Tak sanggup

3.6K 153 8
                                    

Jantung Hendrata seolah mau meledak, ketakutan sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Jika saja tuan besarnya sampai mengetahui tindakannya barusan, maka bukan cuma kehilangan pekerjaan, tetapi dia pun akan segera kehilangan nyawanya.

"Tuan besar, Nyonya tadi ketiduran di mobil, sepertinya beliau begitu lelah selepas piket di Sekolah," ucap Hendrata mencoba untuk tenang di balik semua kegalauan dan ketakutan yang dia rasakan saat ini.

"Kamu berani menggendong istriku seperti itu. Aku tidak suka kamu menyentuh Lian begitu," kata tuan Wicaksana merasa geram karena Hendrata berani-beraninya menggendong sang istri.

Pria paruh baya itu tidak suka istrinya digendong oleh orang lain, di pegang pun dia tidak suka, apalagi diperlakukan seperti itu dengan segera. Tuan Hendrata menggendong Liliana mengambilnya dari pelukan Hendrata.

Lilian mencoba membuka mata, dia terkejut ternyata kini dia sudah berada di dalam pelukan sang suami dan sedang menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.

"Papi?" Liliana melenguh pelan.

"Sayang baby, kamu kenapa sampai ketiduran di dalam mobil?" Tuan Abraham Wijaksana bertanya sambil terus menggendong sang istri menuju ke dalam kamarnya.

"Aku kelelahan Papi, aktivitas di Sekolah benar-benar membuat aku sangat capek." Liliana berbohong kepada suaminya, karena kalau saja sampai kejadian tadi diketahui oleh suaminya, maka tamatlah riwayatnya, bukan cuma riwayatnya tapi riwayat Hendrata dan juga Yoga.

"Kamu kan tahu Papi sudah mau pulang ke Indonesia, Papi sudah memberi kabar dari semalam. Harusnya kamu jangan terlalu lelah,  banyak aktivitas yang harus kita lakukan berdua, dan itu akan membuat tenaga kita terkuras, Sayang. Kalau seperti ini bagaimana Papi bisa menyentuhmu, tapi tidak mau kamu pingsan pada saat Papi menyentuhmu, Sayang." Tuan Abraham terus berjalan sambil berbicara, sedangkan Liliana hanya bisa mengangguk saja.

Dari kejauhan Hendrata melihat tuan besarnya menggendong Liliana, hatinya terasa begitu sakit dan hampa, ketika wanita yang dia cintai ternyata bukanlah miliknya. Seharusnya Hendrata tidak mencintain nyonya besarnya, karena sudah dipastikan nyonya besarnya itu tidak akan membalas cintanya, tetapi kini Hendrata sudah terlanjur jatuh cinta pada gadis yang menjadi majikan.

Dari kejauhan, Hendrata menyadari bahwa dia teramat kecil dibanding Tuan Abraham, dia baru menyadari bahwa cintanya bagaikan seorang pungkuk yang merindukan Bulan. Tidak akan pernah terwujud sampai kapanpun.

"Lil ... maafkan aku," kata Hendrata di dasar hatinya, sambil terus menatap tuan Abraham yang menggendong istrinya, lalu kini tuan Abraham pun sudah mulai masuk ke dalam kamarnya, menutup pintu kamar rapat-rapat dan membuat Hendrata tak bisa lagi melihat mereka berdua. Pria itu seperti kehilangan arah, dia begitu hampa ketika pintu kamar itu tertutup, dia pun duduk dalam lamunan yang sendu, pria itu tidak tahu harus berpikir apa lagi, pikirannya sangat kacau, rasa cintanya sudah menghancurkan semua image kejam sebagai bodyguard.

Seharusnya pria itu tidak boleh jatuh cinta kepada wanita yang menjadi nyonya besarnya. Tetapi kejadian pertama yang mereka lakukan di pantai membuat Hendrata ketagihan dan membuat dia jatuh cinta, bahkan tak mungkin lagi untuk menghindar. Hendrata melakukan itu untuk yang pertama kalinya bersama Liliana. Karena itulah Hendrata merasa hanya Liliana yang pantas mendapatkan dirinya. Pria itu terduduk dalam mata yang terpejam, lamunannya melayang entah kemana, dia tidak bisa membayangkan lagi apa pun selain membayangkan betapa cantiknya Liliana, ketika berada dalam dekapannya.

Di dalam sebuah kamar Liliana pun mencoba di baringkan oleh sang suami. Liliana memang begitu lemah karena pekerjaan yang Hendrata berikan tadi membuat dia kehilangan banyak energi. Tidak tanggung-tanggung Hendrata melakukannya 1 jam penuh membuat Liliana benar-benar kesakitan dan kehilangan tenaga.

Setelah kini Liliana sampai di dalam kamarnya. Tuan Abraham bergabung untuk tidur Bersama sang istri. Sore itu benar-benar menjadi Sore yang kelam untuk Liliana, karena pria tua itu benar-benar tidak bisa membiarkan Liliana istirahat padahal Lian sudah sangat kelelahan dan lemah.

"Papi Lilian capek," kata Liliana dengan suara yang rendah, sambil menatap kearah Tuan Abraham yang kini sedang menatapnya dengan penuh rasa lapar, dahaga sebagai seorang laki-laki. Beruntunglah Liliana tidak mempunyai bekas kismark, sehingga ketika tuan Abrahah membuka seluruh pakaiannya, gadis itu masih tampak begitu mulus tanpa ada bekas nyamuk sedikitpun.

"Sayang kamu tinggal tidur saja, Papi sudah sangat merindukanmu, tidak bisa tertahankan lagi." Pria paruh baya itu hanya menginginkan emosinya saja untuk terpenuhi, dia tidak peduli bagaimana yang dirasakan oleh sang istri.

"Papi Lian tidak bisa bergerak." Wanita itu mulai memohon kepada sang suami, agar tidak menyentuhnya terlebih dahulu, tetapi sayangnya ucapannya tidak pernah dihiraukan sama sekali oleh Tuan Abraham. Pria tua itu langsung menyantap habis makanan lezat di hadapannya, seorang gadis mungil yang begitu sempit yang membuat dia meraung merasakan kepuasan.

Air mata menetes di pelupuk gadis yang lemah itu. Dia tidak tahan dengan semua yang dia rasakan, semuanya terasa sakit dan membuat dia menderita. Lian tak sanggup lagi untuk sekedar berkata-kata, bahkan kini dia hanya bisa menangis dengan rintihan yang begitu pelan.

Tuan Abraham berpikir Liliana mendesah menikmati semua gerakannya. Sayangnya pada kenyataan Liliana tersiksa dengan semua yang dilakukan oleh pria-pria itu.

Rasa sakit yang terasa di tubuh Liliana, benar-benar membuat Liliana seolah ingin meregang nyawa, sakit dan tidak tertahankan. Jeritan Liliana semakin kencang, tatkala sang suami terus menghujamnya tanpa arah dan tujuan. Sepertinya sore itu jeritan Liliana sampai terdengar keluar kamar, membuat Hendrata langsung naik ke lantai atas pelan-pelan mendengarkan suara kesakitan yang Liliana teriakan.

"Lil ...?"

Liliana terus menjerit benar-benar merasakan kesakitan yang teramat dalam, sampai akhirnya Liliana pingsan seketika. Tujuan Abraham merasa terkejut tatkala melihat istrinya kehilangan kesadaran seperti itu, dia tidak menyangka dia melukai istrinya, sampai tidak sadarkan diri. Tetapi dasar laki-laki tua yang penuh nafsu, kakek tua itu malah menyelesaikan pekerjaannya tanpa menghiraukan nasib Liliana. Setelah dia selesai dengan semua kepuasannya. Dia baru memisahkan diri dari tubuh sang istri dan melihat kondisi istrinya.

"Baby Sayang ,sugar baby ,sugar baby Sayang, kamu tidak apa-apa, Sayang. Bangunlah Sayang, maafkan Papi Sayang, maafkan Papi." Tuan Abraham terkejut dan langsung menepuk-nepuk pipi Liliana dengan perlahan, dia langsung mengambil kembali pakaiannya dan menggunakan semua pakaiannya dengan lengkap. Tuan Abraham lalu menyelimuti tubuh polos sang istri dengan selimut tebal, dia langsung berlari keluar berteriak memanggil Hendrata.

"Hendrata, Drata kemarilah cepat," teriak tuan Abraham kepada Hendrata. Hendrata yang sedari tadi sedang menguping terkejut karena suara Tuan Abraham yang memanggilnya. bodyguard itu langsung bersedia menghampiri Tuan Abraham yang kini keluar dari pintu kamar.

"Panggilkan Dokter dengan cepat, Lian pingsan." Tuan Abraham memerintahkan Hendarata untuk memanggil Dokter dengan segera.

🎄🎄🎄🎄🎄

ABNORMAL (Novel nex, Di Goodnovel, Hi novel, Gonovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang