15. Pesta 2

4.4K 398 7
                                    

Sam melemah melihat gadis itu menangis. Ini adalah kali pertama Nancy menangis di hadapannya dan oleh perbuatannya. Mencoba menenangkan gadis itu, Sam menarik Nancy ke dalam pelukannya tanpa penolakan.

Suara pintu terbuka tiba-tiba mengalihkan perhatian kedua orang yang tengah berpelukan itu hingga membuat keduanya menarik tangan mereka masing-masing dengan cepat.

Sosok Nate muncul dengan ekspresi terkejut juga merasa bersalah diwaktu yang bersamaan karena datang diwaktu yang salah.

Nate mengerjapkan matanya beberapa kali ketika akhirnya deheman Sam membuatnya tersadar. "Apa aku mengganggu kalian?"

"Ada masalah?" sebenarnya bukan hal itu yang ingin Sam tanyakan, melainkan kenapa Nate masuk ke dalam kamarnya yang jelas-jelas Nate tahu sendiri jika kamar Sam sangat privasi. Namun kali ini Sam tidak mau basa-basi mengenai pelangaran privasi itu. Yang ia inginkan Nate cepat-cepat pergi dari hadapannya.

"Actually, tidak. Aku hanya memastikan keberadaanmu karena aku dengar Lexi datang ke sini."

"Aku tidak tahu jika dia ada di sini. Apa kau yang mengundangnya?"

"Kau gila? Tentu saja tidak! Ah... aku kecewa saat kau rasanya tidak mempercayaiku."

Sam menghela napas, memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Sudah selesai?"

Nate menaikkan alis sarat bertanya, namun tidak lama ia melirik Nancy dan mengerti apa yang Sam maksud. Nate lantas tersenyum menggoda Sam, mengerlingkan matanya seraya mengangkat minuman di sebelah tangan kirinya. "Kau bisa lanjutkan." Kemudian ia berbalik pergi dan kembali menutup pintu.

Sam kembali memfokuskan pandangannya ke arah Nancy yang sejak tadi hanya berdiri kaku dengan pandangan yang menunduk menatap lantai. Ia kemudian mengangkat dagu gadis itu agar menatapnya. "Apa kau yakin baik-baik saja?"

Gadis itu mengangguk cepat membuat Sam mengangkat kedua sisi bibirnya, tersenyum. "Kita ke bawah, acaranya akan segera di mulai dan kau bahkan belum bertemu orang tuaku."

"Bertemu dengan orang tuamu?" tanya Nancy dengan terbata.

"Ya. Kau tidak mau?"

"Sam, aku..."

"Jika kau belum siap, aku tidak akan memaksamu."

"Tidak, maksudku... aku malu."

"Aku sendiri yang memilihmu, lantas kenapa kau harus merasa malu? Apa kau meragukan apa yang menjadi pilihanku?"

Gadis itu terdiam menatap Sam dengan air muka bingung, membuat Sam lebih bingung tentang apa yang Nancy pikirkan dari ucapannya barusan. Sam hanya berharap jika kali ini Nancy tidak tertawa dengan pengungkapannya yang mungkin terlalu cepat? Tapi Sam pikir bukankah lebih cepat lebih baik?

"Nancy," imbuh Sam, mencoba menyadarkan gadis itu yang tampaknya sedang memikirkan sesuatu.

"Ya?" sahut gadis itu dengan lembut.

"Apa kau memikirkan sesuatu?"

"Eh? Tidak, tentu saja tidak."

Kekecewaan terlihat jelas dari raut wajah Sam mendengar jawaban gadis itu. Jawaban itu terdengar dengan arti bahwa ungkapan yang Sam lakukan dengan sedikit kode sama sekali tidak Nancy pikirkan.

Sam menatap Nancy dengan dalam mencari sesuatu di manik mata gadis itu, ia berharap pertanyaan sederhana akan terdengar dari bibirnya. 'Apa maksud dari perkataanmu itu Sam?' Mungkin pertanyaan seperti itu akan lebih mempermudah Sam agar bisa menjelaskan arti dari apa yang ingin ia sampaikan. Arti bahwa Sam memilihnya, ingin mengenal Nancy lebih jauh dan mencoba memperkenalkan kepada orang tuanya adalah bukti jika Sam ingin serius.

Sweet Psycho ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt