terluka

1.4K 93 11
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan pun berganti jua.

Ini adalah bulan kedua di mana Liliana harus memendam semua kesedihannya, memendam rasa cinta terhadap Nathanael, yang kini bahkan tidak pernah menghubunginya lagi.

Gadis itu tampak murung, karena kesedihannya saat ini begitu mendalam. Terlalu cepat dia jatuh cinta kepada Natanael, sehingga dia tidak memikirkan konsekuensi dari hubungan tersebut.

"Sayang, ini ada undangan pesta pertunangan putriku, kamu harus datang, ya. Karena pesta itu sangat penting untuk keluarga kami, tetapi tetap saja kamu harus datang sendirian, tidak boleh memperlihatkan bahwa kamu itu adalah istriku," ucap tuan Abraham kepada Liliana, sambil menyodorkan selembar kartu undangan pertunangan.

"Jadi putri Papi akan bertunangan?" Liliana mengerutkan dahinya.

"Iya, dia seumuran dengan kamu, Sayang. Karena itulah tidak boleh sampai terbongkar, bahwa kamu adalah ibu tirinya," tukas tuan Wicaksono kepada Liliana.

Liliana pun membuka kartu undangan tersebut, dan ternyata di sana tercantum nama Hana Wicaksana, dan juga Natanael Mahendra.

"Apa ini, Hana Wijaksana adalah putri Papi, dan dia bertunangan dengan Nathanael?" Liliana membulatkan matanya, dia melihat ke arah suaminya, dan ternyata tuan Abraham Wicaksana hanya bisa tersenyum tipis, dengan anggukan yang begitu ramah.

"Jadi Hana teman sekelasku adalah anak tiriku?" Sekali lagi Liliana bertanya kepada tuan Abraham untuk meyakinkan semuanya.

Bagaimana Liliana tidak salah menilai, atau salah menembak, karena memang pada kenyataannya Liliana bisa melihat foto kedua mempelai di dalam kartu undangan tersebut.

Tubuhnya bergetar begitu hebat, tatkala melihat foto itu. Nathanael bersanding dengan begitu tampan bersama dengan Hana Wicaksana.

Jelas saja hatinya begitu hancur, tatkala melihat pesta undangan tersebut, ingin sekali rasanya dia merobek kartu undangannya, tapi apalah daya dia harus menahan semuanya agar suaminya tidak mencurigai dia.

"Pokoknya kamu harus berjanji, kamu akan berdandan sangat cantik dan datang di pesta itu, dan nanti kamu tidak usah dekat-dekat denganku, tetapi tetap aku akan mengawasimu dari kejauhan," kata tuan Abraham kepada Liliana.

"Baiklah Papi, tidak usah diperingatkan juga, aku sudah sadar diri, tidak mungkin aku bisa berdekatan dengan Papi di depan banyak orang seperti itu, apalagi nanti pasti banyak pejabat di sana," tukas Liliana sambil menghela napas berat, lalu tuan Abraham mengecup kening Liliana.

"Kamu memang istriku yang terbaik, aku yakin kamu tidak akan pernah membuat aku malu, karena kalau sampai itu terjadi, maka kamu tahu sendiri-kan, Ibumu di dalam genggamanku," kata tuan Abraham.

Kali dia ini mulai mengancam Liliana, sebenarnya apa yang telah terjadi kepada suaminya, selama ini dia selalu saja mendapat perhatian yang lembut tapi sekarang, tuan Abraham bahkan berani mengancam dia seperti itu.

"Iya Papi, Liliana sudah tahu semuamya, Liliana tidak akan berbuat nekat, dan karena itu bisa mengancam nyawa Ibu," tukas Liliana kepada suaminya.

"Baguslah kalau begitu sekarang kita makan malam, setelah ini," kata tuan Abraham sambil pergi meninggalkan Liliana sendirian.

Sepeninggal tuan Abraham, wanita itu tidak kuasa menahan tangis yang sedari tadi dia tahan-tahan.

Bagaimana dia tidak sakit hati, pria yang selama 2 bulan ini dia rindukan, ternyata akan bertunangan sama Hana Wicaksana anak tirinya sendiri.

Rasa sakit pada hatinya sudah tidak bisa digambarkan lagi, karena kini bahkan dia seolah seorang rembulan yang kehilangan sinarnya, sangat gelap dan seolah dia enggan untuk melanjutkan hidupnya lagi.

Nasibnya begitu malang, sekalinya dia jatuh cinta, bahkan pria itu tidak menerima dia, menolak dia karena statusnya.

"Pantas saja kamu tidak menghubungi aku selama 2 bulan ini," lirih Liliana dengan suaranya yang rendah.

Wanita itu kembali menangis dan meneteskan air matanya, tak kuasa dengan rasa sakit yang dia rasakan saat ini.

Di sisi lain Hendrata kini sedang berbicara dengan Tuan Abraham Wicaksana, pria itu memperlihatkan beberapa foto kepada tuan Abraham dan benar saja, itu adalah foto mesra antara Liliana dan Natanael dan sontak membuat Abraham naik darah.

Tuan Abraham membuka pintu dengan cara menendang pintu tersebut, dan itu membuat Liliana terkejut.

Sadar bahwa ada orang di dalam ruangannya. Liana dengan segera menyeka air matanya, dia tidak mau orang luar tahu bahwa dia sedang menangis hati ini

Itu bukan orang luar yang masuk, ternyata itu adalah suaminya sendiri, dan tanpa aba-aba tuan Abraham langsung menjambak rambut Liliana yang panjang

"Wanita hina kamu, sudah berani berselingkuh." Tuan Abraham benar-benar marah kepada Liliana, dia menarik kencang rambut Liliana sampai Liliana kesakitan. Wanita itu merintih, meminta pertolongan kepada siapa pun yang ada di sana, tetapi sayangnya tidak ada yang menolong dia sama sekali.

"Lihat foto ini, betapa menjijikan kamu, bisa berselingkuh dengan calon mantu ku sendiri, Hendrata yang melaporkan semua padaku. Dasar wanita tidak tahu malu, setelah apa yang sudah aku lakukan kepadamu, kamu tega-teganya berselingkuh di belakangku." Pria paruh baya itu berteriak sambil penampar pipi kiri dan kanan sehingga sekarang sudut bibir Liliana mengeluarkan darah merah.

Wanita itu tidak bisa membela diri, karena memang ada foto dia bersama dengan Nathanael sedang memadu kasih, entah tahu dari mana Hendrata sampai mengetahui tentang kejadian itu, bahkan sempat-sempatnya memfoto mereka.

kini Hendrata melihat Liliana dengan penuh kepuasan, karena kemarin dia sangat sakit hati melihat perselingkuhan Liliana. Sekarang dia merasa terobati karena bisa membongkar perselingkuhan Liliana kepada suaminya.

"Papi ampun, aku kesakitan mohon ampun." Wanita itu merintih kesakitan, memohon kepada sang suami agar tidak memukulnya lagi. Tetapi sayangnya tuan Abraham Wicaksana benar-benar marah kepadanya, sehingga dia tidak peduli lagi dan hanya bisa mengangguk saja.

"Aku sudah membebaskan kamu untuk bepergian, kemana pun sesuka hatimu. Aku sudah membahas membiarkan kamu untuk menikmati semua hartaku, inikah balasannya dirimu untukku, dasar wanita murahan!" teriak tuan Abraham sambil kembali menampar pipi Liliana dengan kencang, wanita itu tampak kesakitan, tamparan itu melirih-kan hatinya, membuat raganya pun terluka.

"Ampun Papi, ampun. Aku tidak akan mengulanginya lagi, jangan siksa aku seperti ini." Tangisan wanita itu benar-benar membuat sedih orang yang mendengar, tetapi sayangnya yang ada di sana hanya tuan Abraham dan Hendrata, tidak ada kesedihan dimata mereka, yang ada Hendrata merasa puas karena Liliana sudah menanggung akibatnya.

Kini bahkan Hendrata menjadi penonton di mana Liliana tersiksa oleh beberapa pukulan dari tuan besarnya. Sampai akhirnya Liliana pun pingsan dengan seketika, karena sudah tidak bisa lagi menahan semua rasa sakit yang dirasakan akibat siksaan tersebut.

ABNORMAL (Novel nex, Di Goodnovel, Hi novel, Gonovel)Where stories live. Discover now