38. You really don't miss him?

708 62 3
                                    

Dua tahun berlalu semenjak Sam meninggalkannya, sekarang Nancy bisa menjadi pribadi bahagia lagi. Mau membuka hati kembali untuk melanjutkan hidupnya.

Sam benar, Nancy dapat bahagia meski tanpanya. Meski juga titik noda kecil berwujudkan kekosongan tentu ada. Entah trauma atau memang belum dapat melupa sosoknya. Namun yang jelas Nancy ingin sekali membuktikan bahwa ia bisa hidup bahagia tanpa Sam meski dua tahun terakhir ia sudah tak lagi mendengar kabarnya.

Setelah janji suci pernikahan terucap dan cincin terpasang. Darrel mengecup Nancy yang kini telah sah menjadi istrinya. Bukan main, perjuangan yang dilakukan dan penantian akan keterbukaan hati Nancy begitu sulit untuk akhirnya Darrel dapat mewujudkan momen saat ini: menikahi dan membahagiakan Nancy. Darrel bahagia dan bersyukur bahwa semua perjuangannya tidak sia-sia.

Tamu undangan yang menyaksikan momen sakral pernikahan itu berteriak heboh, menyerukan ucapan selamat. Hingga saat momen pelemparan bunga tak henti-hentinya pesta begitu meriah dan Nancy tampak tertawa lebar ketika bunga itu tertangkap oleh Lizzy.

***

Nancy menjalani harinya dengan bahagia. Hari ke hari, bulan ke bulan dan sekarang sudah genap satu tahun mereka telah menikah Darrel terus membahagiakannya. Membelikan makanan kesukaannya, mengajaknya traveling dari satu negara ke negara lain dan tentu memberikan cinta dan perhatian.

Hingga disuatu pagi yang mendera, Nancy berinisiatif membuatkan kopi untuk suaminya yang kini bergelut dengan pekerjaannya meski hari dikalender menunjukkan weekend. Diketuknya pintu ruang kerja Darrel, tanpa menunggu jawaban Nancy membuka pintu dengan pelan.

"Pagi," sapa Nancy dengan ceria.

Darrel yang awalnya terlihat sangat fokus dengan laptop dan buku kecilnya dengan cepat membereskan benda-benda itu setelah tersentak kaget menyadari keberadaan Nancy.

Nancy yang sempat kebingungan tidak lama tertawa kecil. "Aku pikir kamu tidak perlu sekaget itu."

Darrel tersenyum canggung, ia kemudian berdiri namun tangannya tidak sengaja menyikut gelas yang dibawa oleh Nancy sebab gadis itu berdiri terlalu dekat dengan tempat duduknya. Nancy berteriak kecil, ia membersihkan tangannya yang kepanasan akibat terciprat oleh beberapa tetes kopi. Namun sadar Darrel mengalami hal yang lebih parah, yaitu bajunya terkena tumpahan kopi membuat Nancy kelimpungan. Sesaat kepalanya terasa pening. Nancy merasa bahwa ia sudah pernah mengalami kejadian serupa sebelumnya. Namun ia lupa kapan hal ini pernah terjadi.

"Kau tidak apa Sam?" tanya Nancy dengan kontan. Ia terkejut pada apa yang telah diucapkannya sendiri terlebih ekspresi Darrel tak kalah dari dirinya. "Aku akan mengambil salep dan baju ganti," kata Nancy, mencoba mengalihkan perhatian.

Setelah kejadian yang mengejutkan hingga terciptanya kecanggungan, kini di ruang tamu Nancy masih berusaha mengabaikan apa yang telah terjadi barusan sembari mengoleskan salep pada Darrel tanpa satupun kalimat yang keluar dari mulutnya.

"Nancy..."

"Aku sangat bodoh. Aku benar-benar minta maaf soal kopi dan... menyebut nama itu," kata Nancy, mencoba menjelaskan padahal Darrel tak melayangkan pertanyaan apapun selain daripada memanggil namanya.

Darrel tersenyum simpul, ia menghentikan tangan Nancy, mengubah posisi tidurnya untuk duduk. "Bukan soal itu. Aku ingin bertanya hal lain."

"Tidak, lebih baik tidak."

"Jika kau begini, hal itu malah membuktikan bahwa perkiraanku mengenai dia-yang-kau-sebut masih ada dipikiranmu adalah benar."

"Darrel please." Nancy memohon, ia benar-benar tidak ingin memperpanjang pembahasan mengenai nama yang bahkan sudah ia lupakan.

Sweet Psycho ✔Where stories live. Discover now