Mengerti

3.8K 173 13
                                    

"Masalah ada untuk memberikan kita pelajaran dan air mata tercipta untuk menjadikan kita kuat"






Brukkkk

Sebuah tangan mendorong bahu Ara sampai ia terduduk di trotoar. Punggung nya terasa sakit karena bersentuhan langsung dengan aspal.

"Bagus yah!! Berani deketin Raka lagi!" Ucap perempuan itu sinis.

Arkha membulat kan matanya "Nana lo apa-apaan sih" lalu ingin membantu Ara berdiri namun ditepis oleh Naya.

"Lo yang apa-apaan katanya mau jemput gue kok malah sama penjahat ini?" Ucapnya sambil menunjuk Ara yang masih terduduk lemah.

"Stop Na"

Naya menyilangkan tangan nya di depan dada "Lo lupa Raka siapa yang buat gue celaka?"

"Atau pengen gue mati!" Lanjutnya.

Arkha tak bisa menjawab apapun lagi sekarang. Dengan sisa tenaga yang dimiliki Ara pun bangkit dan membersihkan punggung nya.

Ia hanya bisa menunduk tidak berani menatap Arkha atupun Naya. Walaupun ia selalu disalah kan untuk setiap kejadian tapi emang benar kalau begitulah fakta nya.

"Heh cewek jahat lo harus nya malu dong nunjuki muka lo di depan gue dan Arkha lo gak sadar juga apa"

Ara hanya menunduk. Arkha menggeleng dan menarik tangan Naya "kita pergi"

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Arkha pergi menarik tangan Naya. Ara hanya menatap sendu punggung mereka yang mulai menghilang.

Bolehkah Ara berdiri di tengah jalan dan membiarkan seseorang menabrak nya. Dengan begitu semua penderitaan nya akan berakhir bukan. Tapi kalau dia lakukan itu dia tidak akan bisa menjaga bunda nya lagi. Dan dia juga tidak bisa bertemu dengan Aldo nanti.

Ara hanya melemas dan duduk di pinggir trotoar menatap langit yang nampak nya sebentar lagi akan menurun kan hujan. Ara selalu suka langit bahkan langit ikut sedih. Dia selalu menurunkan hujan dikala Ara rapuh seperti ini.

Selang beberapa menit hujan turun dengan deras nya menguyur jalanan kota. Ara membiarkan tubuhnya basah di bawah deras nya hujan. Untuk Apa dia menghindar dari hujan sekarang.

Bukan kah payung yang pernah di miliki nya sudah patah sekarang. Payung yang pernah berjanji tidak akan membiarkan dirinya terkena setetes air hujan itu sudah menjadi milik orang lain.

Ara hanya meminjam nya saja tapi bolehkah Ara egois ingin memiliki payung itu seutuhnya. Tapi itu mustahil yang telah pergi sangat sulit untuk kembali.

Yang telah pecah sangat sulit untuk disatukan kembali. Walau mungkin tapi itu tidak akan sama seperti semula karena telah terdapat banyak goresan dan retakan di seluruh sisi nya.

Saat hujan tak lagi membasahi tubuh nya Ara pun mendongak dan mendapati sebuah jaket tepat melindungi kepala nya. Dan jaket itu berasal dari 'Rafly'?

Kenapa semua orang selalu saja bisa muncul secara tiba-tiba. Apakah ada teknologi baru yang canggih dapat membuat semua orang datang tanpa diketahui asalnya.

Rafly segera memegang bahu Ara mengajak nya untuk berdiri dan berteduh di sebuah kafe yang tak jauh dari sana.

Mereka duduk di kursi pojok kafe tanpa ada yang membuka suara. Rafly pun mengangkat tangan nya dan seorang pelayan datang.

"Ada yang bisa dibantu?"

Rafly menoleh sekilas ke Ara "Pesen coklat panas nya dua sama kalo ada pinjem handuk nya yah mbak"

Pelayan itu mencatat dan mengangguk sambil tersenyum "tunggu sebentar yah"

Rafly hanya membalas dengan anggukan "lo kok bisa ada disana?" Tanya Rafly membuka suara.

Ara hanya mampu menggeleng tak mampu bicara. Rafly hanya mengangguk paham dengan keadaan.

Tak lama pelayan itu kembali dengan coklat panas dan sebuah handuk. Rafly memberikan handuk itu pada Ara agar dapat mengelap dirinya. Padahal dirinya sendiri juga basah kuyup malah lebih mentingin orang lain. Dasar cowok sok kuat deh.

Ara pun mengambil handuk itu dan mengeringkan diri nya. Setelah merasa cukup ia langsung meminum coklat panas itu.

"Lo kalo ada masalah cerita dong Ra kan kita sekarang udah jadi temen masa temen susah gue gak tau sih"

Ara menatap manik mata Rafly sepertinya benar-benar tulus "Ara itu cuma bisa nyusahin yah Raf" ucapnya lembut sambil menatap baju Rafly yang ikutan basah.

Rafly mengikuti Arah pandang Ara "elah baju gue emang udah basah kali kan gue naik motor"

Ara menatap kosong jendela yang ada di samping nya "kadang Ara bingung kenapa hidup begitu jahat dunia selalu ambil hal yang mati-matian Ara jaga"

Rafly tersenyum "Kalo lo gak ngerasain kehilangan lo juga gak bakal bisa nemuin kebahagiaan Ra"

"Kalo lo mau nemuin kebahagiaan di depan sana lo harus korbanin dulu apa yang lo punya sekarang supaya bisa di ganti dengan yang lebih berharga" lanjut Rafly.

"Emang gitu yah Raf?" Tanya Ara.

Rafly mengangguk "Gue juga pernah kehilangan, nyokap gue meninggal di saat gue lagi butuhin banget gue sempat hancur dan selalu bilang bahwa tuhan gak adil"

"Tapi selalu ada hikmah di setiap peristiwa bukan? Mungkin ini salah satu cara tuhan agar gue bisa menghargai waktu dan jadi lebih kuat"

"Lo percaya gak kalo gue dulu bandel dan suka ikut geng motor di bandung sampai mama suka larang balapan gue masih tetap lakuin. Dan sampai mama gak ada gue baru ngerasain kehilangan" ucap Rafly terlihat begitu sedih dan Rapuh.

Ternyata di balik wajah ceria Rafly menyimpan begitu besar luka.

Ara merasa tak enak "maaf yah Raf, Ara gak bermaksud bikin kamu ngingat masa lalu"

Rafly tersenyum dan mengacak puncak kepala Ara "gapapa kok gue seneng bisa berbagi cerita sama lo.

Satu hal yang dapat Ara simpulkan bahwa di dunia ini bukan lo sendiri yang punya banyak masalah. Orang lain juga begitu bahkan lebih sakit daripada yang Kita Rasakan cuma cara dan sikap setiap orang saja yang berbeda-beda dalam mengahdapi setiap masalah.

*****

"Gue titip ini yah tolong kasih ke Ara atau Arkha soal nya ini bukti kalo Ara gak berasalah"

Perkataan itu masih terniang-niang di kepala gadis ini. Sambil memegang sebuah flasdish yang entah apa isinya dia terus berbalut dalam pikiran nya.

Sudah lama Bintang memberikan benda ini tapi sampai sekarang belum sempat untuk di buka dan di lihat isinya.

Tanpa berpikir panjang gadis ini mencolokan flasdish itu ke laptop nya dan segera melihat isi nya. Sebuah vidio? Mata nya terbuka lebar melihat isi vidio itu.

Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan nya tak percaya.
'Gak gak gue gak boleh kasih kan ini ke Ara ataupun kak Arkha. Gue gak rela liat Ara bahagia lagi. Udah cukup senang gue liat dia menderita seperti sekarang ini' batin gadis itu di depan layar laptop nya.

"Lo gak boleh bahagia Ara!"ucap nya penuh dengan amarah kebencian. Lalu mencabut flasdish itu dan menyimpan nya.

K1N9 NINETEEN  [SELESAI]Where stories live. Discover now