Prolog

97.6K 2K 18
                                    

—fano pov

si gadis itu lagi, terkadang aku tidak habis pikir kenapa aku bisa punya murid seaktif  dia.

"Jadi apa lagi alasan telat kamu kali ini?" tanyaku berusaha untuk sabar.

"Emm anu .... Pak … saya abis ngasih makan kucing saya, Pak, terus kesiangan deh," ucap gadis tomboi
itu sambil berusaha tersenyum canggung.

"Pasti kamu kesiangan, kan!" bentakku.

"Iya, Pak, maaf saya janji saya gak bakal ngulangin
lagi dan ini yang terakhir kalinya," jelas gadis itu.

"Jika kamu mengulanginya, maka saya akan memberikan hukuman buat kamu!" cetusku dengan menampilkan senyum sinis.

"B–baik, Pak."

"Kamu boleh masuk!

Lalu aku melanjutkan materi yang tadi sempat tertunda. Namun, di pertengahan pembahasan aku pun
mendengar suara kegaduhan di meja si gadis tomboi.

Aku pun menghampiri mereka dan menggebrak meja
mereka hingga semua murid terkejut.

"Kamu! Anya Putri Prisilla silakan keluar dari kelas!" sentakku yang tak mau terbantahkan.

Si gadis tomboi itu hanya menunduk dan tidak berani menatapku.

"Apa kamu tuli Nona Anya?" tanyaku yang sudah merasa sangat kesal.

"B–baik, Pak," lirih Anya sembari bangkit keluar.

Akhirnya karena aku merasa mood–ku sudah tidak bagus untuk melanjutkan materi, aku memutuskan untuk mengakhiri materi hari ini.

"Baiklah sampai sini dulu pertemuan kita hari ini, saya permisi"

Setelah mengucapkan itu, aku lalu
meninggalkan kelas.

—anya pov

"Kayaknya hari ini gue sial banget sih, udah telat terus dikeluarin lagi dari kelas dasar dosen gak punya
hati!" gumamku sambil berjalan menuju kantin.

Namun, di tengah perjalanan aku tiba-tiba saja
memberhentikan langkah karena mendengar suara dari
belakang.

Sontak saja aku membalikkan tubuh dan melotot tidak percaya.

"Siapa yang kamu bilang gak punya hati?" tanya Pak Fano dengan wajah dingin.

"Eh, Pak Fano, maksud saya tadi Bapak itu baik hati banget gitu, Pak." Aku seketika memberikan alasan
disertai senyuman yang agak canggung.

"Kamu ikut ke ruangan saya!" ujar Pak Fano lalu meninggalkan aku sendirian.

"Aduh, mati aja deh gue" gumamku.
Lalu aku pergi ke ruangan Pak Fano. Aku hanya berharap semoga Pak Fano masih punya hati nurani.

Sesampainya aku di ruangan Pak Fano, aku langsung duduk di kursi yang berada tepat di hadapan Pak Fano.

"Ganteng." Tanpa sadar aku mengucapkan kata itu, karena aku benar-benar baru sadar bahwa Pak Fano ganteng sih tapi galak.

"Kamu bilang apa tadi?" tanya Pak Fano yang berhasil membuatku tersadar dari lamunan.

"Enggak kok, Pak, saya gak ngomong apa-apa" ucapku ketakutan.

"Oke baik, jadi tujuan saya memanggil kami di sini adalah ingin membahas soal hukuman yang akan kamu
dapatkan ketika kamu telat" jelas Pak Fano to the point.

"Emang hukumannya apa, Pak?" tanyaku curiga.

"Kalo kamu terlambat satu kali saja, maka kamu akan selalu menemani saya ke mana pun dan di mana
pun selama satu minggu," ucap Pak Fano dengan senyum smirk–nya.

Aduhhh mampus deh gue, batinku.

"Gak bisa yang lain ya, Pak?" tanyaku memohon.

"Tidak!" tegas Pak Fano.

"Tapi, Pak—"

"Jika kamu tidak mau, tidak masalah,'' ucap Pak Fano.

"Huft, syukurlah," gumamku.

"Tapi saya akan mempersulit skripsimu," lanjut
Pak Fano.

"WHAT?" pekikku tanpa sadar.

"Jadi, kamu pilih yang mana Anya?" tanya Pak
Fano.

"Baik Pak. Saya setuju dengan hukuman yang bapak berikan. Saya keluar dulu, Pak, permisi," ucapku
lalu meninggalkan ruangan tanpa melihat wajahnya.

------

Vote dan comment jangan lupa!!

just a little story from: ANYA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang