27. Sammie

1.6K 138 4
                                    

Samuel comeback! Banyak-banyak komen ya. Kalau ada typo juga boleh di kasih marked.

____________

Nancy melipat pakaiannya lalu memasukkan dan merapikannya satu-persatu ke dalam koper, mengingat hari ini adalah keberangkatannya. Ponselnya berdering, membuat tangannya yang sibuk dengan pakaian teralihkan oleh benda itu.

Ada pesan masuk dari Sam yang mengatakan bahwa dia tengah dalam perjalanan untuk menjemputnya. Nancy menyimpan kembali ponselnya tanpa berniat membalas.

Perasaannya masih marah karena tempo hari, selepas Sam menginap di asramanya, pria itu tidak kelihatan batang hidungnya saat Nancy terbangun. Nancy merasa dicampakkan meski mereka tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Padahal Sam sudah mengirimnya pesan dan bilang bahwa dia akan sibuk di kantor karena harus mengurus pekerjaan jarak jauhnya dan pengurusan tiket penerbangan.

Sebelum terhanyut lebih jauh dari dengan pikirannya, suara dering ponsel kembali terdengar yang akhirnya menarik Nancy kembali pada kenyataan.

'Sammie'

Nancy memandang lamat ke layar ponsel membaca nama panggilan yang tertera. Sangat lucu, pikir Nancy. Nama Sammie yang tertera mengingatkan bagaimana dia terkena protes oleh Sam karena menurut Sam nama itu terdengar lebih cocok dipakai untuk kucing. Meski begitu Nancy tidak menggantinya karena menurutnya nama itu sangat lucu dan terdengar imut.

"Aku di depan pintu." suara Sam terdengar dari seberang telepon ketika Nancy dengan tanpa sadar menerima panggilan.
 
"Sungguh? Bukankah kau tadi bilang sedang dalam perjalanan?" Nancy kaget, ia belum melakukan persiapan bagaimana dia akan bersikap. Sam kadang semenyeramkan itu, datang tidak diundang dan pulang tidak diantar.

"Kau tidak akan menginjinkanku masuk?"

Setengah gelagapan, Nancy mematikan ponsel dan beranjak ke depan pintu sembari berteriak. "Tunggu sebentar."

Derit pintu berbunyi lalu menampilkan Sam tengah berdiri, wajahnya tampan seperti biasa. “Aku tidak tuli,” ucapnya, datar. Kakinya yang panjang melangkah masuk. Tanpa permisi.

Nancy mengerucutkan bibirnya, menutup pintu lalu menghampiri Sam yang sudah mengulurkan sebuah kantung kresek putih. "Untuk mengobati luka lebam," ucap Sam datar, namun dengan mata penuh selidik dia bertanya, "Kau marah?"

Nancy melepaskan kontak pandangannya kemudian duduk di tepi ranjang tanpa menerima barang yang diberikan.

Sam menghela napas lalu dengan kontan ikut duduk di samping Nancy. Dibukanya kresek yang berisikan obat itu. "Buka pakaianmu."

Nancy melotot setengah kaget, kedua tangannya spontan memeluk tubuhnya. Matanya menyala, menatap Sam dengan was-was dan penuh kecurigaan. "Kau?! Dasar mesum!"

Sam memutar bola mata. “Pikiranmu ke mana-mana, bahkan ke tempat terjauh di mana hal itu belum terpikirkan olehku.” Sam meraih salah satu tangan Nancy lalu mengepalkan obat itu di telapak tangannya. "Kalau gitu lakukan sendiri."
 
"Tidak," tolak Nancy, ekspresinya menunjukkan bahwa perasaannya kembali pada mode marah.

"Nancy." Panggilan dari Sam ini hampir saja membuat pertahanannya goyah. Mungkin terdengar sepele, tapi bagi Nancy hal itu memiliki sensasi tersendiri. Suara berat serta tatapannya yang tajam sekaligus lembut dalam waktu yang bersamaan berhasil membuat Nancy merasa candu. Tentu saja hal ini tidak hanya berlaku pada saat Sam memanggil namanya saja, namun setiap perkataan yang keluar dari mulut Sam sudah menjadi pengganti musiknya.

Sweet Psycho ✔Where stories live. Discover now