Nathanael

2.7K 118 11
                                    

"Aku harus pulang dengan segera tidak boleh membiarkan Ibu mati dengan sia-sia, aku harus berjuang untuk menyelamatkan kehidupan ibu, biarlah aku yang menderita dari pada keluarga aku jadi melara," lirih Liliana dengan tangisannya, wanita itu pun berkemas meninggalkan hotel tersebut,dan langsung membayar tagihan hotelnya dengan uang cash, yang sudah diambil Liliana, dia memang sengaja tidak menggunakan kartu debit karena takut tuan Abraham bisa memantaunya dari pengeluaran kartu debit tersebut.

Wanita itu berjalan tanpa arah mencoba untuk kembali namun hatinya tidak memadai. Dia melangkahkan kakinya dengan rasa lelah, wanita itu tidak tahu apakah langkahnya ini sudah betul atau belum, tetapi yang ada di dalam pikirannya saat ini hanyalah keselamatan sang ibu.

"Ibu ... Ibu harus sehat, Ibu tidak boleh keluar dari Rumah Sakit. Aku akan menyelamatkan Ibu, Ibu harus bertahan dan harus kuat," lirih wanita tersebut di dalam hatinya, sambil menatap ke arah jalan raya dengan tatapan yang kosong.

Liliana hendak menyeberang jalan, tanpa dia sadari ternyata sebuah mobil hendak menabrak tubuhnya, beruntunglah seseorang menyelamatkannya dan kini memeluk tubuh Liliana hingga mereka pun berguling-guling bersama di pinggir jalan.

"Ahh," ucap Liliana kesakitan, ketika dia kini berguling-guling di aspal bersama pria tersebut.

"Apa kamu mau mati, menyeberang jalan tidak melihat ke kiri dan ke kanan?!" teriak pria tersebut dengan kemarahannya. Liliana terkejut, dia memang melamun, tidak tahu langkahnya ini sudah betul atau belum, karena yang dipikirkannya hanya keadaan sang Ibu, tetapi ternyata itu malah membuatnya nyawanya hampir saja melayang

"Maafkan aku, tadi aku tidak sadar aku ingin menyeberang, tapi ternyata ada mobil." Liliana berkata dengan terisak, wanita itu menangis dengan pilu karena merasa ketakutan.

"Aku pikir kamu sengaja, ingin bunuh diri, wanita cantik seperti kamu harusnya berpikir dua kali, jika mau bunuh diri, hidup ini masih panjang dan indah." Pria itu terus menceramahi Liliana, membuat Lian tidak berhenti dengan tangisannya.

"Maaf aku sungguh tidak sengaja, aku tidak berniat untuk bunuh diri. Tolong maafkan aku kakak." tangis Liliana membuat pria itu merasa iba, lalu pria itu menatap Liliana dengan tajam.

"Apa aku mengenalmu, kenapa kamu seolah tidak asing?" ucap pria tersebut sambil mengerutkan dahinya, sambil menatap Liliana yang masih merengek dengan tangisannya.

"Kamu bukankah ehm, kamu ketua OSIS-ku?" Liliana langsung mengenai pemuda yang di hadapannya, dia adalah Nathanael ketua OSIS di sekolahnya.

"Kamu bahkan tahu aku, apa kamu siswa dari sekolahku juga?" Natanael tersenyum tatkala Liliana mengenali dirinya.

"Kamu Kak Natanael kan, ketua OSIS yang terkenal itu, perkenalkan aku anak kelas 11 dan namaku Liliana Meilan,"kata gadis itu kepada Nathanael.

"Dunia ini sungguh sempit, beruntunglah tadi aku menyelamatkanmu, ternyata kamu adalah adik kelasku. Liliana sudah jangan menangis lagi. Ayo kita ke klinik terdekat. Lihatlah sikut kamu terluka," kata Nathanael sambil mencoba untuk bangun dari posisinya, begitu pula dengan Liliana. Ternyata di sana yang lebih parah itu bukan Liliana melainkan Nathanael sendiri. Namun Nathanael adalah seorang pria dia berusaha untuk kuat walaupun darah sudah mengucur deras dari lengannya.

"Ya Tuhan kakak pasti kesakitan. Maafkan aku Kak. Karena aku kakak luka separah ini." Liliana merasa sangat bersalah ketika melihat Natanael mengeluarkan banyak darah.

"Tidak apa-apa. Ayo kita ke sana di sana, tadi aku lihat ada sebuah klinik kecil," kata Natanael sambil mencoba menorehkan senyum yang manis, mereka pun berjalan menelusuri trotoar menuju ke klinik yang ada di sebelah selatan.

Sesampainya di klinik tersebut, mereka berdua langsung diobati oleh beberapa Perawat dan Dokter. Liliana terluka di daerah kepala namun tidak separah dengan luka Natanael, pria itu bahkan terluka lebih parah dari pada Liliana.

"Terima kasih banyak Kak Nathanael, berkat Kakak aku bisa selamat." Liliana berterima kasih atas tindakan Natanael yang seperti superhero baginya.

"Sama-sama Lili kamu tidak boleh melamun seperti itu lagi, ingat keluargamu menantimu di rumah. Dan satu hal panggil saja aku Nael," ucap Natanael sambil menyerahkan senyum yang manis.

"Terima kasih Kak Nael, aku sungguh beruntung bisa bertemu dengan kakak, kakak seperti Dewa penolong untukku. Semoga kedepannya kita bisa berteman baik ya, Kak," kata Liliana sambil mencoba tersenyum, seperti ada aroma segar ketika Liliana melihat Nael yang begitu tampan. Liliana yang tadinya bosan untuk hidup, kini merasa sangat beruntung bisa hidup dan bisa menatap pria tampan di hadapannya.

Mereka kini saling bertatapan bukan, bukan hanya Liliana yang merasa beruntung bertemu dengan Nathanael, sebaliknya pun merasakan hal yang sama, mereka memang baru berkenalan tapi entah kenapa mereka seolah begitu dekat dan seolah sudah kenal lama.

"Baiklah Lili mau pulang kemana, kalau begitu aku antar saja?" kata Natanael kepada Liliana.

"Tidak perlu, karena Lian bisa pulang sendiri, tidak bisa diantar oleh seorang laki-laki, karena nanti papi Lian di rumah akan sangat marah," ucap Liliana dengan tubuh yang bergetar, karena Liliana tidak mau Natanael mengantarnya pulang. Wanita itu tidak mau menambah deretan korban pembunuhan Hendrata, karena cukup Yoga saja yang menjadi korban. Kalau Hendrata sampai melihat dirinya bersama pria lain, maka pria itu pasti akan mati di tangan Drata dengan sadis.

"Baiklah kalau begitu sampai jumpa besok, di Sekolah. Aku pamit terlebih dahulu, ada hal yang harus aku kerjakan, sampai jumpa Lian," kata Nathanael sambil menolehkan senyum yang manis. Kalau pria itu pun berlalu meninggalkan Liliana dalam kesendirian.

"Terima kasih kak Natanael, kamu telah menyelamatkanku, lain kali aku akan membalasnya," kata Liliana di dalam hatinya, sambil menatap Natanael yang sudah pergi dan menghilang.

Kini, anak ini segera pulang menuju ke rumah mewahnya. Sesampainya di gerbang rumah tersebut, para pengawalnya datang menjemputnya menyambutnya dengan suka cita, begitu pula dengan para pelayan yang ada di rumah itu.

"Sayang kamu pulang juga ternyata?" ungkap Papi Abraham kepada Liliana.

"Papi," kata Liliana dengan tubuh yang bergetar, wanita itu sungguh ketakutan, tatkala kini melihat tuan Abraham Wicaksana dengan Hendrata berada di sampingnya.

"Dari mana saja kamu? Lihatlah bahkan kini jidatmu ditempel perban, sikutnya juga? Kamu kecelakaan atau bagaimana?" tanya Tuan Abraham sambil mengelus lembut pipi Liliana.

Tubuh Liliana semakin bergetar ketakutan, ketika pria itu terus menyentuhnya dihadapan semua orang.

"Lain kali tidak boleh pergi tanpa izin terlebih dahulu, ingat ke mana pun kamu pergi, Hendrata harus ada disampingmu," kata Tuan Abraham Wicaksana kepada istri kecilnya. Lian pun mengangguk sambil mencoba menahan semua tangisnya, tetapi ternyata dia tidak bisa, air matanya mengalir deras tanpa suara, dia menangis dalam diam dengan ketakutan yang kini sudah mengurungnya.

"Karena kamu sudah pergi tanpa izin, maka kamu harus segera dihukum Sayang. Hendrata bawa dia masuk ke gudang," kata tuan Abraham dengan suara yang lantang, dan Drata pun mengangguk.

"Tidaak! Papi maafkan Lian papi," wanita itu pun menjerit dengan ketakutan.

ABNORMAL (Novel nex, Di Goodnovel, Hi novel, Gonovel)Where stories live. Discover now