τριάντα ένα (tigapuluhsatu)

2.3K 275 45
                                    

Pukul 09.00 am aku ada kelas, namun sekarang jam telah menunjukkan pukul 08.15 am tapi aku sudah berada di kampus. Karena apa? Karena sekarang aku sedang merasa rajin, jadi kuputuskan untuk datang ke kampus lebih awal.

Sesaat sedang mengaduk-aduk jus pisangku—jus pisang adalah jus favoritku—ada suara yang menurutku sangat annoying untuk didengar, karena itu bisa merusak alat pendengar seseorang yang mendengar suara itu.

“Eu to the Gine, jangan lupa nanti malam, okay? Akan kutunggu kau! Awas saja kalau tak datang.” Ashton yang tiba-tiba duduk di sampingku langsung merebut jus pisangku yang berada digenggamanku lalu menyedotnya sampai tersisa setengah dari terakhir aku minum tadi.

This boy is such annoying, ugh.

“Hey! Jusku!” Ia pun langsung kabur sambil menyeringai konyol ke arahku. Awas saja kau Ashton!

**

Entah sudah beberapa kali aku menguap di kelas Mr. Thump, mungkin jika kuitung aku menguap sudah 30 kali atau pun lebih. Apa perlu aku menghitung berapa kali aku menguap? Sungguh itu tidak penting.

Tak sengaja saat aku iseng untuk melihat ke arah pintu, aku melihat ‘Annoying Guy’ itu muncul dari balik kaca pintu sambil berucap tanpa suara, yang bisa kubaca dari mulutnya adalah, “Jangan-lupa-nanti-malam”, tak lupa dengan kerlingan matanya yang membuat perutku ingin mengeluarkan cairan menjijikkan, untuk menatapnya. Ia pun langsung berlari sebelum kepergok oleh Mr. Thump.

Aku sungguh heran dengan ketiga temannya yang selalu setia bersamanya, siapa lagi kalau bukan; Luke, Calum, dan terakhir adalah manusia yang sering mengganti-ganti warna rambutnya; Michael. Aku tak habis pikir oleh orang itu, apakah rambutnya tidak rusak karena sering dicat? Mungkin suatu hari nanti rambutnya akan rusak, rontok, lalu botak, dan tak ada satu gadis pun yang ingin mendekatinya. Poor you Michael, hiks, hiks. Ewhh apa itu hiks, hiks.

**

Syukurlah kelas sudah berakhir, dan waktunya untuk aku pulang, dan membuat teh dingin yang dicampur oleh perasan lemon segar, yang dapat membuatku lebih fresh.

“EUGENIA GINNY MANTANNYA LUKE HEMMINGS YANG GANTENG TETAPI LEBIH GANTENGAN GUE. JANGAN LUPA NANTI MALAM. JANGAN MEMBUAT HARAPAN KOSONG KEPADAKU, KARENA ITU, MENYAKITKAN KAU TAHU? AKU SUDAH MERASAKANNYA BERULANG KALI.” teriaknya dari tempat mobil dan teman-temannya berada, memang mungkin jarak antara aku dan mereka jauh, tetapi tak seharusnya dia berteriak seperti orang desa seperti itu, mana dia berteriak seperti sedang curhat saja. Memangnya ia saja yang merasa diberi harapan kosong? Aku juga, tanpa ia beri tahu juga aku dapat merasakannya, itu terlebih sangat... menyakitkan.

Aku melenggang pergi mencari mobilku yang terpakir di antara mobil-mobil para mahasiswa yang terparkir di parkiran ini, dari pada menjawab omongan Ashton itu.

**

Ini sudah pukul 07.30 pm dan aku sudah siap untuk pergi ke acara pesta Ashton. Aku hanya menggunakan croptee yang bermotif floral dan rok span hitam, dan rambutku yang sengaja di-wavekan kuurai dan tak diberi hiasan apapun, lalu riasan wajah yang menurutku simple, hanya saja eyeliner yang sengaja kupertebal agar terlihat tajam jika menatap orang.

Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatiku, aku merasa malas untuk datang ke acara pesta seperti itu, sedari dulu aku tak pernah datang ke acara pesta, sekalipun itu acara pesta keluarga, karena aku tidak suka suasana pesta, itu terlalu ramai dan pusing untuk dilihat. Namun sepertinya aku tak bisa menolak ajakkan Ashton karena—ya begitulah kau tahu kan bagaimana Ashton mengajakku?

Radio Heart✈{h.s}Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt