6. Sean Giovano Athala Wijaya

14.3K 1.2K 17
                                    

Sean Giovano Athala Wijaya bukanlah cowok yang baik-baik saja seperti yang selama ini terlihat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sean Giovano Athala Wijaya bukanlah cowok yang baik-baik saja seperti yang selama ini terlihat. Jika yang selama ini kalian lihat Sean adalah cowok yang patuh bak anak yang selalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya sebelum berangkat ke sekolah. Maka kalian salah.

Salah besar.

Sean hanya anak beruntung yang terlahir dari sebuah keluarga kaya raya dengan segala kemewahan dan kesempurnaan yang seolah sangat menjanjikan kenyamanan. Tak lupa pula pengawal dan para pelayan yang siap melayani segala kebutuhan dan keperluannya. Layaknya pangeran dalam negeri dongeng. Itulah kehidupan Sean.

Tapi, sejujurnya Sean tidak butuh harta dan pelayan-pelayaan itu!

Dari kecil Sean sangat ingin berteriak kepada mama dan papanya jika Sean tidak butuh itu. Yang dia butuhkan adalah kehadiran mama dan papanya ketika guru-guru mengundang orang tua dalam penerimaan hasil laporan pendidikan, bukan mengutus Pak Agus yang notaben adalah pengawal pribadinya Sean.

Sean juga butuh mama yang selalu membacakan dongeng sebelum tidur untuknya, bukan Bi Yati yang bekerja sebagai Kepala Pelayan.

Kadang Sean selalu bertanya jika dirinya ini anaknya Tuan Akbar Wijaya dan Nyonya Anggi Larasati atau anak dari Pak Agus dan Bi Yati, sih?

Akbar dan Anggi selalu saja pergi pagi sebelum ia bangun tidur dan pulang ketika ia sudah tidur. Terkadang mereka akan meninggalkannya untuk waktu yang tidak menentu. Bisa sebulan, dua bulan atau lebih. Dan jika berada di rumah Akbar akan menghabiskan waktunya di ruang kerjanya, sedangkan Anggi akan pergi berkumpul dengan ibu-ibu sosialita lainnya.

Bahkan ketika hari ulang tahunnya, mereka hanya akan mengirim sejumlah uang dan berujar "itu hadiah untuk kamu, silahkan kamu beli hadiah apa saja yang kamu suka."

Astaga! Apakah Sean terlihat seperti anak yang gila uang hingga orang tuanya bekerja mati-matian untuk mendapatkan kertas-kertas dengan nominal itu?

Sean bukan orang seperti itu. Yang dia butuhkan adalah pelukan hangat dari Mama dan Papanya. Itu saja.

Bertingkah seolah ia adalah anak paling bahagia dengan sikap sombong dan sok kuat adalah pilihan yang ia pilih. Semua yang ia perlihatkan itu hanyalah topeng untuk menutupi dirinya yang sebenarnya.

Sean beruntung memiliki Juna, Daniel, Zoey dan Leo dihidupnya. Jika yang lain hanya datang untuk mendapatkan kemewahan saja, mereka tidak. Dengan mereka pula Sean kenal arti dari keluarga. Cukup mereka dan Sean tidak butuh dengan yang lain lagi.

Dan satu hal yang ingin Sean tegaskan, Sean tidak percaya pada cinta. Baginya itu hanyalah omong kosong yang dibuat oleh orang-orang kesepian. Layaknya cinta orang tua kepada anaknya, itu bullshit! Dan Sean sudah membuktikannya sendiri.

●●●
Gadis aneh tadi berhasil menyita seluruh kerja otak Sean. Bagaimana tingkah sok yang diperlihatkan gadis itu saat melawannya dan membantahnya membuat Sean dengan tegas mengatakan bahwa gadis itu bermasalah.

Heh! Berani sekali gadis itu. Memangnya dia pikir siapa dia?

"Daniel!" Panggilan Sean membuat Daniel menoleh, lelaki itu menatap Sean penuh tanya.
"Lo kenal ama gadis itu?"

Daniel mengernyit bingung. Gadis? Gadis mana yang Sean maksud?

"Ck. Itu Niel, si Xaner? Siapa? Xanir? Itu nama susah banget di ingat! Itu Niel, yang nolak Zoey dan ngebantah si Sean tadi. Ah! Siapa sih namanya?" Leo mengatakan sambil berdecak kesal karena dia tidak bisa mengingat dengan jelas siapa nama gadis itu.

"Oh! Kenapa dia?" Daniel balik bertanya kepada Sean.

"Lo kenal ama gadis itu?" Tanya Sean.

"Hm."

"Dekat?" Tanya Sean lagi.

"Nggak juga."

Toh, benar bukan jika Daniel tidak begitu dekat dengan Xeryn walau memang mereka tinggal seatap dengan status kakak-adik tiri. Tapi nyatanya itu hanya status semata.

"Lo nggak bohong, 'kan?" Sean menatapnya penuh selidik.

"Nggak lah. Hey, kenapa lo tertarik ke gadis itu?" Tanya Daniel penuh rasa penasaran.

"Nggak."

"Bohong lo!" Kata Leo hingga membuat Sean melempar tatapan tajam pada cowok itu.

"Dia cewek aneh yang idiot." Ujar Sean membuat Daniel tertawa.
"Kenapa lo tertawa?" Tanya Sean kepada Daniel yang dibalas gelengan oleh pria itu.
"Bener nggak? Pertama dia nolak Zoey, kedua dia ngebantah dan ngelawan gue. Nggak waras tuh cewek." Sean mengatakan dengan penuh penekanan.

"Hati-hati lo! Kemakan omongan sendiri entar." Sekali lagi Leo mengatakan hal yang menurut Sean nggak ada untungnya.

Mereka saat ini ada di markas mereka yang letaknya tak jauh dari Altarik. Bangunan yang terdiri dari dua lantai yang tidak terlalu besar itu adalah tempat yang selalu menjadi rumah kedua bagi para pangerannya Altarik. Saat ini hanya ada Sean, Daniel, Leo dan Juna. Zoey tidak ikut karena hari ini mamanya pulang dari Australia dan mengharuskan Zoey untuk ada di rumah.

Sedari tadi hanya Sean, Daniel dan Leo yang berbicara, sedangkan Juna diam sambil membaca buku yang entah apa. Mereka tidak berniat untuk mencari tahu.

"Gue sembelih juga lo." Kata Sean sambil melempar botol bekas minuman ke arah Leo yang terbahak.

"Gue bener. Lagi pula si Xa-Xa tu cantik juga. Body-nya juga aduhai. Kelihatan banget jika dia tipikal cewek yang jago olahraga." Sahut Leo tak menperdulikan tatapan tajam dari Sean dan Daniel.
"Kenapa ngelihatin gue gitu amat? Gue bener, kok."

Juna melihat mereka sekilas, kemudian ia melanjutkan bacaannya sambil berujar.
"Dia cukup menarik."

Ketiga sahabat Juna dengan segera langsung melihat ke arah Juna, yang mana tatapan mereka malah membuat Juna melanjutkan ucapannya.

"Dia terhitung berani untuk ukuran cewek. Dari bentuk tubuhnya terlihat jelas jika dia jago olahraga. Dia juga memiliki wajah yang bisa dikatakan cantik. Dan yang penting..." Juna menatap mereka sambil tersenyum penuh arti.
"Dia cukup menantang."

Daniel melirik penuh selidik ke arah Juna.
"Apa maksud lo dengan menantang?"

"Dia bukan gadis yang mudah luluh hanya dengan gombalan receh, tampang atau uang doang. Terlihat jelas dia nggak ada ketertarikan khusus kepada kita. Lo lihat dengan jelas gimana dia nolak Zoey yang terkenal akan gelar sang penakluk wanita, bukan? Kita semua juga tahu gimana dia dengan berani ngelawan Sean yang bergelar sang raja di sekolah ini." Ucapan Juna membuat semuanya terdiam.
"Jelas banget dia bukan gadis sembarangan."

Juna itu emang kayak gini. Sekali ngomong ucapannya suka bener banget, atau kalau nggak ada topik menarik ya pasti diam aja. Itu kadang membuat sahabat-sahabatnya suka kesal sendiri.

Dan dari ucapan Juna yang semuanya benar itu membuat Sean bertekad dalam hati.
"Gue akan buat dia tunduk ama gue!"

"Gue akan buat dia tunduk ama gue!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

■■■
Bersemangatlah Sean.
Mau lihat apa saja aksi yang akan Sean lakukan ke Xeryn?
Yuk! Vote dan Coment untuk ngasih Naya semangat ngelanjutin cerita ini.

Unexpected✓Where stories live. Discover now