Chapter 04

26.4K 898 6
                                    

"Ku kira rumah taunya hanya rest area."

Bintang mengendarai motornya melintasi jalanan Ibukota yang cukup padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang mengendarai motornya melintasi jalanan Ibukota yang cukup padat. Hujan turun semakin deras membuat Bintang tersenyum getir, selain suka malam ia juga suka Rain.

Kejadian di masalalunya tak akan pernah bisa dilupakan begitu saja. Waktu mengetahui jika sang mama dan papa lebih memilih berpisah daripada bertahan demi dirinya.

Bintang menambah kecepatan pada motornya, sungguh dadanya terasa sesak bahunya bergetar naik turun nafasnya tak beraturan, mentalnya sakit bukan main.

Rasanya Bintang ingin melampiaskan semua amarahnya namun ia sadar, posisinya sekarang sedang mengendarai motor. Ia harus kuat, ia tak boleh lemah.

"Gua berhak bahagia!" teriak Bintang penuh tekad.

Bintang memarkirkan motornya dan pergi memasuki lift menuju lantai 17. Bajunya yang dikenakannya sudah basah kuyup akibat hujan-hujanan tadi.

Bintang membuka pintu apartemennya, ia langsung masuk kedalam. Rehat sejenak, sesudah itu membersihkan dirinya.

Cuaca diluar masih hujan, setelah selesai membersihkan diri. Ia pergi kedapur membuat kopi kesukaannya. Cowok itu menikmati suasana hujan bersama kopi hitam panas buatannya.

"Sejuk, coba ada Rain," ucapnya tanpa sadar.

"Sial gue ngomong apa barusan, mana mungkin gue tertarik sama tuh cewek!" kesalnya.

Bintang meniup pelan kopi hitamnya yang masih panas. Baru saja ingin di minum, suara ketukan berkali-kali dari pintu apartemennya membuat aktivitasnya terhenti.

"Ah sial ganggu aja!" gerutunya lalu menaruh cangkir kopi dimeja.

"Woi Delfan bukain pintunya woi!" panggil Ersan dari depan pintu.

"Astaga pengen hidup tenang aja susah banget!" keluhnya sambil membuka pintu apartemen.

"Alhamdulillah, akhirnya dibukain juga!" seru Ersan.

"Lama banget buka pintunya, puguh dingin!" ujar Bryan lalu melepaskan sepatunya.

"Lo berdua habis darimana kok hujan- hujanan?" tanya Bintang menatap kedua sahabatnya.

"Habis anterin Ersan cod helm."

"Ayo masuk dulu, lo cod helm untuk apalagi sih San!" seru Bintang menatap kesal wajah Ersan.

"Gue lagi butuh uang, habisnya gue mau minta ke bokap malu!" ujarnya menghela nafas.

"Butuh uang untuk apa? Kenapa gak bilang sama gue?" tanya Bintang menatap Ersan.

"Biasa, buat beli makan."

"Payah untuk makan aja sampai jual helm."

"Tau gila Ersan mah!" celetuk Bryan lalu pergi ke dapur.

NYCTOPHILE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang