Ya sudah kalau begitu aku tidur duluan." Natanael berkata sambil menatap Liliana.

"Ya sudah kamu tidur saja duluan," kata Lilian.

"Kenapa jawaban mu seperti itu, padahal aku berharap kamu menjawab, naiklah ayo kita tidur bersama," kata Natanael kepada Liliana.

"Aku tidak bisa bercinta denganmu malam ini, aku terlalu lelah. Siksaan itu telah menyakitkan dan pria itu menyentuh ku siang dan malam, sungguh sangat membuat aku terhina." Liliana meneteskan air matanya, ketika mengingat perbuatan Tuan Abraham saat menyiksa dirinya.

"Pria itu sudah tua, bisa-bisanya dia  ngambil kamu menjadi istrinya, padahal sudah jelas kamu dan putrinya pun seumuran, bahkan sekolah di tempat yang sama, aku tidak percaya Tuan Abraham benar-benar gila perempuan," kata Nathanael dengan nada rendahnya.

"Sudahlah kita tidak usah mengungkit masa lalu, yang pasti aku belum sanggup untuk pergi dari masa lalu itu." Liliana berkata dengan nada rendah namun mudah di mengerti serta begitu jelas.

"Kalau kamu tidak bisa pergi dari masa lalu, lantas untuk apa kita kabur sekarang?" tanya Nathanael.

"Selama aku masih berada di dalam Negeri, aku tidak tenang, bagaimana kalau kita tertangkap nanti, pasti lebih sakit dari kematian," lirih Lilian.

"Jangan berkata hal yang menakutkan seperti itu, kita pasti dapat memiliki jalan, untuk semua masalah yang sudah terjadi," lirih Nathanael kepada yang kekasihnya.

"Baiklah aku akan diam kali ini," tukas Liliana.

"Ya sudah sekarang kita tidur saja, karena ini sangat sangat larut," kata Nael.

Dan kini wanita itu hanya bisa mengangguk saja.

Nathanael sekarang tidur berdua satu ranjang dengan Liliana, namun mereka hanya sekedar tidur saja.

"Wajah kamu memar?" tanya Nathanael.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja," jawab Liliana.

Nathanael langsung mengelus lembut wajah kekasihnya yang memar.

Pria itu sungguh tidak tega, wajah cantik Liliana kini berwarna biru, karena pukulan dari pria tersebut.

"Tidak akan aku biarkan kamu kesakitan lagi seperti ini, kamu itu seorang wanita, seharusnya disayangi dan dicintai, tetapi kini kamu bahkan disakiti seperti ini," lirih Nathanael sambil menatap lembut wanita di sampingnya.

"Andai saja waktu bisa diputar, andai saja ibuku sehat, Andai juga ayahmu punya pekerjaan tetap. Aku tidak akan pernah mau menjadi istri simpanan. Aku ingin seperti wanita lain yang jatuh cinta dan menikah dengan pria yang dia cintai," tangis Liliana tidak terelakan lagi.

"Jangan menangis lagi, aku tidak berdaya melihat air matamu," ungkap Nathanael merasa sangat tidak tega.

"Kami pria yang sangat beruntung, karena memiliki semua harta dan kasih sayang keluarga," lirih Liliana.

"Sayang, kamu pasti sangat menderita selama ini, beban hidup kamu sangat berat, aku memang termasuk manusia yang beruntung, tetapi aku janji aku akan menularkan ke beruntungan itu akan aku tularkan kepada kamu," ungkap Nathanael.

"Baiklah, aku percaya kepada kamu Sayang, kamu berjanji lah tidak akan meninggalkan aku selamanya," ungkap Liliana dengan lirih.

"Aku janji Sayang, aku akan berusaha untuk selalu berada di samping kamu dan juga melindungi kamu, walau harus kehilangan nyawa ku," ungkap Nathanael dengan sendu.

"Jangan seperti itu, tidak ada yang boleh kehilangan nyawa di sini, kamu harus sehat dan panjang umur Sayang," lirih wanita itu dengan tetesan air matanya.

Nathanael tersenyum manis ketika itu. Pria itu langsung memeluk Lilian dan mengecup kening wanitanya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Mereka berdua saling mencintai satu sama lain. Mereka sungguh tidak bisa terpisahkan saat ini.

Sebuah rasa yang menggebu mulai merasuk di dalam kedua tubuh manusia ini.

"Aku mencintaimu kamu Liliana," seru Nathan.

"Aku pun Nael, tetapi aku tidak tahu apa kita bisa bersatu?" tanya wanita itu dengan sendu.

"Aku yakin Tuhan pasti akan memberikan jalan untuk kita berdua," ucap pria itu.

"Semoga," lirih wanita itu sambil meneteskan air matanya.

Mereka saling bertatapan dengan sendu. Rasa cinta sudah berkobar di antara keduanya.

Tetapi mampu kah mereka melawan kekuatan tuan Abraham dan kekejaman Hendrata?"

***

Jangan lupa folow Instagram ku
Evangelin Harvey karena aku akan posting visual Hendrata dan Liliana di sana.

ABNORMAL (Novel nex, Di Goodnovel, Hi novel, Gonovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang