Harus istirahat

3.3K 159 12
                                    

Liliana masih terbaring lemah tak berdaya. Papi Abraham menyarankan Bibi untuk membantu Liana mengenakan pakaiannya. Liliana yang masih pingsan kini sudah di kenakan pakaian. Tiba-tiba saja beberapa saat kemudian Hendrata datang bersama seorang Dokter.

Hendrata terlihat begitu cemas tatkala melihat keadaan Liliana yang pucat pasi.

"Ya Tuhan Sayang, Ya Tuhan kenapa kamu jadi seperti ini. Apa ini gara-gara aku? Tolong maafkanlah aku Sayang. Aku tidak akan pernah melakukan hal itu lagi, jika kamu tidak mau,"kata Hendrata dengan mata yang sendu, Pria itu sungguh iba melihatnya, gadisnya terkulai lemas tak berdaya seperti orang mau mati saja.

"Silahkan Dokter, tolong periksa keponakan saya," kata tuan Abraham Wicaksana kepada Dokter tersebut. Pria tua itu sengaja berbohong bahwa Liliana adalah keponakannya, karena apa? Karena Tuan Hendrata Wicaksana tidak mau nama baiknya tercoreng akibat dari pernikahannya.

"Baiklah Tuan saya akan segera memeriksa keponakan anda," kata Dokter tersebut kepada tuan Abraham Wicaksana.

Hendrata hanya bisa berdiri di belakang tujuan Abraham Wijaksana, menyaksikan Liliana diperiksa oleh Dokter dengan saksama.

"Maaf Pak mana suami dari  keponakan anda?" tanya Dokter tersebut kepada tuan Abraham Wicaksana.

"Su-suami emhh emhh ini ... ini Hendrata suaminya adalah Hendrata," ucap Tuan Abraham Wicaksana sambil menarik tangan Hendrata maju ke depan menghadapi Dokter tersebut.

Hendrata langsung mengerti bahwa dia harus berpura-pura menjadi suami dari Liliana. Hendrata sangat senang walaupun hanya pura-pura, dia bisa mengekspresikan rasa cintanya kepada Liliana di depan Dokter tersebut.

"Tuan jangan mempersulit istri anda, seperti ini. Tolong beristirahat istri anda dan jeda setelah waktu, sepertinya tubuh istri anda terlalu lemah untuk melakukan hubungan seks saat ini,jadi selama seminggu ini biarkan istri anda beristirahat," kata Dokter tersebut sambil menatap kearah Hendrata.

"Apa-apa karena hubungan kami?" Hendrata mengerutkan dahi sudah bisa ditebak bahwa semua itu akibat dirinya, akibat dirinya memaksa Liliana, setelah itu tuan Abraham yang memakainya.

"Betul sekali Tuan. Kalau anda memang menyayangi istri anda sebaiknya anda dengarkan ucapan saya tadi, istri anda terlalu lemah untuk diperlakukan seperti itu," kata Dokter tersebut sambil menolehkan sedikit senyum kepada Hendrata.

Tujuan Abraham Wicaksana mendengar semua pernyataan Dokter tersebutbdengan jelas, dia pun merasa menyesal tatkala menjadi penyebab dari sakit istrinya. Pria paruh baya itu mendengar rengekan Liliana ketika istrinya mengatakan bahwa dia merasa sangat lemah, tetapi karena dia tidak bisa menahan nafsunya, sehingga pria itu memaksa sang istri untuk melayaninya sampai pingsan.

Abraham Wicaksana merasa menyesal atas perbuatannya. Pria itu menghela napas begitu berat dan dia berjanji tidak akan melukai istrinya lagi. Pria itu tidak sadar usia mereka beda jauh hampir 35 tahun. Harusnya Liliana menjadi anak kesayangannya bukan jadi pemuas nafsunya. Tapi dasar bangka tua tidak memikirkan hal itu hanya memikirkan soal kepuasannya saja.

"Maafkan Papi Liliana," kata tuan Abraham di dasar hatinya, sambil menatap sendu ke arah istri mudanya.

"Baiklah saya akan menginfus istri anda agar istri anda lebih bertenaga. Kasihan sekali setelah dia sadar dia akan terasa begitu lemas, kekuatan tubuhnya untuk saat tidak normal seperti wanita lainnya," kata Dokter itu sambil melakukan beberapa tindakan medis.

"Baiklah Dokter melakukan apapun untuk menolong istri saya, saya mohon saya pada anda tolong selamatkan istri saya, dan buat dia sehat seperti sedia kala," kata Hendarata dengan harapan yang mendalam.

"Baiklah saya akan berusaha sebaik mungkin," kata Dokter tersebut sambil menolehkan senyum manisnya.

Setelah Liliana diberikan cairan infus, lalu beberapa saat kemudian gadis itu pun mencoba untuk membuka matanya dengan perlahan. Wanita itu baru tersadar bahwa kini dia sudah ada di kamar dikelilingi oleh tiga orang pria.

Liliana bahkan tidak sanggup untuk berkata apapun, saking dia merasa sangat lemah. Bagaimana dia tidak lemah di sekolah dia hampir menghabiskan tenaganya dengan Yoga, dan di mobil dia di kerjain oleh Hendrata, sampai di rumah dia langsung di hajar oleh suaminya. Malang sekali nasib wanita itu.

"Lil ... apakah kamu mau minum?" tanya Hendrata kepada Liliana. Liliana hanya bisa menggeleng saja dia tidak mau apapun dia hanya ingin tertidur saja.

"Baby apakah kamu mau makan sesuatu?" tanya tuan Abraham kepada Liliana. Liliana pun kembali menggelengkan kepalanya dia tidak mau makan apapun saat ini.

"Salona Liliana perkenalkan saya Dokter Heru, anda harus banyak makan dan beristirahat ya, sebaiknya tidak usah melakukan aktivitas apapun selama tiga hari ini," kata Dokter Heru kepada Liliana, Dokter Heru menyarankan Liliana untuk bedrest agar Liliana cepat pulih.

"Terima kasih, Dok," ucap gadis itu dengan suara yang begitu lemah. Liliana merasa kepalanya berdenyut sangat hebat, rasa sakit sudah mengelilingi sekujur tubuhnya.

"Apa yang anda rasakan saat ini, Nyonya?" Dokter Heru kembali bertanya.

"Kepalaku sakit, Dok," ucapan Liliana kepada Dokter tersebut. Wanita itu sebenarnya merasakan kesakitan pada kepala dan di organ intimnya. Tetapi dia tidak bisa mengatakan bahwa dia kesakitan di daerah kepala saja.

"Ada hal lain yang akan anda sampaikan, Nyonya?" Dokter itu kembali bertanya kepada Liliana, namun Liliana tidak mungkin mengatakan semua rasa sakit yang dirasakan di depan Hendrata dan tuan Wicaksana. Dia masih merasa malu jika kedua pria itu menetahui semua kelemahan tentang dirinya, walaupun pada kenyataannya itu adalah hal yang sangat menyiksa dia.

"Tidak ada, Dokter," kata Liliana sambil menggelengkan kepalanya dengan lemah.

"Baiklah sebaiknya sebentar lagi anda makan bubur dulu, setelah itu baru minum obat yang saya beri," tutur Dokter tersebut. Lalu memberikan beberapa resep obat untuk Liliana, beberapa saat kemudian Dokter itu pun segera keluar dari kamar Liliana.

Hendrata dengan segera berlari ke dapur memerintahkan koki untuk membuatkan bubur untuk Liliana, sedangkan Tuan Abraham hanya bisa duduk di samping sang istri. Liliana hanya bisa memejamkan mata tidak mau melihat suaminya sama sekali. Suaminya yang sudah tua bangka dan sudah bau tanah.

Tapi apalah daya. Dia sangat membutuhkan uang dari Pria tersebut, demi kesehatan sang ibu.

"Maafkan Papi ya, baby, Papi tidak tahu bahwa kamu begitu lemah. Memangnya kamu sudah mengerjakan apa saja di sekolah?" Kata tuan Abraham sambil mengelus jidat sang istri dan lembut.

Tapi Liliana pura-pura tidak mendengar, dia hanya bisa memejamkan mata, dia benar-benar tidak mau melihat suaminya untuk saat ini. Wanita itu ingin beristirahat sejenak, dia ingin bermimpi indah mengingat hidupnya begitu buruk. Karena itulah dia ingin memiliki mimpi yang lebih baik dalam tidurnya.

Sedang tuan Abraham masih menatap wajah Liliana dengan rasa iba, dia menyesal atas semua yang telah dia lakukan kepada gadisnya.

B🎄e🎄r🎄s🎄a🎄m🎄b🎄u🎄n🎄g

ABNORMAL (Novel nex, Di Goodnovel, Hi novel, Gonovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang