Chapter 84 - The Beginning of The Storm

Mulai dari awal
                                    

Terlalu banyak kejadian yang terjadi dalam kurun waktu 48 jam terakhir ini membuat Amel tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan perasaan menyelimuti hatinya sedari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlalu banyak kejadian yang terjadi dalam kurun waktu 48 jam terakhir ini membuat Amel tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan perasaan menyelimuti hatinya sedari tadi. Mulai dari kejadian yang menimpanya ketika Amel bertemu dengan Alessio Romano sampai kejadian dimana ia terbangun di dalam kediaman Jeremy Moretti, laki-laki yang mampu memberikan perasaan aneh padanya ketika Amel berbicara dengannya.

Kembali mengingat semua itu membuat Amel memejamkan kedua matanya perlahan. Ia benar-benar tidak bisa merasakan perubahan emosi apapun dalam dirinya saat ini batinnya dalam hati. Apa ini yang orang-orang sering katakan "terlalu lelah sampai tidak merasakan apapun lagi? pikir Amel dalam hatinya.

Mungkin batinnya sudah terlalu lelah sampai-sampai ia tidak bisa lagi merasakan emosi apapun yang menyelimuti tubuhnya saat ini.

Kapan Amel mulai merasakan hal seperti ini? Apakah ketika Gavin datang menjemputnya? Tidak, ia rasa sudah jauh sebelum Gavin datang untuk menjemputnya. Ketika ia makan siang bersama dengan Jeremy dan Alejandro? Atau mungkin ketika ia berbicara dengan Jeremy di dalam kamar tidur itu? Ah...sepertinya itu kali terakhir Amel dapat berbicara layaknya orang pada umumnya.

Terlalu melelahkan.

Saat-saat seperti ini kadang malah membuatnya sering bertanya dalam hatinya sendiri, mengapa Tuhan menciptakan rasa sakit pada batin manusia? Apakah rasa sakit yang dirasakan fisik tidak cukup menjadi cobaan untuk manusia?

Memikirkan pertanyaan tersebut langsung membuat tawa penuh ejekan terdengar dari sela bibir mungilnya seketika. Menutup sebagian wajahnya dengan telapak tangannya yang basah, senyum penuh ironi kembali mewarnai bibir mungilnya ketika ia kembali membayangkan semua kejadian buruk yang menimpanya selama ini.

Tuhan saja sering memberikan cobaan yang berat padanya batinnya dalam hati.

Namun...

Dibalik semua cobaan dan rasa sakit itu...Amel juga beruntung karena Tuhan sudah memberikan sosok Gavin untuk selalu menuntun dan berada disisinya selama ini. Entah apa yang akan terjadi padanya jika kekasihnya yang satu itu tidak ada di sampingnya. Mungkin Amel sudah menyerah sejak berbulan-bulan yang lalu.

Memikirkan sosok Gavin membuat ekspresi hangat sedikit demi sedikit kembali mewarnai kedua mata abunya yang sejak tadi dipenuhi oleh tatapan kosong tersebut. Ah...setiap kali Amel memikirkan laki-laki itu, entah bagaimana caranya...hatinya berubah menjadi lebih hangat sendiri karenanya. Meskipun, wajah dan sikap kekasihnya yang satu itu selalu terlihat dingin, tegas dan mendominasi tetapi, setiap kali berurusan dengannya...laki-laki itu pasti selalu sukses membuat hatinya terasa hangat sendiri karenanya. Seperti apa yang baru saja terjadi beberapa jam yang lalu.

*flashbacks*

"Are you really love him, Amelia?"

Pertanyaan yang keluar dari sela bibir Jeremy saat itu benar-benar membuat Amel yang masih melamun itu tersentak sendiri ketika mendengarnya. Kedua matanya hanya bisa menatap kearah laki-laki dihadapannya ini dengan penuh tanda tanya. "Huh? Maksudmu Vino?" tanya Amel sambil menyesap cangkir tehnya perlahan-lahan.

Forever YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang