31. As Your Wish

8.6K 774 3
                                    

Mata Xeryn terbuka ketika pintu ruang inapnya juga terbuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata Xeryn terbuka ketika pintu ruang inapnya juga terbuka. Gadis itu mendudukkan dirinya hingga membuat Juna sadar, Xeryn tidak tidur.

"Lo bangun?" tanya Juna yang datang lagi malam ini. Tangannya membawa bunga daisy lagi.

"Bukankah biasanya lo datang saat gue tutup mata?" tanya Xeryn membuat gerakan Juna terhenti. Tetapi sedetik kemudian ia mencoba bertingkah seperti biasa.

Juna kemudian mendekat ke arah Xeryn. Duduk di tempatnya yang biasa.
"Gimana hari ini?"

"Lo nggak mau jawab pertanyaan gue?" tanya Xeryn menuntut.

"Yang mana?" Juna bertingkah seolah ia tidak tahu.

Xeryn mendengus.
"Nggak usah pura-pura! Gue ingat kejadian malam itu!"

Juna tersentak kaget.
"Seberapa banyak yang lo ingat?"

Xeryn diam. Tidak banyak. Masih samar-samar, nggak jelas. Tetapi gadis itu tidak mengatakan yang seharusnya.

"Seberapa banyak yang lo tahu?" Xeryn balas bertanya, hal yang membuat Juna diam lama hingga Xeryn berdecak tak suka.
"Gue adik kandung lo, 'kan? Kita punya ayah biologis yang sama! Kita satu darah! Dan lo masih mau nyembunyiin sesuatu dari gue?"

Juna terpaku menatap Xeryn. Gadis itu mengakuinya sebagai saudara. Hal itu saja sudah membuat Juna senang.

Tak apa.

Tak apa ia tidak bisa menjadi kekasihnya, paling tidak mulai sekarang, Juna bisa menjadi kakak untuknya. Secepat mungkin perasaannya harus berubah.

"Gue kakak lo, Xer," ujarnya penuh penekanan, terlebih untuk dirinya sendiri.
"Apa yang ingin lo ketahui?"

"Semuanya!" jawab Xeryn.
"Semuanya, sebanyak yang lo tahu."

"Gue akan bicara dari apa yang gue lihat selama ini. Lo bisa tanyakan ke bunda lo lebih jelas untuk hal yang lain." Juna berujar membuat Xeryn mengangguk.
"Selama ini ayah nggak baik-baik aja. Dia suka ngelamun dan suka natap piano lamanya. Gue pernah ngebunyiin piano itu dan ayah marah besar hingga ngunci diri dalam kamar seharian." Juna memberi jeda, menghela napas pelan sebelum melanjutkan.
"Setelah malam itu dia ketemu ama lo dan bertengkar hebat dengan bunda lo, ia ngurung diri sendiri. Ibu bahkan nggak bisa lagi ngebujuk dia. Ia suka manggil nama lo dan bergumam sendiri. Suka nyalahin diri karena lo belum sadar selama beberapa hari. Ayah bahkan sekarang suka minum alkohol. Mabuk sampai pingsan dan besoknya meracau nggak jelas."

Xeryn diam. Pikirannya berkecambuk. Tetapi ia sadar agar tidak memaksa untuk mengingat atau ia akan kembali pingsan.

"Ayah tahu gue udah sadar?"

Juna diam sebentar.
"Belum," jawabnya.

"Kenapa lo nggak bilang?" tanya Xeryn sedikit menaikkan intonasi.

Unexpected✓Where stories live. Discover now