Siwon mengusap wajahnya kasar, dan menghela napas untuk kesekian kalinya, sebelum ikut beranjak dari sana.


-----------------------------------------------------------

Sreett...sreettt...sreett

Chandra memoles tembok yang sudah dia gambar sebelumnya dengan pilox putih. Mencoretnya abstrak sampai gambar yang dia buat sebelumnya itu tak berbentuk lagi.

Tanpa sadar seorang gadis yang memeluk seperangkat alat lukis sedari tadi memperhatikannya di balik tembok.

Dia keluar dari persembunyiannya, lalu bertepuk tangan keras, mengejek. Hal itu membuat Chandra menoleh, dengan dahi berkerut.

"Gambar sebagus itu, kenapa lo coret - coret? Bukannya kemarin lo seneng banget sama hasil 'karya' lo yang dibikinnya aja sampe dua hari itu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gambar sebagus itu, kenapa lo coret - coret? Bukannya kemarin lo seneng banget sama hasil 'karya' lo yang dibikinnya aja sampe dua hari itu?"

"Siapa lo?" Gadis itu berdecih, sebelum menghampiri Chandra lebih dekat, dan mengulurkan tangannya.

"Azzura Elvaretta, Kelas X IPA 3. Adek kelas lo," Chandra mengabaikan uluran tangan Zura, lalu melanjutkan acara coret - coretnya lagi. Hal itu membuat Zura lagi - lagi berdecih, sebelum menurunkan tangannya yang mengambang di udara.

"Chandra Pramudya Bintang, kelas XI IPS 2. Anak pertama dari pengusaha kaya Choi Siwon dan model cantik Liu Margaret, punya satu adik, namanya Samudra," Mendengar pernyataan itu membuat Chandra menghentikan kegiatannya, lalu menoleh ke arah Zura.

"Lo part time di kelurahan sampe tau silsilah keluarga gue?" Sindiran itu tidak ditanggapi Zura, dia malah tersenyum miring pada Chandra.

"Tukang bolos, tukang coret - coret tembok, tukang bully. Paket komplit semua pertukangan," Chandra berdecih, lalu mulai melangkah mendekati Zura. Sedangkan gadis itu hanya diam, dan memasang wajah tenang.

Chandra sedikit merunduk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Zura. "Bagusnya, gue bukan tukang tikung,"

Hening beberapa waktu. Tatapan mereka saling beradu.

Chandra masih menatap wajah tenang Zura yang terlihat—imut dimatanya.

"Lucu lo," Ucap Chandra tiba - tiba sebelum menegakkan kembali tubuhnya dan melanjutkan aksinya lagi-mencoret tembok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lucu lo," Ucap Chandra tiba - tiba sebelum menegakkan kembali tubuhnya dan melanjutkan aksinya lagi-mencoret tembok. Tahunya, hal itu malah membuat semburat merah menjalar di pipi Zura.

Gadis itu berdeham, membasahi tenggorokkannya yang terasa kering karena kegugupannya.

"Kenapa lo coret pake warna putih?" Tanya Zura memperhatikan apa yang dilakukan Chandra.

"Gue lagi coba ngehapus gambar ini," Zura mengulas senyum, meletakkan alat lukis yang dia bawa di tepian tembok, lalu menahan tangan Chandra yang masih bergerak liar dengan piloxnya. Hal itu membuat Chandra mengalihkan atensinya pada gadis itu.

"Percuma. Lo nyoret dengan pilox warna apapun gak bakal bisa ngehapus gambar itu. Yang ada, bakal muncul coretan baru di sana,"

"Gimana kalau kita bikin gambar baru dari gambar yang udah lo buat? Gambar yang menggambarkan kebahagian, kebebasan dan ketululusan. Bukan gambar menyedihkan kaya yang lo buat," Ucapnya lagi, sebelum meraih pilox yang di genggam Chandra.

Zura menggerakkan tangannya, membuat bulatan besar di tengah gambar Chandra. Sedangkan pria itu hanya memperhatikan saja.

"Lo punya pilox warna lain?" Tanya Zura di balas gelengan pelan.

Gadis itu meraih cat akrilik berwarna kuning yang dia bawa, lalu menggambar dua bulat sejajar, dan setengah lingkaran besar di bawahnya.

"Taraaa!" Seru Zura sambil merengtankan tangannya bangga.

"Apaan tuh? Emoji smile?" Zura mengangguk antusias.

"Menurut gue, senyum itu menggambarkan kebahagiaan, kebebasan, dan ketulusan,"

"Tapi gambar gue masih keliatan," Timpal Chandra.

"Gambar menyedihkan lo emang gak bakal ketutup kalau gue ngegambar ini. Lo tau apa artinya itu?" Chandra menggeleng pelan. "Artinya sebesar apapun kesedihan dan kacaunya elo. Lo harus sembunyi di balik senyuman lo,"

"Kenapa harus? Lo tau? Pura - pura cuma nyakitin diri sendiri,"

Zura tersenyum ke arah Chandra. "Lo bener, tapi ada waktu dimana kita harus pura - pura kaya gitu untuk menjaga perasaan yang lainnya. Bukan mentingin ego sendiri,"

"Kita manusia Chan, butuh orang lain. Gak bisa hidup sendiri. Lo lahir, butuh orang yang bantu lo keluar. Lo mati, butuh orang yang masukin lo ke dalam kubur. Kalau kita mentingin ego, dan bikin orang di sekitar sakit. Semua bakal pergi ninggalin lo. Kecuali—" Zura menjeda. Mengulum senyum.

"Kecuali apa?"

"Kecuali lo bisa gali kubur lo dan masuk sendiri ke dalem tanah," Zura mengaduh, karena mendapat cubitan di pipinya.

"Kalau gitu gue matinya tenggelam aja, biar gak repotin orang,"

"Tapi lo ngerepotin makhluk laut, mereka nanti bingung cara ngabisin daging raksasa kaya lo,"

"Sisanya mereka simpen freezer untuk sebulan kedepan," Dengus Chandra, dihadiahi kekehan pelan dari Zura.

"Ayo!" Ajak Chandra.

"Kemana?"

"Nutupin gambar menyedihkan gue yang lainnya," Tunjuk Chandra pada sepanjang tembok yang sudah di gambarnya.

"Lo gila?!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tebeceehh

Ini adalah flashback awal mula Chandra ketemu Zura setahun lalu. Sengaja gak pake italic. Tapi belum selesai nich! Rahasia yang bikin kalian menyangka - nyangka akan terbongkar di next ep. Pokoknya ikutin terus kelanjutannya yaa 💕

Zura anak baek - baek nih gaees, gimana pendapat kalian? Masih adakah yang anggap dia jahad?

Follow akun littlesora buat yang belum. Mari membuat rumah kecil ini menjadi besar bersama - sama 💕

Touch vote and leave comment please 💕

Ciyuu ❤

PLAYFUL LOVE | PCYWhere stories live. Discover now