δέκα (sepuluh)

3.4K 291 18
                                    

Sore pun berganti dengan malam. Matahari berganti dengan bulan. Suara jangkrik sudah mulai terdengar. Sampai saat ini aku masih berada di dalam kamarku. Aku hanya sesekali keluar untuk mengambil camilan atau pun minuman. Begitulah keseharianku. Hidupku sungguh membosankan.

Saat sedang menonton tv aku mendengar suara bel. Itu pasti Ibuku atau tidak Ayahku. Aku pun turun dari kasurku dan berjalan menuju pintu untuk membukakan pintu.

Kubuka pintu dan menemukan Ibu dan Ayahku dengan senyumannya.

“Hi, selamat  malam Bu, Yah,” ucapku sambil membawa tas yang mereka bawa.

“Malam juga Hun, bagaimana apakah hari ini menyenangkan?” tanya Ibu. Menurutmu Bu, menonton tv, memakan camilan, mendengarkan lagu dan tidur-tiduran tidak jelas. Apakah yang tadi kusebutkan bisa kubilang menyenangkan?

“Begitulah, seperti biasanya,” ucapku malas. “Bu, Yah. Eugine mau ke kamar lagi.”

Kuhempaskan badanku ke kasur. Tidak, kali ini aku tak salah menghempaskan badanku, kali ini tepat menuju kasur.

Ku usap wajahku menggunakan kedua telapak tanganku, “Ya Tuhan, kenapa hidupku seperti ini?” aku pun mengerang keras.

Kuambil ponselku yang berada di atas nakas. Kulihat tak ada notification apapun. Sudah tak heran, ponselku memang selalu tidak ada apa-apa. Bagaimana ada apa-apanya, punya teman juga tidak.

Aku ingin waktu terulang lagi... dimana ada seorang lelaki mendekatiku, lalu kami mempunyai hubungan spesial, dan saat itulah aku merasakan hidupku tak membosankan lagi, sampai akhirnya hari itu datang, dimana ia memutuskan hubungan tanpa alasan, dan akhirnya aku mengetahui alasan itu, yang sanggup membuat hatiku tersayat dua kali.

Yang saat ini kudengar hanyalah bunyi dentingan jam yang menempel pada dinding kamarku, ku dongakkan kepalaku melihat jam berapa. Ternyata sudah pukul 08.30 pm. Ah… waktunya acara curhat di radio.

Kunyalakan radioku yang berada di atas meja samping komputerku. Langsung saja suara khas milik penyiar radio itu terdengar ke seluruh ruanganku.

Hi! Berjumpa lagi dengan gue Harry Styles, penyiar radio terkece di Ingris raya ini, umm tidak-tidak kurasa kalian sudah bosan mendengarnya, aku tertawa mendengar ucapan penyiar itu.

Biar kuulang, ekhmm. Hi! Berjumpa lagi dengan gue, Harry Styles, seorang penyiar radio yang memiliki suara super-duper seksi yang dapat membuat kaum hawa yang mendengarnya akan jatuh pingsan. Terdengar hiperbola, tapi tak apa.

Seperti biasa sebelum mulai sesi curhatan, gue bakal kasih kalian lagu, check this out! Iggy Azalea featuring Rita Ora dengan lagunya Black Widow!

Lagu kesukaanku saat ini! Woah….

Setelah lagu itu selesai suara khas milik penyiar radio itu pun terdengar lagi, entahlah apa yang kurasakan saat aku mendengar suaranya, aku merasa semangat setiap kali mendengarnya.

Oy! Oy! Oy! I’m come back! Who missed me? You? Yeah… I know you missed me. So… kita mulai sesi cur—

“Halo!”

“Ya, halo. Tapi gue belum selesai ngomong.”

“Ah, tak usah diselesaikan omonganmu itu. Kau masih ingat aku?”

“Maaf, sepertinya aku terserang penyakit pikun.”

“Masa kau lupa, aku ini—“

“Ah, ya! Aku ingat! Kau… Mrs. Anonymous itu, kan…?”

“Haha, ya kau benar!”

“Tebakanku memang selalu benar, fyi. Oh iya, ayo lanjutkan lagi curhatanmu itu.”

“Sepertinya kau excited sekali dengan ceritaku, eh?”

“Ayo cepat ceritakan, nanti durasinya habis.”

“Baiklah Mr. Styles. Jadi pacarku itu memutuskanku seminggu yang lalu, dan baru-baru ini aku tahu alasannya mengapa ia memutuskanku.”

“Kau tahu alasannya dari siapa?”

“Dari kasak-kusuk orang-orang yang sering bergosip di kampus.”

“Kau tak usah percaya dengan gosip, Mrs. Anonymous.”

“Awalnya memang aku tak percaya, namun akhirnya ia mengaku kepadaku, jika ia memang memacariku karena taruhan dengan temannya.”

“Memangnya jika ia sudah menang taruhan, ia mendapatkan apa?”

“Mana kutahu. Tanyakan saja kepada orangnya.”

“Lalu-lalu, ayo lanjutkan lagi.”

“Lalu… apa, ya? Aku lupa lagi. Umm, nanti besok jika aku ingat, aku akan kembali menelepon, kalau begitu terima kasih karena kau sudah mau menyimak curhatanku, aku tak butuh saranmu, yang aku butuhkan seseorang yang ingin mendengarkan curhatanku. Bye!”

_______________________________________________

gue lagi bt tjoyyyy, fyi

gue benci banget sama sahabat gue, ewww

sudahlah lupakan dengan sahabat. gimana chapter ini? lumayan panjang kan? harus jawab iya kalau ngga gue gorok lo, kagak deeng, gue bukan psikopat.

soooooooooooooooo vomment?

Radio Heart✈{h.s}Where stories live. Discover now