BAB 24. Yang Telah Berlalu

3.1K 278 78
                                    

Mengetahui kenyataan bahwa Dinda telah menanggung hukuman atas kejahatan yang tidak dilakukannya, hal itu begitu membuatku tidak rela. Ingin rasanya menuntut balik ayah asuh yang menjadikan Dinda kambing hitam atas kesalahan yang dibuatnya. Namun, Dinda justru mencegah.

"Jangan, Kak. Udahlah ... yang lalu biarlah berlalu."

Aku masih dilingkupi kekesalan. "Tapi rasanya ga adil buat kamu. Waktu kamu terbuang sia-sia selama tiga tahun. Padahal bukan kamu pelakunya."

Dinda tampak bersedih. Dia berkata, "Kesalahan juga ga sepenuhnya dari Ayah. Seandainya aku ga melaporkan perselingkuhan itu, mungkin Ibu masih baik-baik aja. Dia ga akan stress, ga akan terus mencoba bunuh diri ...."

Kesenduan kini tertangkap jelas di wajah Dinda. Mungkin dia sedang mengingat-ingat masa lalu. Masa di mana masih tinggal bersama kedua orang tua asuhnya. Aku merangkul, lalu membelai-belai rambutnya.

Sambil terisak, Dinda bercerita, "Ibu orang yang baik, Kak. Dia lembut, perhatian, sangat menyayangiku. Itulah kenapa setiap kali mencoba bunuh diri, dia selalu mengajakku. Dia mengatakan siapa yang akan menjagaku bila dia tiada ...."

Entah mengapa ... dari apa yang diceritakan Dinda, aku lebih menangkap rasa bersalah serta penyesalan di hatinya. Meski bukan dia yang membunuh Bu Linda, tetapi dia terus mengatakan ada peran serta dirinya, yang menyebabkan Bu Linda nekat melakukan tindakan bunuh diri.

Dinda bangun dari sandaran di bahuku, lalu masih berurai air mata, dia mengatakan, "Betapa bodohnya aku. Kenapa harus aku laporkan? Padahal Ayah udah berjanji ga akan pernah berhubungan lagi sama perempuan selingkuhannya itu. Dia memohon-mohon padaku. Dia mengaku menyesal, tapi aku ... tapi aku ...."

Kupandangi penuh iba adikku yang terlihat begitu sedih. Air mata begitu deras membasahi pipinya.

"Aku tetap melaporkannya. Padahal Ayah sudah mengingatkan, Ibu akan menggila bila sampai tau. Dan ternyata benar, Ibu menggila. Ibu bahkan ... Ibu bahkan membunuh selingkuhan Ayah, juga anaknya, Kak ...."

"A-apa?! Sontak aku terkejut ketika mendengar sebuah pernyataan lain dari Dinda.

Terisak Dinda berucap, "Ibu membunuh, Kak ...."

Dinda mencoba menenangkan diri, lalu mulai bercerita tentang kejadian sebenarnya di masa lalu. Dia melihat ayah asuhnya sedang makan di sebuah restoran bersama seorang wanita muda dan anak kecil usia dua tahunan. Mereka terlihat begitu dekat, bagai sebuah keluarga harmonis. Dinda yang menaruh curiga pun mengikuti, hingga mereka pergi ke di sebuah rumah. Esok dan lusanya, Dinda memata-matai. Ternyata perempuan itu adalah wanita simpanan ayah asuhnya. Mereka bahkan memiliki anak hasil dari perselingkuhan tersebut.

Dinda yang geram karena tidak terima ibu asuhnya diselingkuhi, menegur ayah asuhnya. Dia menuntut pengakuan. Ayahnya pun mengakui, tetapi memohon agar Dinda tidak menceritakan tentang perselingkuhan itu kepada ibu asuhnya. Ayah asuh Dinda yang mengaku begitu memahami sifat istrinya memprediksi bila istrinya tahu, maka akan menggila. Meski telah diberi peringatan, Dinda tetap melaporkan ke ibu asuhnya, dan benar, dia langsung menggila.

Bu Linda mendatangi rumah perempuan selingkuhan ayahnya. Terjadi pertengkaran, hingga wanita simpanan itu terbunuh. Tidak hanya si perempuan yang dibunuh, tetapi juga anaknya. Ayah asuh yang menyusul dan menemukan selingkuhan serta anaknya telah tiada, bukan lantas lapor polisi, melainkan membuang mayatnya ke sungai. Dia menutupi tindak kejahatan istri sahnya.

Aku bertanya, "Kamu ada di sana saat kejadian?"

"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kejadiannya. Bahkan aku tau lokasi Ayah membuang mayat perempuan dan anak kecil itu."

SURVIVE (Selesai ✓)Where stories live. Discover now