(END)

9.8K 590 137
                                    

Langit Point of View.

"Gimana keadaan Bunga, Lang?" Tanya Jian yang sekarang berdiri dihadapan gue lengkap dengan raut wajah khawatirnya.

Gue menengadah dan bangkit dari duduk gue sekarang, nggak cuma Jian, Bunda juga ikut menatap gue penuh harap.

"Keadaannya membaik tapi memang belum sadar." Jawab gue lirih, gue berusaha terlihat kuat tapi nyatanya, perasaan gue memang nggak sebaik itu, cuma Bunga yang ada dalam pikiran gue sekarang.

"Kandungannya gimana Lang? Nggak papakan?" Lanjut Bunda yang sekarang malah menggenggam lengan gue erat, tangan bergetar Bunda bahkan bisa gue rasain sekarang.

"Alhamdulillah nggak papa juga Bunda." Jelas gue mengusap punggung tangan Bunda, gue sangat-sangat bersyukur, mendengar jawaban gue, Bunda juga terlihat bisa bernafas lebih lega.

"Kalau gitu Bunda ngeliat adik kamu dulu, Mas." Pamit Bunda ke Jian, Jian mengantarkan Bunda masuk dan nggak lama setelahnya balik keluar lagi.

"Terus orangnya sekarang kemana? Lo udah lapor polisi belum?" Jian mulai melirik ke segala arah dengan tatapan penuh amarah, Lia yang Jian cari sekarang.

"Ji, gue nggak tahu sikap gue sekarang tadi bener atau salah tapi yang gue pikirin sekarang cuma Bunga, gue membiarkan Bintang yang menyelesaikan semuanya." Bukan tanpa alasan gue bersikap kaya gini.

Kesalahan yang Lia lakuin adalah membentak dan nampar Bunga, nggak sengajanya tamparan Lia membuat Bunga terbentur cukup keras, ini yang gue lihat, marah? Pasti, gue bahkan hampir mukul Lia balik kalau dia bukan perempuan.

Tapi setelah emosi gue mereda dan gue mendengarkan penjelasan dokter tentang keadaan Bunga, gue rasa, gue juga ikut bersalah, alasan Bunga sampai nggak sadarkan diri tadi bukan cuma karena benturan dikepalanya, tapi kekelahan dan banyak pikiran adalah pemicu utama, gue terlalu sibuk ngurusin masalah keluarga gue sampai gue lupa, Bunga yang lebih butuh operhatian disaat kaya gini.

Belum lagi gue nggak tega sama Bintang, begitu gue ngabarin kalau Lia berulah, amarah Bintang meluap, Bintang bahkan hampir nampar Lia kalau nggak ada Tante Indah yang nahan, melihat Lia yang cukup merasa bersalah membuat gue sedikit lega, gue mutusin untuk melepaskan Lia kali ini dan semoga ini akan jadi yang terakhir juga.

Udah cukup banyak masalah yang ada, gue nggak mau memperpanjang masalah apapun dan akan berpengaruh untuk kesehatan Bunga lagi, gue nggak mau itu jadi selama bisa diselesaikan secara baik-baik, gue akan milih solusi itu lebih dulu.

"Apapun yang lo anggap baik, gue akan dukung." Jian menghembuskan nafas dalam sembari mengusap kasar wajahnya, gue tahu Jian marah dan mungkin kesal dengan keputusan gue tapi gue yakin, ini yang terbaik.

"Lang, gue minta maaf atas nama Lia, gimanapun dia masih istri gue, gara-gara masalah gue, lo sama Bunga malah berakhir kaya gini." Lirih Bintang yang entah sejak kapan udah berdiri tertunduk dihadapan gue sekarang.

Sadar dengan kehadiran Bintang, Jian kembali menghela nafas dalam, Jian berusaha nahan emosinya dan gue paham untuk itu, gue nggak bisa berkomentar apapun.

"Gue harap ini yang terakhir kalinya, mengenai Lia, gue yakin lo tahu apa yang terbaik." Gue nepuk bahu Bintang pelan, nggak ada yang mau gue perpanjang.

Sekarang semua anggota keluarga gue udah ada, Ama bahkan ada disini sekarang, mereka semua khawatir jadi gue nggak mau nambah masalah dengan ada ribut-ribut, mengenai Lia, gue serahin semuanya sama Bintang.

Ketika Langit Mencintai Bunga (END)Where stories live. Discover now