Chapter 77 - The calm before storm

4.7K 375 142
                                    

Chapter Playlist:
Your Favorite Place — Joey Pecoraro

Hallo semuanya!!❤️🥺
Apa kabar kalian? baik-baik ajakan? sehat juga? hehe kana kangen!🥰❤️

Kana minta maaf ya baru update sekarang soalnya kemaren demam jadinya harus istirahat terus apalagi musim pandemik begini😩  kalian juga harus jaga kesehatan!
OHIYA!
Mohon maaf buat kemaren semua yang sempet buka update chapter itu karena kana siwer jadinya harusnya pencet save malah mencetnya publish alhasil muncullah itu update dengan judul masih bener-bener belom keganti sedikitpun WQWQ
maklum kalo lagi sakit rada-rada kurang fokus gimana gitu😂😂

Well,
Semoga hasil ketikan kana selama sakit gak ngablu ya HAHAHA kalo bingung plis tanyakan saja dan kalo ada yang typo ato gak jelas kabari aku juga ya HEHE😌❤️
Hope you guys enjoy it!

salam sayang,
kana.

***

Ugh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ugh...

Amel benar-benar tidak tahu harus bereaksi apa untuk merespon ucapan Gavin barusan. Begitu ia mendengar kalimat tersebut mendadak seluruh  otaknya berhenti berkerja sendiri untuk beberapa saat. "Apa kamu sedang bercanda, Vino?" balas Amel dengan nada linglung yang terdengar jelas dari nada bicaranya kali ini.

Tawa pelan terdengar dari sela bibir tipis Gavin begitu ia mendengar nada bicara kucing kecilnya barusan. Bahkan Gavin sudah dapat membayangkan reaksi speechless, kaget dan tidak percaya kucing kecilnya saat ini. "Tentu saja tidak, little kitten. Seperti apa yang aku bilang barusan, Tuhan mungkin memiliki jalan lain untuk Amari tapi, bukan berarti kita harus bersedih terus menerus, bukan? Mungkin kita bisa mencoba lagi dan siapa tahu akan ada keajaiban kecil lainnya yang muncul" ucap Gavin dengan nada lembut.

"Tidak ada yang bisa menebak apa yang Tuhan rencanakan, little kitten. Hanya ada dua cara yang bisa kita lakukan dan kedua cara itu adalah berdoa dan berusaha. Aku yakin suatu saat nanti jika waktunya tepat akan ada banyak keajaiban kecil yang datang dalam hidup kita" lanjut Gavin masih dengan nada yang sama.

Ucapan Gavin sedari tadi bagaikan guyuran air dingin yang membuat tubuh mungilnya membeku sendiri karenanya. Tanpa Amel sadari, tetesan air
mata mengalir dari kedua abunya sedikit demi sedikt. Telapak tangannya bergerak untuk menutup mulutnya agar menahan isakan tangis yang terancam keluar dari sela bibir mungilnya saat ini.

Forever YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang