kedatangan Yoga

3.2K 142 7
                                    

Sekolah.

Tiga hari setelah kejadian di kelas bersama dengan Liliana.

Yoga masih merasa sangat penasaran kenapa bisa-bisanya Liliana tidak datang ke sekolah, sudah 3 hari lamanya. Dia begitu cemas karena bahkan ponsel Liliana tidak bisa dihubungi.

"Kemana Liliana sebenarnya? Apakah dia ada keperluan atau bahkan mungkin sakit. Ya Tuhan, aku sangat mencemaskan dia," kata Yoga di dalam hatinya, pria itu ingin segera pulang dari Sekolah. Dia sudah tidak nyaman berada di kelas, karena bahkan tubuhnya ada di dalam kelas, tetapi pikirannya ada di luar, melayang-layang mencari keberadaan Liliana.

"Ga, kamu kenapa? Kok seperti banyak pikiran begitu, fokus dong, di depan Pak Siswoyo sudah mulai memperhatikan kamu," bisik Edo teman sebangku Yoga.

"Oh iya, sorry aku memang sedang tidak fokus. Aku sedang memikirkan seseorang," ucap Yoga dengan kecemasannya, pria itu sangat mencemaskan Liliana.

"Jangan bilang kamu mencemaskan Liliana, karena sedari tadi kamu itu melihat ke arah mejanya terus." Edo kembali berbisik dengan begitu perlahan, membuat Yoga begitu terkejut, karena edo bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya.

"Emhh ...." Yoga merasa sangat malu tatkala sikapnya terlihat dengan jelas oleh sahabatnya.

"Sudah tidak perlu malu seperti itu, sudah terlihat jelas kok," katanEdo kembali berbisik dan membuat Yoga tersenyum dengan malu.

Tanpa terasa bel pulang pun berdering. Dengan segera Yoga bergegas membereskan samua buku pelajarannya dan dimasukkan ke dalam tas miliknya.

"Aku pergi duluan ya, mau langsung ke rumahnya Liliana. Sebenarnya aku juga tidak tenang dan sabar kalau seperti ini terus, sudah tiga hari dia tidak ada di kelas, aku harus melihat dia, dan melihat kondisinya, takutnya Liliana sakit," kata Yoga kepada Edo.

"Oke Bro hati-hati ya. Kamu tahu kan alamatnya di mana?" tanya Edo.

"Aku sedang mencari tahu alamat Liliana, jadi kamu tenang saja, aku pergi ya," kata Yoga kepada Edo.

Lalu dengan segera Yoga pun berlari menuju ke parkiran motornya, pria itu langsung mengendarai motornya menuju ke rumah Liliana. Yoga tidak peduli Liliana sudah menikah atau belum, pria itu merasa tidak percaya atas ucapan Liliana, yang mengatakan bahwa Liliana adalah istri dari seseorang.

Kini Yoga sudah sampai di gerbang rumah Liliana, Yoha sebenarnya sedikit segan, ketika melihat rumahnya begitu mewah dan sangat besar, tetapi pria itu sangat penasaran karena sudah 3 hari, Liliana tidak ada di sekolah, dia takut gadisnya itu sakit.

Beberapa saat kemudian Yoga langsung memberitahu Pak Satpam bahwa dia ingin bertemu dengan Liliana, Satpam itu pun langsung menelepon Hendrata dan mengatakan ada tamu, dengan segera Hendrata melihat ke arah Yoga. Drata menatap Yoga dengan kemarahannya. Tetapi pria itu berusaha untuk bersikap normal, dan biasa saja, padahal Hendrata sangat marah dan cemburu tatkala melihat Yoga sangat berani datang ke rumah Liliana seperti itu.

"Lil ... ada seseorang di depan," kata Drata dengan perlahan.

"Siapa Dra?" tanya Liliana dengan malas, dia mulai tidak respek menatap kearah hendrata, mengingat perlakuan Drata waktu itu membuat dia merasa tersiksa.

"Kekasih barumu, temui dia cepat suruh dia pulang. Kalau tidak ... aku akan melaporkan ini semua kepada Bos," ungkap Hendrata dengan kemarahannya.

Sebenarnya rasa cemburunya sudah sangat memuncak, pria itu ingin segera menghajar habis pria yang kini ada di bawah. Dia tidak ikhlas Liliana bisa berkencan dengan pria lain selain dirinya.

"Apa maksudmu? Ada siapa di bawah?" Liliana merasa terkejut.

"Siapa lagi namanya? Yoga! Cepat suruh dia pulang, kalau tidak, aku tidak akan membiarkan dia hidup," ucap Hendrata menahan semua amarah di dalam dadanya.

"Cukup! Ucapanmu kasar sekali, apa salah Yoga? Sudah-sudah aku akan segera pergi untuk penemunya," kata Liliana berusaha untuk bangun. Wanita itu memang sedikit lemah tapi tidak selemas kemarin, dia sudah membaik dan besok sudah bisa mulai Sekolah kembali.

"Yoga ngapain sih datang ke sini, sudah membuat khawatir saja, dia tidak tahu apa kalau di sini ada orang yang selalu mengawasiku. Kalau papi sampai tahu maka dia akan habis, bukan cuma dia yang habis, tapi aku pun juga akan habis," kata Liliana di dasar hatinya, lalu Liliana terus berjalan menelusuri anak tangga untuk menemui Yoga di ruang tamu.

"Liliana," kata Yoga sambil berdiri dari posisi duduknya.

"Yoga, Kenapa kamu datang ke sini?" Liliana duduk di hadapan Yoga, wanita itu merasa cemas tatkala Yoga  kini ada di hadapannya, ada di rumahnya.

"Aku hanya mengkhawatirkanmu saja, sudah tiga hari kamu tidak masuk sekolah, aku takut kamu sakit Liliana," kata Yoga sambil menolehkan sedikit senyum yang manis.

"Tapi Yoga. Bukankah sudah kukatakan bahwa aku ini sudah menikah, aku disini bersama suamiku. Sebenar lagi pulang," kata Liliana kepada Yoga.  Benar sekali karena sebentar lagi tuan Abraham Wicaksana akan segera pulang.

"Aku tidak percaya kamu sudah menikah Liliana," kata Yoga dengan kening yang mengerut.

"Apa sih maksud kamu, aku sudah mengatakan semuanya padamu. Kamu harus mempercayai aku. Aku tidak pernah berbohong kepadamu aku selalu jujur," ungkap Liliana dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tapi Lili ... aku mencintaimu, apa yang akan terjadi pada hatiku. Aku tidak bisa melupakanmu begitu saja," ucap Yoga sambil mencoba menggenggam tangan Liliana. Tiba-tiba saja wanita itu menepis tangan Yoga, dia tidak mau Hendrata sampai melihat kejadian ini.

"Sebentar lagi suamiku pulang, kamu harus segera pergi di rumah ini, aku tidak mau dia merasa cemburu. Sudahlah ayo aku antar kamu ke depan," kata Liliana sambil mencoba berdiri. Yoga terlihat kecewa dengan sikap wanitanya, dia sebenarnya sungguh merindukan Liliana. Karena itulah dia datang ke sini tetapi Liliana malah mengusirnya seperti itu.

"Aku merindukanmu Lian, tapi kamu malah mengusirku," kata Yoga dengan suara yang rendah.

"Tapi ini bukan waktunya untuk merindukan aku, suamiku pulang sebentar lagi, kamu akan membuat kita semua dalam bahaya. Sudahlah." Liliana lalu menarik tangan Yoga untuk keluar dari rumahnya. Tapi tiba-tiba saja tuan Abraham sudah ada di pintu depan, dan dia melihat dengan jelas Liliana menggandeng tangan Yoga.

Tuan Abraham selalu bersembunyi, dia hanya melihat satu arah. Melihat Liliana berbicara dengan teman prianya. Abraham terlihat begitu marah dan Tuan Abraham lalu masuk ke dalam rumah tanpa sepengetahuan Liliana.

"Pergilah, kita akan bicara besok pagi di sekolah," kata Liliana kepada Yoga dan Yoga pun hanya bisa mengangguk dengan wajah yang kecewa. Pria itu benar-benar sangat kecewa dengan sikap gadisnya, sebenarnya dia ingin sekali memeluk Liliana, mendekapnya dengan mesra, lalu mengatakan bahwa dia begitu merindukan Liana, tetapi wanita itu tidak memberikan kesempatan sama sekali untuknya.

🎄🎄🎄

ABNORMAL (Novel nex, Di Goodnovel, Hi novel, Gonovel)Where stories live. Discover now