16. He Kissed You

6.6K 418 8
                                    

Samuel kambekkk <\3
Happy Reading dan jangan lupa tinggalkan jejak👣 kalau ada typo dikomen ya... Ily ❤

─━━━━━━⊱✿⊰━━━━━━─

Jam dinding menunjukkan pukul 11.25 a.m tapi Nancy masih larut berpetualang dimimpinya. Teriakan Lizzy, teman sekamarnya yang sudah lebih dari dua puluh kali membangunkannya pun tidak Nancy hiraukan. Gadis itu tampaknya tidak memiliki niat untuk bangun tidur.

"Nancy!"

"Nancyyy!!!" Teriakan Lizzy menggema ke seluruh ruangan. Tidak ada jawaban dari sang pemilik nama tersebut bahkan ketika Lizzy terus mengguncang-guncang tubuhnya.

"Kau tidak mau bangun? Teman lainnya sudah menunggu kita di luar."

"Lima menit lagi, please..."

"Kau sudah mengatakannya dari dua puluh menit yang lalu." Lizzy berseru jengkel.

"Kali ini aku janji." Nancy masih enggan membuka mata.

Gadis bernama Lizzy itu sudah pasrah dan tidak tahu lagi cara membangunkan temannya itu. Satu-satunya hal yang mempan untuk membangunkannya adalah Sam sebagai alasan. Namun Lizzy tidak bisa menjual nama Sam untuk kali ini karena Nancy bilang Sam tidak akan menghubunginya beberapa saat. Jadi ketika Lizzy akan membangunkan Nancy dengan nama itu pun jelas Nancy tidak akan mempercayainya.

Merasa semakin jengkel dan putus asa, Lizzy lebih memilih membuka lemarinya untuk bersiap-siap. Dipilihnya satu per satu baju yang menurutnya cocok sembari bercermin. Ia sesekali menengok Nancy berharap gadis kerbau itu sudah membuka mata. Lizzy sudah melakukannya berulang kali hingga kini ia selesai berhias, namun Nancy masih belum mau membuka mata. Dengan kesal Lizzy berdiri menuju samping tempat tidur Nancy dan bersidekap dada. Lihatlah apa yang dilakukan Nancy sekarang, gadis itu malah tersenyum-senyum dalam tidurnya.

"HAI!!! Kau sudah gila?"

Nancy yang merasa terganggu dengan suara Lizzy yang memenuhi telinganya, ia menggeram dengan kesal. Tidak mau diganggu. Lizzy yang semakin frustasi, ia mengambil bantal di kasur miliknya lalu memukulkan benda itu tepat di kepala Nancy.

Nancy mengaduh. Pukulan itu cukup keras untuk menyadarkan ia dari mimpinya. "Akhh! Aku sudah bangun," protes Nancy seraya terduduk dan berseringut kesal.

Lizzy tidak menghiraukan kekesalan Nancy karena jelas ia tentu lebih kesal. Ia beranjak mengambil handuk milik Nancy dan beberapa peralatan mandi lalu memberikannya kepada Nancy yang masih memelototinya.

"Berhenti memelototiku, ambil ini dan mandi," perintah Lizzy dengan tatapan mengancam. Nancy menerimanya dengan kasar lalu beranjak keluar kamar untuk menuruti perintah temannya itu.

Melihat kelakuan Nancy yang semakin menyulut emosinya, Lizzy mengambil bantal tadi dan meleparkannya ke arah Nancy dan mengenai kepalanya lagi. "Aku tunggu lima menit, jika tidak aku akan menyerah menjadi temanmu dan mencari teman sekamar yang tidak pemalas," oceh Lizzy dengan suara yang meninggi. Tapi Nancy tentu tidak menghiraukannya.

Selama tiga tahun ini, Lizzy adalah satu-satunya teman yang bersikap seperti ibu bagi Nancy. Lihatlah dari cara gadis itu mengomel setiap pagi untuk membangunkannya atau sekedar mengingatkannya ketika ia larut dalam tugas kuliah dan lupa untuk makan. Namun, semua itulah yang semakin membuat Nancy menyayangi temannya itu. Karena ia tahu, segala macam sikap dan perlakuan Lizzy kepadanya adalah bentuk kepedualian serta perhatiannya sebagai seorang teman.

Berteman dengan Lizzy sangat asik. Gadis itu pasti akan memberitahu segala hal kepada Nancy, termasuk gosip dan berita trend yang sedang terjadi di kampus yang tidak Nancy ketahui.

Sweet Psycho ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu